AJ#13

1629 Kata
Aku menghentikan langkah saat melihat laki-laki yang sudah berusaha aku jauhi dari tadi siang, muncul kembali, dengan santainya dia duduk di kursi taman yang menghadap langsung ke arah jalan, melambaikan tangan saat mata kami tidak sengaja saling bertatapan. ‘Sabar Alya, kamu gak bakalan bareng sama manusia aneh itu lagi,’ bisikku dalam hati, merapalkan terus kalimat itu untuk meredam amarah. “Kamu ngapain di sini?” tanyaku saat sudah berada di hadapan Samuel, tampilannya sedikit berbeda dengan 2 kancing kemeja yang terbuka, lengan kemeja yang digulung hingga sikut. “Ngapain mau ngundurin diri? Selemah itu kamu sampai-sampai mau ngundurin diri?” “Kalau kamu datang ke sini buat marah-marah, mending pergi deh Sam. Aku gak butuh semua ocehan kamu yang sama sekali gak ada gunanya, aku cape abis penelitian,” desisku yang menjauhkan lengan Samuel dari bahu, “bisa minggir kan dari sini?” “Cupu! Lu terlalu cupu!” aku berhenti berjalan menjauh, “gimana lu bisa ngubah takdir dunia kalau lu bisa selemah itu ngadepin gue! Di sana lebih banyak orang yang siap jatuhin diri lu, siap buat nyerang lu secara fisik atau psikis lu!” “Lu? Gue?” ucapku pelan, kata-katanya terdengar asing, apa itu bahasa yang digunakan sama negara barat? Aku membalikan badan, menatap aneh pria tinggi dengan kemeja dongker. “Jangan bilang lu gak tau arti kata lu gue?” aku mengangguk, dia menghela napas, “cari lebih jauh lagi tentang dunia, jangan cuman berkutat dengan sejarah, gak guna!” Samuel memajukan tubuhnya, jarak antara kita berdua hanya tinggal beberapa senti lagi, kalau dia melangkah satu langkah lagi, gak ada lagi jarak antara kita berdua. Degup jantungku langsung bergumuruh hebat, antara perasaan takut dan penasaran. “Maksud kamu apa? Siapa juga yang nyari tau tentang sejarah, jangan sotoy jadi orang!” “Kamu yakin aku gak tau apa yang diem-diem kamu perbuat di belakang?” Aku bergerak mundur beberapa langkah, menatap nyalang laki-laki yang udah jelas aneh dengan ucapannya yang sama sekali gak aku mengerti! Aku rasa Samuel ada hubungannya dengan profesor Hangga yang terlihat menjijikan saat ini, kalau sampai dia tau tentang penelitian yang aku buat secara diam-diam, bisa bahaya! “Kamu pikir aku bakalan takut dengan ucapan kamu yang hanya bisa menggertak doang?” tanyaku dengan mimik datar, “kamu salah Samuel! Aku gak bakalan takut!” “Bagus kalau gitu, karena cobaan hidup kamu yang sebenernya itu bukan aku, cari siapa pelakunya dan bunuh dia kalau kamu masih mau aman hidup di negara Timur.” “Samuel, maksud kamu apa?” Dia menarik tubuhku untuk masuk ke dalam rumah, “Sekarang lu baca ini, gue yakin lu bakal---.” “Sebentar, gimana caranya kamu bisa masuk ke dalam rumah aku?” tanyaku yang melepaskan pegangan lengan Samuel, “kamu penguntit?” “Itu gak penting buat sekarang Alya,” ucapku dengan sarkas, “sekarang yang terpenting, gue udah ngasih tau kebenaran dari negara Barat dan gue pengen---“ “Kebenaran dari negara Barat? Kamu pikir aku bakalan percaya dengan ucapan kamu?” decihku, “sekarang kamu keluar dari rumah aku, jangan datangin aku lagi!” “Alya berhenti motong ucapan aku! Aku serius pengen bicara sama kamu, cuman kamu satu-satunya orang yang bisa aku percayain buat rencana ini.” “Sam, jangan kira aku ini bodoh ya! Aku tau kalau kamu