"Ayo, pelan-pelan turunnya!"
"Iya, Pa"
Dianti dijemput papa dan mamanya dari rumah sakit karena ia sudah diperbolehkan untuk pulang.
"Non Dianti sudah pulang," sapa bibi Sum
"Iya, Bi"
"Ouh ya, Bi. Kaila kemana?" tanya Evan setelah menuntun Dianti untuk duduk di sofa.
"Non Kaila tadi dijemput sama den Irsyad keluar. Katanya sih mau ke toko buku," jelas bibi Sum
"Kok dia malah keluar, sih. Dia emang enggak tau apa kalau kakaknya hari ini pulang dari rumah sakit." Devi masih kesal dengan perbuatan Kaila terhadap Dianti.
"Enggak apa-apa kok, Ma. Mungkin Kaila emang enggak mau sambut aku. Dia kan emang enggak suka sama aku. Enggak apa-apa kok, aku terima." Dianti kembali menjalani akting berpura-pura di hadapan orang tuanya.
"Enggak, dia enggak boleh kayak gitu. Ini kan kesalahannya. Seharusnya dia bisa lebih tanggung jawab dong. Pokoknya nanti dia pulang, mama akan hukum," kesal Devi
"Ma, udah enggak usah. Aku enggak apa-apa kok," jawab Dianti dengan wajah sedih yang ia buat-buat.
"Udah, kamu ndak usah bela dia terus," sanggah Devi
***
"Bagaimana? Dapat bukunya?" tanya Irsyad yang sedang menemani Kaila membeli buku untuk bahan kuliahnya.
"Udah kok, udah dapet," ujar Kaila dengan senyuman.
"Okey. Enggak mau kemana-mana lagi?" tanya Irsyad lagi
"Enggak deh. Aku harus pulang, hari ini kak Dianti udah pulang dari rumah sakit," jawab Kaila
"Oh, dia udah pulang. Sekalian aja deh, aku jenguk dia," balas Irsyad
Kaila sudah menceritakan perihal Dianti kepada Irsyad dengan versi sebenarnya. Ia juga menceritakan hal yang sama kepada Andhira. Ia juga menceritakan kepada kekasih maupun sahabatnya itu mengenai Dianti yang menuduhnya perihal kejadian itu.
Dan tentu saja, Irsyad sebagai kekasihnya lebih percaya kepada pacarnya. Begitu pula dengan Andhira yang lebih mempercayai sahabatnya. Tapi, apakah kepercayaan mereka itu akan selalu bertahan selamanya? Karena pasti akan ada gelombang yang akan menghantam kepercayaan mereka kepada Kaila. Hanya waktu yang dapat menjawab semua hal itu.
***
"Ahh, akhirnya sampai juga. Ya udah, yok Irsyad kita masuk," ajak Kaila pada Irsyad seraya menggengam tangannya.
"Ayok"
Saat mereka berdua masuk ke dalam rumah. Hal pertama yang mereka lihat di ruang tamu adalah ekspresi kedua orang tua Kaila yang tampak marah. Dan ekspresi sedih Dianti, yang Kaila yakin itu adalah ekspresi yang dia buat-buat. Apalagi ditambah dia-Dianti-yang hanya menggunakan kursi roda.
"Kau darimana? Apakah kau enggak tau kakakmu hari ini pulang dari rumah sakit?" Devi langsung mengeluarkan amarahnya ketika Kaila baru menginjakkan kaki di lantai ruang tamu.
"Aku tau Ma. Tadi aku harus ke toko buku dulu. Ada buku yang harus ku beli," jawab Kaila
"Kamu jangan alasan terus. Kamu kan tau semua ini adalah salahmu. Kamu harus lebih menunjukkan rasa bersalahmu pada Dianti. Bukannya malah keluar, pergi kencan." Devi tidak terima dengan pembelaan Bianca, dan malah semakin memarahinya.
"Tidak kok, Tan. Kami benar-benar keluar ke toko buku kok. Tadi habis dari toko buku, kita langsung ke sini." Irsyad membela Kaila karena Kaila di sini tidak bersalah.
"Kamu jangan membela Kaila, Irsyad. Di sini dia yang salah," celetuk Emran
"Maksud, Om?" tanya Irsyad bingung.
"Asal kamu tau, Kaila lah penyebab Dianti jadi lumpuh," tutur Devi
"Ma, udahlah. Kaila kan enggak sengaja dorong aku. Dia mungkin lagi emosi jadi lampiaskan ke aku." Dianti mencoba cari simpati dari Irsyad supaya merasa kasihan terhadapnya
"Enggak! Kaila enggak mungkin kayak gitu. Masa dia buat celaka kakaknya sendiri. Om kok enggak percaya sama anak om sendiri?" Irsyad tidak habis pikir kenapa mereka tidak percaya dengan Kaila.
"Tapi, emang kayak gitu kejadiannya. Kamu kan enggak ada di tempat kejadian." Devi kembali menambahkan.
"UDAH, UDAH! Berhenti debatnya!" Kaila sudah lelah dengan perdebatan itu. Ia cukup sedih karena orang tuanya sendiri yang menjelekkannya di depan kekasihnya sendiri.
"Kaila kau enggak apa-apa?" Irsyad menanyakan keadaan Kaila karena ia sangat khawatir dengan keadaannya.
"Aku enggak apa-apa kok. Kau pulang aja," ujar Kaila
"Beneran enggak apa-apa?" Irsyad mencoba menanyakannya sekali lagi.
"Iya, enggak apa-apa. Kau pulang aja," ucap Kaila lagi.
"Ya udah, aku pulang dulu. Om, Tante aku pamit pulang. Dan....Dianti semoga cepat sembuh," pamit Kevin
"Kau hati-hati yah," ucap Dianti
Sepulangnya Irsyad dari sana, Kaila kembali dimarah oleh mamanya.
"Kamu itu emang anak yang tak tau diuntung ya. Pokoknya kamu harus merawat Dianti. Kamu harus menuruti segala keinginannya." Mamanya-Devi-telah mengeluarkan ultimatum yang tidak dapat dibantah oleh siapapun.
"Ya, aku ngerti. Selama permintaannya bukan yang aneh-aneh, Kaila akan menurutinya," ujar Kaila pasrah.
KAILA POV
Aku enggak habis pikir dengan kejadian tadi. Papa dan mama bukannya membela bahkan menjelekkanku di depan Irsyad. Aku hanya berharap Irsyad akan tetap percaya sama aku. Semoga....
KAILA POV END
***
'knock-knock'
"Kaila, bangun!" Terdengar suara gedoran dan teriakan Dianti di luar kamarnya.
"Iya, bentar," jawab Kaila
Aishh, siapa sih yang ketok-ketok. Ganggu orang tidur aja sih ~ batin Kaila
Sungguh ia masih ingin bergelung di bawah selimutnya yang hangat. Dia sudah lelah kena omelan terus kemarin.
'cklek'
"Kau lama banget sih, buka pintu," kesal Dianti
"Kakak ngapain ketok-ketok pintu kamarku, pagi-pagi begini lagi," keluh Kaila dengan mata yang terkatup-katup.
"Kau lupa yaa, kau harus merawatku tau," ujar Dianti dengan nada memerintah.
"Iya, aku tau. Tapi ini masih pagi, kak," jawab Kaila
"Hei, kau mau aku adukan ke mama kalau kau enggak mau urusin aku. Ok, fine, aku akan adukan saja." Dianti dengan segala kelakuannya yang licik.
"E-eh, iya aku mau. Kakak mau suruh apa?" Kaila lebih memilih untuk menghindar dari keributan dengan Dianti dan akhiranya mau menuruti keinginan Dianti.
"Aku mau kau masakkan aku makanan sekarang!" perintah Dianti
"Kan ada bibi Sum atau bibi Yan di dapur. Kenapa jadi suruh aku?" tolak Kaila
"Aku itu suruhnya kamu bukan yang lain. Jadi, kamu yang masakkin aku!" titah Dianti
"Ok, ok. Aku masakkin. Kakak tunggu aja di meja makan," jawab Kaila
"Apaan kamu suruh aku pergi sendiri. Kamulah yang dorong kursi rodanya ke meja makan. Masa kamu suruh aku sendiri, sih. Mau adukan ke mama." Dianti kembali mengancam Kaila dengan alasan yang sama.
"Iya, iya. Bawel banget, sih," protes Kaila
"Apa kamu bilang?" sungut Dianti
"Eng-enggak ada kok"
Sedikit penjelasan yaa, kalau kamar Kaila dulunya di lantai dua. Tapi, semenjak dia disuruh untuk mengurus kakaknya, ia jadi dipindahkan ke kamar tamu yang ada di lantai satu. Supaya memudahkan Dianti kalau mau mencari Kaila.
"Tunggu sini. Aku masakkin dulu," ujar Kaila seraya menuju dapur untuk memasakkan makanan untuk Dianti.
"Cepet jangan lama," sindir Dianti
Kaila pun memasakkan Dianti makanan. Untung saja dia emang bisa masak dari sejak kecil. Karena dia sudah belajar memasak dengan bibi Sum.
Kaila cukup cepat kalau memasak. Tapi, rasanya jangan ditanya, suangatt sedapp.
