Chapter 07
Hana menscroll layar ponselnya dengan random di aplikasi instagramnya. Ini sudah jam 2 pagi lebih tiga puluh menit, tapi sepertinya Hana belum berniat tidur karena sebelumnya dia sudah tidur cukup lama.
Hana tertidur sebelum Jevon pergi ke bandara. Dia tidur dipelukan Jevon, sebelum tidur ia jelas menangis untuk meredakan emosinya sendiri. Mungkin sekitar jam 7 Hana tertidur, namun yang jelas ketika Hana bangun, Jevon sudah tidak memeluknya.
Mata Hana merah serta bengkak, Hana juga dapat melihat luka kebiruan di lehernya. Jevon pasti yang menginggalkan kissmark itu.
Sepertinya setelah mengatakan hal seperti kemarin, Jevon tidak akan berubah. Hana tau sifat Jevon, dia terlalu keras kepala. Jevon akan melakukan apapun sampai keinginannya terwujud.
Hah sudah lah, Hana males memikirkan Jevon. Tapi dia juga males ngelanjutin komiknya karena belum mood.
Akhirnya dia hanya youtubean, ngeliat video idol secara random. Untung disini ada wifi, jadi ga perlu takut kuotanya abis. Setelah bosen youtuban, Hana main di exploler instagramnya.
Tiba-tiba saja ada panggilan dari orang yang tidak Hana kenal.
"Ah siapa sih?" karena enggak mau diganggu, Hana mengangkat panggilan itu. Ia berfikir orang yang menelponnya pasti Theo yang suka gadang juga.
Tapi bukan. "Halo, ini Farana?" yang terdengar sekarang adalah suara lelaki yang cukup berat. Hana sampai tidak mengenalinya.
"Iya, kamu siapa?" tanya Hana masih sopan.
"Aku Julio."
"Oh," nyaut gitu padahal mah Hana aja lupa-lupa ingat sama mukanya Julio. "ada apa ya?"
"Han, Mark mabok."
Hana cengo dulu buat beberapa saat. Mark mabok, terus masalahnya sama Hana apa? "Ya Terus?" sahut Hana bingung.
"Sini lah, bawa dia pulang. Aku udah ga kuat ngedengerin curhatan dia yang ngelantur mulu."
"Dih ogah. Suruh Januar atau kak Theo aja." Ya jelas lah Hana menolaknya. Ya kali ngejemput mantan dalam keadaan mabok? Sinting kali si Julio ini.
"Ih gua udah nelponin Kak Theo sama Januar, tapi ga diangkat. Ortunya Mark ga ngangkat juga. Gua terus nelpon Babeh lu soalnya ada kontaknya, dan katanya dia nyuruh elu ngejemput Mark. Yaudah gua nelpon lu," kata Julio panjang kali lebar. Padahal Hana ga nanya itu.
Hana tertawa keras, yang jelas dia ga percaya. "Eh kalo mau ngarang cerita yang bener napa? Babeh gue ga sesinting itu nyuruh gua buat ngejemput orang yang mabuk, kecuali kalo orang itu Kakak gua."
"Han gua serius."
"Tau ah, bye." Hana langsung menutup telpon secara sepihak. Ga ngerti dengan apa yang Julio pikirkan, yakali dia harus ngejemput orang mabuk?
Hana ga berani lah ngelakuin itu. Apalagi seinget Hana orang yang mabok itu bakal ganas. Jeffrey juga pas mabuk gitu. Malah Jeffrey ngira Hana cewek bayarannya dan mau ngegrepe-grepe Hana. Taik emang. Hana jadi harus ngebuat Jeffrey pingsan dulu.
Hana baru saja menghela napas dan hendak memakan sereal vanila yang dicampur s**u dan juga pisang. Tapi Ayahnya malah nelpon.
Enggak mungkin dong Hana enggak ngangkat panggilan dari boss besarnya.
"Halo Pah?"
"Hana jemput Mark di club ya. Alamat clubnya Ayah kirim lewat wa," kata ayahnya Hana yang ngebuat Hana cengo untuk beberapa saat.
Malah lalat aja bisa joged gangnam style dulu dimulutnya.
Hana ga percaya ayahnya nyuruh dia ngelakuin hal ini.
"Kok aku? Ayah aku ini cewek! Kalau aku di grepe-grepe gimana?" tanya Hana dengan panic-panik ajaib.
Hana berharap Ayahnya bakalan ngomong: oh iya, Ayah lupa kamu cewek, yaudah si Jeffrey aja deh yang jemput Mark.