itu deket sama profesor Hangga, dan aku tau apa yang sekarang di rencanain sama profesor!” Samuel mengerutkan dahinya, dia terdiam sebelum menatap kesal ke arahku, cukup membuat aku sedikit terkejut karena responnya yang tidak sama dengan yang aku harapkan. Nama Zack tiba-tiba terlintas di kepalaku, entah kenapa aku rasa ini perlu untuk aku bicarakan dengan dia. “Aku rasa di antara kita ada salah faham,” ucapnya setelah beberapa saat terdiam, “aku gak ada hubungannya sama profesor Hangga, mungkin yang kamu liat itu waktu aku bicara serius di depan gerbang selatan Argaraya, terlihat akrab bukan?” “....” “Oke oke, aku gak bakal nyembunyiin apa pun dari kamu lagi. Pertama aku minta kamu tarik surat pengunduran diri kamu untuk jadi penanggungjawab kamu, aku janji bakal berhenti berbuat ulah. Kedua aku mau kamu ikut dalam rencana aku, kayaknya kamu udah ketemu sama Zack di hutan timur beberapa hari lalu, jadi aku bisa tenang.” “Sebentar, kamu tau Zack?” Samuel dengan mantap mengangguk, “Zack siapanya kamu?” “Dia teman yang aku temui waktu melakukan pelanggaran di negara barat, dia yang ngajarin banyak hal tentang rahasia dari 8 negara, dan jangan lupa tentang kebudayaan yang sempat hilang.” “Apa aku bisa percaya sama kamu setelah yang kamu inginkan selama ini? Kamu pasti gak lupa kan kalau selama ini, kamu cuman bisa bikin ulah, bikin masalah yang terus nyeret nama aku, dan menghancurkan banyak penemuan dari ilmuwan muda di sini.” Samuel terkekeh pelan, wajah dinginnya terlihat lebih manusiawi saat ini dengan mata yang sekilas terlihat menyipit. Dia berhenti tertawa, berubah menjadi manusia tanpa ekspresi, berdehem pelan dan kembali fokus ke arahku. “Untuk itu aku minta maaf, tabung yang aku pecahin itu karena ada kesalahan di bagian dalam, kalau kalian kembangin, bukan berhasil tapi obat yang kalian simpan akan jadi berbahaya, apalagi dengan suhu yang kalian setel di sana,” jelasnya dengan tampang tidak bersalah, “lagian aku suka ngeliat wajah kamu yang kesal dengan ulah aku, di tambah dengan rambut yang di urai kayak sekarang.” “Sam tapi kamu gak bisa sembarangan rusakin kayak gitu, bilang sama mereka kalau ada- tunggu kalau kamu paham sama ini, ngapain kamu datang ke sini?” tanyaku yang menyipitkan mata. “Karena..” dia memenggal ucapannya, “aku cuman penasaran sama ilmuwan di sini, nama ilmuwan dari negara Timur udah tersohor dimana-mana.” “Jelas lah, kita di sini ngembangin ilmu pengetahuan terus---“ “Sht..” Aku mengangkat alis denga lengan yang di angkat, bukannya menjawab, Samuel langsung berjalan ke arah jendela, mengintip sebelum menutup gordennya dan mengunci pintu rumah. Tingkah Samuel gak luput dari penglihatanku, sekarang cara pandang aku sedikit berbeda ke arah dia, mungkin karena penjelasannya yang sedikit masuk akal. “Kenapa Sam?” bisikku saat dia sudah kembali duduk. “Kamu harus hati-hati di sini, aku yakin petinggi udah bersiap untuk menyeret kamu dalam penelitian gila mereka, aku emang gak banyak tau tentang negara ini, tapi selama 2 bulan terakhir, aku berhasil mencuri data dari hasil sagapan aku.” “Data dari petinggi negara Timur?” tanyaku tidak percaya, sekarang di rumah aku ada kriminal yang berbahaya, laki-laki yang aku kira gak tau apa-apa ternyata jauh dari apa yang aku perkirakan. “Tenang Al, muka