"Nih, aku buatin nasi goreng." Kaila menyerahkan sepiring nasi goreng spesial.
"Okeyy, makasih. Tolong ambilkan jus di kulkas dong!" perintah Dianti lagi.
"Hemm, iya aku ambilin." Kaila cukup bersabar dengan kelakuan Dianti terhadapnya.
"Uhuk, uhuk"
'prang'
"Dianti, kamu kenapa?"
Terdengar teriakan Devi dari arah ruang makan. Hal itu, membuat Kaila urung mengambilkan jus untuk Dianti.
"Dianti kenapa?" Emran yang mendengar suara pecah piring dari luar, segera keluar dari ruang kerjanya.
"Cepat bawa ke rumah sakit!" teriak Emran
Irsyad yang baru datang ke rumah Kaila, cukup terkejut ketika melihat Kaila keluar sambil menangis, ditambah dengan Emran yang keluar sambil membopong Dianti yang sedang pingsan.
"Kai, apa yang terjadi?" tanya Irsyad
"Aku juga enggak tau, kak Dian tiba-tiba muntah-muntah sampe pingsan setelah makan nasi goreng buatanku," jelas Kaila dengan raut khawatirnya.
"Ya udah, ayo kita susul ke rumah sakit," ajak Irsyad
"Ok"
***
"Apa yang terjadi dengan anak saya, dok?" tanya Emran pada dokter setelah Dianti diperiksa.
"Anak anda keracunan makanan. Untungnya cepat dibawa ke sini, kalau telat sedikit saja, kami tidak tau apa yang akan terjadi padanya," jelas dokter
"APA?! Keracunan makanan? Terus anak saya tidak apa-apa kan, dok?" Devi terkejut setengah mati kala tau penyebab anaknya tadi pagi muntah-muntah sampai pingsan.
"Sudah tidak apa-apa. Saya akan meresepkan obat untuk meredakan nyeri perutnya," kata dokter
***
"Kamu kenapa bisa keracunan makanan? Kau habis makan apa?" tanya Emran pada Dianti.
"Tadi cuman makan nasi goreng buatan Kaila. Tapi, enggak tau kenapa bisa sampe kayak gini? Apakah Kaila ingin meracuniku?" ucap Dianti seraya menunjukkan air mata kebohongannya.
"Apa?! Kaila buatin kamu nasi goreng? Kaila apa benar itu?" tanya Devi pada Kaila dengan ekspresi yang sudah menunjukkan kalau ia sedang marah.
"I-iya, memang Kaila yang buatin kakak nasi goreng. Tapi, Kaila enggak tau, Ma, Pa, kalau sampai kayak gini. Perasaan Kaila enggak naruh yang aneh-aneh, deh ke dalam makanannya." Kaila enggak habis pikir kenapa nasi goreng buatannya bisa membuat Dianti sampai keracunan.
'plak'
Semua yang ada di sana cukup kaget dengan tamparan Devi pada Kaila yang cukup keras.
"Kamu ini kenapa sih, Kai. Kenapa kamu berbuat ulah lagi, sampai kapan kamu kayak gini, mau sampe kakakmu mati, baru kamu puas. Kamu ini..." Devi sudah mulai naik pitam, dan bahkan ingin kembali memukul anaknya-Kaila-itu.
Dengan sigap Emran memegang Devi supaya tidak bertindak jauh dan Irsyad yang sigap melindungi Kaila.
"Cepat, Irsyad. Bawa Kaila keluar!" perintah Emran
***
"Kau enggak apa-apa?" Irsyad berusaha menanyakan keadaan kekasihnya itu.
"Entahlah, aku bingung harus gimana." Kaila akhirnya mengeluarkan air matanya setelah berusaha ia tahan sedari tadi.
"Udah ya, sayang. Kau tenang aja, ada aku di sini." Irsyad mencoba menenangkan Kaila seraya mengelus rambutnya Kaila dengan sayang.
"Kau percaya padaku Irsyad?" tanya Kaila dengan nada sesenggukan.
"Iya, aku percaya kok. Kamu enggak kayak gitu," jawab Irsyad walau terdapat sedikit nada keraguan dari ucapannya.
"Aku senang kau percaya padaku"
Mari kita lihat sampai mana kepercayaannya Irsyad pada Kaila akan bertahan.
Quote of the day:
Kepercayaan harus dijaga dengan baik
Karena ia bisa pergi dengan mudah
Namun sulit untuk datang kembali
Seperti kertas yang diremas dan menjadi kusut
Tak kan bisa kembali seperti semula
~TBC~
Bagaimana dengan chapter ini???
Love and comment reader!!!
Biar aku semangat!!!
Semoga kalian semangat baca ceritaku yah!!!
See you in next chapter!!!