Aila memandang layar PC dengan pandangan menelisik. Ia mengabaikan kesibukan rekan-rekannya yang sedang hilir mudik. Ia ingin segera menyelesaikan tugasnya. Ia ada janji dengan Radit dan Dewi untuk menikmati langit sore di Surabaya North Quay. “Nggak noleh banget dari tadi, Ai,” celetuk Raihan. “Berisik deh. Ganggu orang kerja saja,” judes Aila. “Ye. Sensi mulu, mbak.” Aila memilih abai. Ia kembali memfokuskan pikirannya untuk merangkai kata. Meladeni Raihan buang-buang energi saja. Buang-buang waktu juga. “Anak-anak nanti sore mau karaokean, kamu ikut nggak?” Raihan masih bertahan di depan kubikel Aila. Tidak takut akan amukan Aila yang ganas. “Enggak. Aku sudah ada janji lain,” jawab Aila dengan jari-jarinya yang masih sibuk menari di atas keyboard. “Sudah. Pergi sana Rai,” usi