panik kamu gak perlu kamu tunjukin sekarang, nanti saat kita berdua ketemu Zack.” “Samuel aku serius sekarang!” “Aku gak bilang kalau kamu gak serius kan? Lagian aku gak bawa data itu ke sini, terlalu berbahaya kalau aku sembarangan membawanya, satu-satunya tempat aman untuk itu hanya di Zack yang udah ahli dalam berpetualang.” “Dia luar biasa sih, berhasil keluar masuk ke negara yang punya penjagaan yang ketat,” komentarku yang kembali mengingat laki-laki dengan kain batik yang terikat di lehernya atau di lengannya. “Lusa Zack bakal kembali ke negara Timur, kita harus ketemu sama dia dan minta penjelasan lebih lanjut dari hasil penjelajahan dia ke negara Selatan dan negara Tenggara, pasti ada informasi yang dia dapat dari sana,” ucap Samuel yang pas dengan perhitungan aku. Dua bulan yang lalu lebih tepatnya saat aku akan kembali ke kota, Zack pernah bilang esok dia akan berjalan ke negara Tenggara dan Selatan untuk mencari informasi, 2 bulan lagi dia minta aku untuk datang ke gedung tua di tengah hutan timur. Ternyata ucapannya bukan hanya tertuju untuk aku, tapi untuk Samuel, laki-laki paling aneh yang pernah aku temui. “Kamu bener, lusa dia baru akan kembali ke negara Timur, perhitungan kamu sama dengan perhitungan aku tentang kedatangan Zack nanti.” “Sekarang kamu percaya kan sama ucapan aku?” tanya Samuel yang menatap lurus ke arahku. Aku menggeleng pelan, “Gak sepenuhnya percaya, aku belum yakin kamu gak ikut campur sama petinggi negara Timur, terutama profesor Hangga.” “Kalau kamu masih gak percaya,” Samuel mengeluarkan kalung dengan batu permata merah, “ini adalah kalung peninggalan keluarga aku, kamu bisa simpan ini sebagai jaminan kalau aku gak ada hubungan apa pun dengan negara ini.” Bunyi jam dinding jam 9 tepat mengisi kesunyian malam, ucapan Samuel tadi sore masih mengusik pikiran aku saat ini, entah aku harus percaya atau engga sama dia, ditambah lagi aku kepikiran sama penelitian tabung manusia yang sebentar lagi akan berhasil, fokus aku udah gak ke satu titik lagi, udah bercabang karena profesor Hangga maksa aku masuk ke tim penelitiannya. “Gimana caranya aku nolak penelitian terbaru profesor Hangga?” tanyaku yang menatap langit-langit rumah, “kalau kayak gini aku gak bakal bisa fokus sama penelitian yang udah aku impikan.” Tok... tok.. “Jam 9 lewat 10 menit,” ucapku yang melihat ke arah jam dinding, “siapa yang berani malem-malem datang ke sini?” bulu kudukku langsung berdiri membayangkan hal yang tidak-tidak, Bunyi pintu yang diketuk semakin kencang, ini bukan ketukan pintu tapi gedoran orang yang maksa masuk. Aku perlahan mengintip dari arah jendela, menggelengkan kepala, bukan orang yang aku harapin untuk datang ke sini, apalagi setelah kejadian 1 bulan yang lalu. “Alya buka...” lirih laki-laki di luar sana, tanganku langsung gemetar memegang gagang pintu, antara ingin membukakan pintu dan takut kalau ada yang menyadap kedatangan laki-laki ini, apalagi dengan kondisinya yang sama sekali berbeda dari biasanya. “Joe kamu ngapain ke sini lagi? Kalau orang lain tau kamu datang, bisa bahaya!” “Mereka gak bakal tau Al, aku mohon untuk kali ini aja kamu dengerin penjelasan aku.” “Gak bakal Joe, kesalahan kamu udah terlalu fatal buat aku, aku---“ Bruk...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN