SENDIRI

1095 Kata
Obat terbaik bagi mereka yang takut, kesepian atau tidak bahagia adalah pergi keluar, ke suatu tempat di mana mereka bisa diam, sendirian dengan surga, alam, dan Tuhan. Karena hanya pada saat itulah seseorang merasa bahwa semuanya sebagaimana mestinya dan bahwa Tuhan ingin melihat orang bahagia, di tengah keindahan alam yang sederhana. Saya sangat percaya bahwa alam membawa penghiburan dalam semua masalah. " - Anne Frank.   Todd pergi. Kunikmati siang dengan rebahan sambil menonton siaran Erland. Aku jadi tahu gaya bicaranya yang sangat memesona. Walau, jika manusia di sekitarnya sudah dikendalikan, seharusnya ia tidak perlu bersikap demikian. Toh, tinggal diprogram agar mereka selalu terpesona. Ataukah obat yang digunakannya itu hanya mengendalikan perilaku? Pemrograman pikiran dilakukan melalui siaran yang berulang-ulang tentang kebaikan dan kehebatan Erland. Persis seperti iklan yang kita lihat. Semakin sering melihat, produk itu terlihat semakin hebat dan sulit dilupakan. Kali ini, Erland sedang mengunjungi sebuah kawasan rumah. Orang-orang menyambutnya penuh kekaguman, bangga, dan berebut mendekat. Terlihat mirip dengan para fans yang menyambut sang idola. Erland menanggapi rakyatnya dengan senyum tipis. Di mataku, senyum itu formalitas belaka. Tetapi bagi yang disenyumi, mereka heboh. Bahkan ada yang pingsan. Jelas, orang ini merasa dirinya seperti dewa. Aku ingat suatu hari sekolahku kedatangan Decha, artis pod cast yang sedang naik daun saat ini. Wajahnya memang tampan dan tubuhnya tinggi atletis. Rambutnya lurus dipotong keren. Ia datang dengan mengenakan setelan seragam olahraga sekolah kami untuk shooting salah satu episode podcast. Ia akan mengobrol dengan Kepala Sekolah terkait program cinta lingkungan yang gaungnya sudah menembus kelas nasional. Sebagai anak PA, itu program kami yang lolos menjadi program sekolah. Dua minggu sebelumnya kami sudah diambil gambar saat melakukan peremajaan tanaman di Taman Vertikal. Di podcast itu kami bakal jadi cameo. Begitu saja teman-teman yang lain sudah pada heboh. Akibatnya, pihak keamanan sekolah (baca: tatib) harus menurunkan ancaman akan menjatuhkan hukuman kepada mereka yang tidak bisa bersikap tertib. Gadis-gadis heboh itu bubar dengan muka cemberut. Mereka menyempatkan menanyai kami anak PA, barangkali bisa nitip mendapatkan tanda tangan Decha. Tentu saja tidak. Syukurlah, Decha orangnya ramah dan tahu kalau kami bakal membantunya mengisi konten. Jadi ia minta waktu khusus mengunjungi markas kami untuk berdialog. Kami sambut apa adanya dengan ruang yang oleh sekolah sedang dijadikan gudang media tanam dan peralatan taman. “Saya berterima kasih karena teman-teman semua telah bersedia tampil dalam episode ini. Saya berharap apa yang teman-teman lakukan akan menginspirasi teman-teman di sekolah lain. Saya juga ingin berkenalan dengan orang yang menginisiasi ide ini.” Semua menoleh kepadaku. Aku menunjuk Andre. Andre memelototkan mata. Aku hanya mengangkat bahu sambil meringis. “Nama kamu siapa?” tanya Decha tertuju lurus kepadaku. Kuhela nafas. “Rea.” “Rea, ide kamu keren. Saya yakin bakal banyak yang mengikuti perjuangan kamu menghijaukan lingkungan dengan cara-cara unik seperti ini.” Aku beri dia senyum tipis. Teman-teman menjitak kepalaku karena responku hanya demikian. Lho, apa lagi yang diharapkan? Mengakhiri kunjungannya, Decha mengajakku foto berdua di depan Taman Vertikal, kemudian memberikan kartu namanya. “Telepon aku, Rea.” Kuangkat bahu. Setelah Decha pergi, kuberikan kartu nama itu kepada Andre yang menerimanya sambil mengerutkan kening. “Cewek-cewek lain bakal selamatan tujuh hari tujuh malam mendapatkan nomor ini. Kamu malah membuangnya kepadaku?” “Yah, kali saja kamu tertarik.” Andre meninju lenganku sambil tertawa. Lagaknya saja tidak butuh, tetapi aku tahu ia terus menyimpan nomor itu. Aku juga tahu ia