bc

Cyrene - The Damned Slayer

book_age16+
23
IKUTI
1K
BACA
dark
curse
powerful
independent
superhero
tragedy
female lead
superpower
supernatural
special ability
like
intro-logo
Uraian

Ada banyak tingkatan makhluk dan iblis di dunia. Tiga kelompok pembasmi iblis; Dolphin, Whale, dan Clam, harus bersatu ketika Ozzazin keluar.

Crimson yang terlahir sebagai bentuk kutukan, telah mencoreng nama baik klan Kama. Dia pun harus berjuang hidup sendirian jauh dari negara kelaiharannya sendiri.

Akankah Crimson, sebutan bagi Cyrene, selamat dari kutukan?

Akankah dia bisa mengangkat kembali derajat klan Kama dan mengubah stigma masyarakat soal dirinya yang sangat ditakuti itu?

chap-preview
Pratinjau gratis
Rusia
“Katanya, dia itu orang yang tak berperasaan. Pemburu yang keji, bagaimana bisa dia masih menjadi anggota Dolphin?” “Kau tidak tahu? Dia itu keturunan langsung klan Kama. Siapa yang berani mengeluarkannya?” “Eh? Bahkan itu terdengar lebih menyeramkan dan tragis.” “Tapi, aku dengar, dia malah menjadi anggota khusus. Kabarnya dia dulu masih di tingkat empat lalu tiba-tiba diangkat menjadi tingkat satu dan masuk dalam tim King.” “Serius? Orang seperti dia, sekuat apa pun, tetap saja hina dan malah semakin berbahaya. Apa kalian masih bisa hidup menatap wajah semua orang jika memiliki darah terkutuk yang membantai orang tuanya sendiri?” “Ditambah lagi, cara dia menyelamatkan orang sungguh keteralaluan.” “Katanya sih menyelamatkan, tapi bagiku dia itu makhluk pembunuh, lebih kejam daripada para Kuxin.” *** Bab 1 Rusia, 2021. Sebuah pemandangan memilukan terpampang jelas di hadapan sepasang suami istri. Mereka saling berpelukan karena takut dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Anak laki-lakinya yang masih berumur lima belas tidak lagi seperti anaknya yang sekadar nakal. Tapi, tubuhnya membengkak dengan kulit kehitaman seperti terbakar. Sesuatu bergerak-gerak dair dalam punggungnya. Seorang pendeta tidak bisa lagi melakukan apa pun. Dia mundur dengan terus melafalkan doa dari alkitab yang terus dia genggam. Ditambah air suci yang berada dalam botol kecil bening terus-terusan dia siram pada anak laki-laki itu. Namun, tidak ada yang berguna. Bahkan semua orang yang memegangi anak itu sejak awal sudah jatuh pingsan di sembarang arah. Anak itu meraung-raung semakin keras. Namun, sesekali suara aslinya keluar memohon untuk dibunuh saja dengan paraunya. “Mom, bu-bunuh ... aaaargh! Aku! Bunuh aku!” teriaknya dengan isakan tangis yang sesekali ditutupi oleh raungan makhluk lain yang bersemayam dalam tubuhnya. “Max! Pendeta, kenapa dia masih seperti itu?!” teriak sang istri dari kejauhan. Pendeta tersebut mulai kewalahan, air sucinya habis. Seluruh ayat-ayatnya tidak ada yang mempan. Itu hanya mampu menggertak makhluk di dalamnya dan membuatnya semakin mengamuk. “Ma-maafkan saya, Nyonya. Saya sudah berusaha. Yang bersemayam di dalam tubuhnya bukan setan biasa. Ini ... ini iblis j*****m!” pekik pendeta itu mundur menjauh. Peluh keringatnya membasahi jubah hitam yang selalu dia banggakan. Saat dia lengah, anak laki-laki tadi langsung melompat dan menyerang pendeta tersebut. Pria beruban itu mencoba menahan sang makhluk mencekiknya dengan susah payah. Tiba-tiba sekelompok kecil orang datang lagi ke ruang yang dijadikan gudang penyimpanan pakan hewan dan sekaligus menjadi tempat bengkel tersebut. “Pendeta Sergei!” teriak salah satunya yang juga mengenakan baju kebesaran seorang pendeta. Yang lainnya menendang tubuh anak laki-laki yang sudah bengkak-bengkak itu sekeras mungkin sampai akhirnya dia terbanting jauh. Namun, anak itu tidak terjerembab, dia menahan tubuhnya dan kembali berdiri menatap mereka. Tawanya menggelegar. “Apa-apaan makhluk itu?!” pekik pemuda yang membantu pendeta bernama Sergei tadi. Pendeta tersebut terbatuk-batuk dan benar-benar sudah tidak kuat untuk berdiri. “Ce-cepat panggil mereka!” Semua pemuda yang membantu itu terkejut sejenak karena rupanya mereka tengah menghadapi makhluk yang tak bisa ditangani oleh pendeta saja. Salah seorang dari mereka pun segera merogoh kantung celananya untuk meraih ponsel dan menghubungi seseorang dengan panik. Saat itulah mereka kembali diserang oleh anak laki-laki tadi dengan membabi buta. Para pemuda yang masih sanggup melawan itu mencoba menyelamatkan pendeta Sergei lebih dulu. Mereka lari keluar meski tubuh mereka sudah tercabik. “Max! Maxim, berhentilah, momy mohon!” teriak sang wanita yang ikut berlari keluar gudang diikuti sang suami yang berusaha tetap menjaga istrinya jauh dari bahaya. “Bagaimana ini, apa dia bisa kembali?” bisik wanita itu memeluk kembali suaminya. “Pasti bisa, tadi mereka menghubungi seseorang, mungkin bantuan,” ucap lelaki