Tapi tidak, bung!
Ayahnya malah bilang gini. "Ya emang kenapa? Toh 3 minggu lagi kalian akan menikah. Ga ada salahnya kan kalo Mark ngegrepe-grepe kamu."
Xianjing!
Hana jadi ingin mengumpat kan?
Kok ayahnya gini amat ya. INI AYAHNYA PUNYA UTANG BERAPA BANYAK SIH SAMA KELUARGANYA MARK SAMPE-SAMPE NGEJUAL ANAK BONTOTNYA BEGINI?!
"Tapi Yahhh. Aku takut ke club ih—"
"Ke Club terus jemput Mark, atau Ayah coret nama kamu dari kartu keluarga."
"Hah? Yakali Pah."
"Yaudah jemput calon suami kamu, sana."
"Tapi sama bang Jeffrey ya? Soalnya Bang Jevon dah balik ke Kalimantan."
"Sendiri aja, Jeffrey lagi lembur."
"WHATT?!"
"Udah buruan, Ayah udah nyuruh Yesung ke rumah kamu, kamu berangkat sama supir Ayah, Om Yesung. Oh iya terus nanti Mark ngindep di kamu aja oke? Itung-itung simulasi sebelum nikah."
"Hah? Tapi—"
"Banyak bacot, Ayah coret kamu dari kartu keluarga nih."
"Tapi Yah—"
"Buruan keluar, Om Yesung dah nyampe katanya."
Setelah itu Ayahnya mematikan telponnya dengan sepihak. Membuat Hana mengumpatinya.
"AYAH TAIKKK! Eh, astagfirullah."
Hana dengan terpaksa melangkahkan kakinya ke dalam club malam yang cukup elit ini. Padahal sudah hampir jam 3 pagi, tapi pengunjung klub ini masih banyak saja, seolah mereka ga butuh tidur.
Alunan musik yang cukup keras, bau alkohol, serta asap rokok mengganggunya. Belum lagi tatapan pengunjung lain yang seolah melihat Hana sebagai sesuatu yang aneh.
Iya lah, biasanya cewek kesini pakaiannya seksi, bahkan ada beberapa yang sudah tidak berpakaian lengkap. Tapi Hana malah memakai piyama bermotif bunga.
Tolol emang.
Yesung—supir pribadi ayahnya tidak ikut. Katanya dia malas masuk ke club malam, soalnya kalo udah masuk bawaannya pengen minum. Kasian Hana kalo Yesung sampe ikutan minum, mana Hana ga bisa bawa mobil.
Jadi yah jalan teraman Yesung nunggu di mobil, sekalian ngejagain mobil juga.
"Neng, kok bajunya gini sih?" Hana langsung terperanjat kaget mendengar ada orang yang tiba-tiba menghampirinya. Orang itu rambutnya pirang tapi matanya sipit. Di dadanya ada nametag bertuliskan: Daniel. Orang itu kayanya dah mabok.
Hana cuman bisa memundurkan badannya sembari menahan diri untuk tidak muntah karena bau alkohol sialan itu.
Tiba-tiba aja ada yang ngerangkulnya. Bukan orang bernama Daniel itu, tapi lelaki buluk yang giginya kaya ada taringnya. "Eneng, mending ikut sama Aa aja kuy. Ntar Aa puasin eneng."
"Hah?" Hana langsung menepis tangan cowok item itu. Gila tu orang.
Tapi itu dua cowok malah nahan tangan Hana. "Enggak usah ikut si Aming, burungnya buluk, meding sama Aa Daniel aja."
"Jangan dengerin Daniel. Dia iri karena Aa mainnya bagus."
"Apaan sih kalian?! Lepas!" Hana jelas memberontak sembari menggerakan tangannya kesana kemari. Tapi tidak berhasil. Tenaga Hana enggak sebesar itu untuk melawan dua cowok yang badannya badag kaya kingkong.
"Ih Neng, ngapain berontak sih? Pengen buru-buru di enakin ya?"
Enggak lah! Najiz! Hana bergidik ngeri jadinya.
"Ming, kita threesome aja kuyy."
"Kuy dah. Dah lama ga threesome."
"Enggak! Woey! AWSUU! Lepasin gua!"
"Ih Neng, ga apa-apa, threesome itu enak."
"ENGGAK MAU—"
Brugh!
Hana melotot kaget ketika Aming ditonjok oleh orang sampai lelaki jangkung itu tersungkur ke lantai.
Brugh!
Orang yang sama juga menonjok Daniel, tapi karena sekali tonjokan Daniel ga pingsan juga, orang itu menendang alat vital Daniel dengan sikut kakinya sampai akhirnya Daniel k.o dan tiduran di lantai.
Setelah itu orang itu menghampiri Hana. Kedua tangannya meraup pipi Hana yang dingin. "Kamu ga apa-apa Han?"
"Mark?" jujur Hana kaget melihat fakta bahwa orang yang menonjok dua cowok itu adalah Mark. Secara badan Mark itu kecil, lebih kecil dari dua cowok badag itu. Mana lagi Hana nyium bau alkohol dari badan Mark. Sudah dipastikan Mark juga menegak minuman beralkohol.
Bisa-bisanya orang mabok nonjok orang mabok lagi sampe tersungkur gitu.
"Iya ini aku, kamu ga luka kan?" tanya Mark sembari mengecek tubuh Hana. Dari mulai ujung kepala sampe ujung kaki, Hana jadi sweatdrop sendiri ngeliat Mark yang panik itu. Kenapa berasa de javu sih? Kenapa berasa paslagi pacaran dulu?
"Enggak kok, gua ga apa-apa," balas Hana dingin seperti biasa. "lo ga—"
"Syukurlah!" Mark pun langsung memeluk tubuh kecil Hana. Hana pun terdiam, ga bisa ngapa-ngapain karena pelukan Mark yang cukup erat.
Tiba-tiba saja Mark seolah kehilangan kesadarannya. Mungkin kalo Hana enggak nahan tubuhnya, Mark akan menindihnya sekarang. Sepertinya Mark pingsan, atau mungkin tertidur karena pengaruh alkohol.
Ah ga ngerti lah, Hana ga pernah minum yang begituan.
"Mark, woey bangun jir." Hana menepuk-nepuk tubuh Mark. Berat anjir lah tubuhnya.
Julio yang melihat itu segera menghampiri Hana dan Mark. "Dia kenapa Han?"
"Mana gua tau jir. Dia tiba-tiba gitu pas abis nonjok orang," kata Hana sembari menujuk Daniel dan Mingyu yang sudah K.O di lantai. "eh mbul bantuin pegangin napa, dia berat anjir. Banyak dosa kayanya."
Julio mendengus kesal mendengar Hana masih memanggilnya dengan sebutan embul.
Julio ga embul! Dia hanya kelebihan lemak!
"Bantuin anjir, buruan. Ga usah buad-baeud gitu," celetuk Hana lagi.
Pada akhirnya Julio dan Hana sama-sama menggotong—ah tidak—menyeret badan Mark sampai ke dalam mobil yang terpakir di luar.
"Aslian ambeng, badan si Mark berat banget," kata Julio setelah memasukan tubuh Mark kedalam mobil bagian belakang. Dia meregangkan otot-ototnya yang keram. "gua curiga dia banyak dosa."
Hana mengangguk setuju. "Iya. Eh btw makasih ya. Lu mau nomernya Syila kaga?" tanya Hana setengah menggoda temannya Mark itu. Hana baru inget kalo Julio itu temennya Mark yang pernah naksir Syila, itu pun inget pas liat mukanya
Hana tau Julio karena dia sendiri pernah memergoki Julio sedang membuntuti Syila—teman akrabnya yang jurusan teknik asitektur. Julio juga sempet minta di comblangin sama Syila, tapi ujungnya gagal karena Syila malah jadian sama Lucas.
Hana sih berduka cita enggak, bahagia juga enggak. Toh Hana juga yang ikut nyomblangin Syila sama Lucas. Kadang dia ngerasa bersalah sih sama Julio karena udah ngelakuin hal itu.
Tapi da gimana, Julionya malu-malu kambing kalo deket Syila, minta di gampar bulak-balik sama emasnya Alin.
Julio mendorong tubuh Hana begitu mendengar nama mantan gebetannya. "Dih pulang sono. Kasian Mark."
"Ah bilang aja telinga lu panas gara-gara gua ngebahas Syila." Hana mulai menggoda Julio lagi.
"BODOAMAT HAN!"
"GA NYAMBUNG g****k!"
"Nona Hana ayo pulang," ajak Yesung dari dalam mobil. "saya masih ngantuk. Belum lagi ntar pagi saya harus nganterin Tuan ke Bogor."
Hana menganggukan kepalanya. "Iya-iya," Hana akhirnya mengangguk patuh. "dah Julio. Semoga kamu dapet pengganti Syila~" Hana pun masuk ke dalam mobil bagian depan.
"BACOT LO ANJIR!"