sudah kontak Decha. Entah bagaimana perkembangan hubungan mereka. Aku tidak mau tahu dan tidak kepo karena mereka kan sama-sama cowok. Kata teman-teman, dalam podcast-nya Decha berkali-kali menyebut namaku. Bahkan adegan saat ia menyerahkan kartu nama kepadaku juga ditampilkan. Aku tidak ambil pusing. Siapa dia? Aku tidak punya dan tidak berminat punya hubungan istimewa dengan Decha. Aku jadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian itu. Beberapa bulan setelahnya aku sempat bertemu kembali dengan Decha di sebuah jambore pecinta lingkungan. Aku pikir dia tahu aku salah satu peserta. Ia menyempatkan mengunjungi tenda demi tenda, tetapi aku sengaja menghindar. Hingga pergi ia tidak berhasil menemukanku. Bukan apa-apa. Aku lebih suka tampil di belakang layar. Apa yang kulakukan bukan untuk mencari ketenaran atau apalah. Aku melakukannya karena risih dengan lingkungan yang menyedihkan dan kupikir itu hal yang benar untuk dilaksanakan. Hampir satu jam menonton stasiun 1, aku tidak melihat sedikitpun celah melihat situasi sebenarnya dari kehidupan Erland. Erland memberikan pemahaman bahwa kondisi mereka baik-baik saja, pemerintah mampu melindungi rakyatnya, dan rakyat diminta tetap bekerja sesuai tugas masing-masing. Muncul beberapa pertanyaan dalam kepalaku. Jika tetap ada bayi yang diseleksi, berarti mereka juga melangsungkan pernikahan dan para perempuan mengalami kondisi hamil. Jika hal ini juga dikendalikan, alangkah anehnya. Bisa saja seorang wanita tidak dalam kondisi sadar saat menikah dengan pria di depannya. Itu namanya hidup, tetapi tidak hidup. Apa maknanya? Belum lagi pertanyaan tidak terjawab tentang sumber bahan baku makanan mereka. Apa kandungan di dalamnya? Amankah? Apakah standar aman di tempat ini juga sama seperti standar BPOM? Aku berpindah ke stasiun 2. Aku menonton seorang pria kekar menunjukkan bagaimana mengisi lima belas menit istirahat siang dengan melatih otot lengan tanpa perlu meninggalkan meja kerja. Tubuh kekarnya dibalut pakaian kerja yang sepertinya nyaris robek. Aku tidak bisa membayangkan apakah orang seperti ini juga mengonsumsi pil yang sama dengan Todd? Jika sama, alangkah anehnya kalau yang satu bisa tumbuh sangat pesat sementara Todd hanya tumbuh ke atas. Okelah, tubuh Todd masih terlihat berotot dan terlatih, tetapi jika disandingkan dengan orang ini Todd bakal terlihat seperti lidi. Pindah ke stasiun 3, kulihat seorang wanita seumuran mamaku menunjukkan cara membersihkan kolong tempat tidur. Gaya bicaranya yang bertele-tele nyaris membuatku mengantuk. Membersihkan kolong tempat tidur saja ada tutorialnya di televisi? Apakah mereka tidak punya program lain yang lebih menarik? Atau minimal mereka punya presenter yang lebih bikin melek. Jariku menekan tombol terakhir. Aku tiba di stasiun 4. Mereka menayangkan sekelompok anak muda yang sedang berlatih menembak jarak jauh. Mereka melakukannya dalam sebuah ruang tertutup. Keseluruhan dinding ruangan diwarnai putih. Aku sekilas bisa melihat saat peluru bergerak. Kulihat Jiz ada disana sedang memperbaiki posisi tangan seorang pemuda. Kulit lengannya mengkilap karena keringat. Ternyata di lapangan ia garang dan berwibawa. Yah, saat menjemputku juga begitu sih. Tetapi dalam video ini, ia begitu tegas. Apalagi saat ada pemuda yang melakukan kesalahan. Sesaat kemudian ada pemuda yang berhasil menembak tepat di tengah bidang target. Rupanya Jiz juga adil. Kepada yang melakukan pekerjaannya dengan sangat baik, ia mendekat dan memberikan pujian. Ia juga tersenyum. Kumatikan monitor. Aku merasa sakit kepala dengan segala informasi yang masih menghasilkan banyak pertanyaan. Jadi kuputuskan tidur siang saja. Aku berharap dengan tidur pikiran bawah sadarku bakal bekerja. Lalu saat bangun nanti, setidaknya ada pertanyaan yang bakal menjadi awal mula titik terang. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN