Aku mengusap keringatku yang muncul di dahi. Tegang. Itu sudah pasti. Luna pun terlihat tak enak. Sedari tadi hingga sampai rumah, dia hanya diam saja. "Kamu baik-baik saja, Dek?" Dia hanya mengangguk. "Aku ke kamar duluan, Mas," ucapnya. Giliran aku yang mengangguk sekarang. 10 hari lagi challenge menuju malam pengantin seperti perjanjian itu. Harusnya aku senang dan mempersiapkan moment itu. Tapi entah kenapa, banyak hal yang memenuhi pikiranku. "Karena mereka dilahirkan dari keluarga biasa bukan seperti keluargaku," jawab Luna dingin. "Memangnya keluargamu itu kenapa, Dek?!" tanyaku membungkuk sambil memasang sepatu. "Keluarga mafia," jawab Luna santai. Percakapan itu terus saja berulang-ulang di otakku. Kubuka ponselku dan sejenak kutatap foto itu tanpa bernafas. Lu