berkumis tipis itu menatap anak laki-lakinya mengamuk di tengah padang rumput. Sementara pak Sergei berhasil selamat di bawah pohon apel, jauh dari padang rumput itu. Makhluk yang bersemayam dalam tubuh Maxim terus menyerang para pemuda tadi. Pemuda yang masuk dalam sebuah organisasi di luar Gereja. Pemuda yang tanpa pendeta Sergei tahu adalah anggota yang cukup terlatih untuk mengurus hal seperti ini. Mereka mengeluarkan senjata masing-masing, ada yang menggunakan pistol berisi peluru suci, tongkat yang sudah ditempeli jimat, dan seorang pengguna mantra. Maxim melompat ke sana kemari dengan tawa girang mempermainkan para pemuda itu. Tak ada satupun senjata yang mengenai tubuh Maxim. Justru tubuh merekalah yang babak belur. Darah mereka membuat ilalang berubah warna menjadi merah. Tiba-tiba sang pengguna mantra berhasil mengikat tubuh Maxim dengan tali tak kasat mata dan membuat tubuhnya tidak bisa bergerak. “Dapat!” teriaknya. Tapi, Maxim malah terkekeh dan tawanya semakin menjadi-jadi. “Ada apa dengannya?” tanya seorang pengguna tongkat. Napasnya tersenggal dengan pandangan kabur karena kehabisan banyak darah. “Tidak tahu, cepat lakukan!” teriak si pengguna mantra. Pemuda pengguna pistol pun mulai membidik dari depan dengan tangan bergetar. Darah terus mengucur dari kepalanya. “Apa kita bisa lakukan ini?” “Lakukan saja sampai mereka datang!” teriak si pengguna tongkat kesal. Peluru pun berhasil keluar. Seketika semuanya hening. Suara tembakan terdengar sampai ke depan pintu gudang peternakan sepasang suami istri tadi. “Apa itu?!” pekik sang wanita. Sang suami pun berlari menuju padang rumput itu diikuti sang istri. “JANGAN!” teriak sang pendeta yang masih setengah sadar setelah mendengar tembakan itu. Sontak suami istri tadi berhenti dan menoleh ke kanannya. Mereka pun berlari menghampiri sang pendeta di bawah pohon apel. “Apa yang sebenarnya terjadi, apa anak kami baik-baik saja?” tanya sang pria berkumis tipis. “Dia akan ... baik-baik saja,” jawab Sergei menahan leher kanannya yang sempat tercabik kuku tajam Maxim ketika mencekiknya. “Tapi, tembakan itu ....” Wanita di sebelahnya semakin khawatir. Mereka tidak bisa melihat keberadaan anaknya bersama tiga pemuda tadi dalam padang rumput ilalang tersebut. “Tenang saja!” bisik Sergei berusaha tetap sadar untuk mencegah suami istri itu menghampiri medan pertempuran. “Pokoknya jangan ke ... sana. Ba-bahaya.” “Lalu, sebenarnya apa yang merasuki putraku?” tanya sang suami. Sergei menghela napas berat. “Sesosok iblis yang sangat kuat. Kami anggota gereja hanya mampu mengatasi kerasukan biasa yang disebabkan oleh makhluk maupun iblis tingkat rendah.” “Jadi, maksudmu yang merasuki anakku adalah iblis tingkat tinggi? Bagaimana bisa?!” bentak wanita di sebelahnya tidak terima. “Dia selalu berada di kamarnya bermain game online, dia juga hanya anak nakal yang kadang mencuri jajanan kecil, tidak sampai menjadi anak durhaka!” Belum Sergei menjawab, suara dentuman kembali terdengar sampai menggetarkan pijakan mereka. Sontak semua orang menatap ke padang ilalang jauh di depannya. *** Peluru suci berhasil mendarat sempurna di atas kepala Maxim. Kemudian peluru itu meledakkan air suci seperti hujan. Tubuh Maxim mulai basah, dan makhluk di dalamnya mulai marah.  “Itu bukan air suci biasa, itu adalah air dari surga yang telah didapatkan dari hasil meditasiku selama satu tahun,” jelas pemuda yang menembakkan peluru tadi. Seketika Maxim kembali terkekeh. “Apa? Surga? Cih!” ucap Maxim dengan suara serak dan menggema. Ketiga pemuda itu terkejut karena tiba-tiba tubuh Maxim kembali berjalan dan menggerakkan pundaknya dengan mudah. “Kalian ini berada di tingkat berapa sebenarnya? Kalian bahkan tidak bisa mengunci tubuhku. Aku hanya mengikuti permainan kalian, tapi jadi tidak seru karena kau membawa-bawa nama tempat yang jelek itu,” lanjut Maxim masih dengan suara yang berbeda. Jantung ketiga pria itu berderu cepat. Energi mereka habis, tubuh mereka lemas kehabisan darah. Saat itulah Maxim melompat hendak menyerang mereka yang telah pasrah dengan takdirnya. Bum! Sesuatu menghantam bumi dan melempar tubuh Maxim jauh sampai keluar padang ilalang. Membuat ketiga pemuda tadi terjatuh lemas dan membuka matanya lebar-lebar. Mereka terkejut melihat seseorang berdiri membelakangi mereka dengan sebuah perisai bening yang tingginya tiga kali lipat dan lebar setara sepuluh orang berjejer tepat di hadapan orang itu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

Rise from the Darkness

read
8.0K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.6K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.4K
bc

TERNODA

read
198.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook