Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Kaila yang baru saja habis membersihkan tubuhnya. Kaila keluar dengan bathrobe di tubuhnya. Ia mengambil hair dryer dan segera mengeringkan rambutnya itu.
Setelahnya, Kaila berjalan menuju lemarinya. Namun, baru saja ia akan mengambil pakaian di dalam lemarinya itu, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Segera ia berjalan mendekati ponselnya yang terletak di atas nakas samping ranjangnya.
Kaila agak tertegun kala melihat nama 'Mama' di sana. Ia jadi terdiam sebentar untuk menjawab atau tidak panggilan telpon itu. Hingga akhirnya ia memilih untuk menggeser ikon hijau di ponselnya itu.
"Halo, Ma. Ada apa?" tanya Kaila
Seperti ia tahu kenapa Mamanya itu menelpon dirinya saat ini. Namun, ia ingin mendengarnya langsung dari sang Mama tentang alasan dari menelponnya pagi-pagi begini.
["Halo Kaila. Kamu lagi di mana, Nak?" tanya Devi dengan nada lembut.]
Kaila cukup merasa senang mendengar nada lembut itu. Namun, ia tahu alasan dari nada lembut itu.
"Aku ada di apartemen saat ini. Ada apa emangnya?" tanya Kaila kembali.
["Mama mau meminta maaf padamu karena kejadian tadi malam. Kita enggak jadi banyak berbicara tentang kelulusan skripsimu," jelas Devi]
Kaila menghela napas pelan. "Iyah, Ma. Enggak apa-apa. Aku udah enggak mempermasalahkan hal itu lagi," balas Kaila yang berusaha tersenyum tipis.
["Tapi Mama masih tetap bersalah padamu. Mama ingin menebusnya dengan mengajak dirimu makan siang nanti. Kamu mau kan?" tawar Devi]
Kaila jadi terdiam sejenak setelah mendengar hal itu. Ia berpikir apakah harus menerima ajakan itu atau tidak. Sampai suara dari Devi kembali terdengar ketika tak ada sahutan dari Kaila.
["Halo Kaila. Kamu masih di sana kan?" sahut Devi kembali.]
Kaila langsung tersadar dari lamunannya begitu suara Mamanya itu terdengar kembali.
"Iyah, aku masih di sini. Tapi aku tak bisa pergi. Aku masih ada urusan hari ini," timpal Kaila yang menolak ajakan itu.
["Apa tak bisa kamu tunda dulu, sayang? Mama sangat ingin berbicara denganmu saat ini. Mama merasa bersalah dengan kejadian malam itu. Mau yah kamu datang bertemu dengan Mama?" ajak Devi dengan nada memohon.]
Mendengar nada memohon dari Mamanya itu membuat Kaila jadi agak tak enak. Ia menghela napas kasar.
"Baiklah! Aku akan menemui Mama nanti. Kirimkan saja alamatnya padaku," jawab Kaila yang akhirnya menyetujui ajakan itu.
["Syukurlah kamu akhirnya mau menemui Mama. Nanti Mama akan kirimkan alamatnya padamu. Kamu datang yah. Sampai jumpa," ujar Devi seraya mematikan panggilan itu.]
Kaila melihat ke layar ponselnya ketika panggilan telpon itu sudah berakhir. Kaila kembali menghela napas kasar. Ia tak tahu kenapa Mamanya itu mengajaknya kembali bertemu.
"Semoga Mama tak akan menyuruhku untuk melakukan permintaan mereka lagi. Aku sudah berjanji dengan Arcel untuk tak menerima permintaan itu. Aku juga tak ingin melakukannya. Aku tak mau kejadian dulu terulangi kembali," gumam Kaila
Yah, kemarin Arcel sudah berulang kali mengingatkan pada dirinya untuk tak menerima atau menyanggupi permintaan dari orang tuanya itu. Arcel ada benarnya. Meskipun mereka adalah orang tuanya, tetap saja permintaan itu bertentangan dengan dirinya. Sama saja itu permintaan yang egois karena menyakiti dirinya.
Kaila kembali melihat ke arah ponselnya. Ketika ia ingin menekan nama kontak dari Arcel, jarinya langsung terhenti. Ia sebenarnya ingin memberitahukan ajakan Mamanya itu pada Arcel.
"Kayaknya aku enggak usah kasih tau Arcel deh soal ini. Aku takut malah terus merepotkan dirinya walaupun aku ini tunangannya. Arcel pasti punya jadwal di kampus nanti. Sebaiknya aku pergi sendiri saja. Aku ingin mengatasi masalahku sendiri," gumam Kaila kembali seraya bangkit dari duduknya untuk mengganti pakaiannya.
***
Tepat pukul sebelas siang, Kaila telah siap untuk pergi ke tempat di mana dirinya akan bertemu dengan Mamanya itu.
Seperti rencananya dari awal, ia tak akan memberitahu kepergiannya itu pada sang tunangannya. Ia tak mau melibatkan Arcel dulu saat ini. Karena ia ingin menghadapi masalahnya sendiri saat ini. Untung saja tunangannya itu memang benar-benar ada jadwal mengajar hari ini.
Setelah bersiap-siap, Kaila langsung menaiki mobilnya dan pergi ke tempat di mana ia akan bertemu dengan sang Mama.
Hingga sekitar lima belas menit, mobil Kaila berhenti di depan sebuah restoran yang bernama 'Vianis Restaurant'. Kaila keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam sana. Ia mengedarkan pandangannya mencari sosok dari Mamanya itu. Akhirnya ia menemukan punggung yang sangat ia kenali sebagai Mamanya itu.
Segera Kaila berjalan mendekatinya.
"Mama?" panggil Kaila
Devi langsung menoleh pada sosok Kaila.
"Eh? Kamu sudah datang rupanya. Ayo duduk," ajak Devi dengan senyum lebar.
Kaila pun langsung duduk perlahan di depan Mamanya itu. Seorang pelayan langsung menghampiri keduanya. Setelah mencatat pesanan mereka, pelayan itu langsung saja pergi.
"Mama masih ingat dengan makanan kesukaanku," sahut Kaila yang sebenarnya agak terkejut.
Devi langsung terkekeh pelan. "Mestilah sayang! Ini kan Mamamu. Masa lupa sih dengan makanan kesukaan anak sendiri," timpal Devi
Kaila tersenyum tipis. Untuk sesaat ia kembali mengingat saat Mamanya yang menyayanginya dulu. Sebelum kakaknya itu menunjukkan sifat aslinya.
Makanan sudah datang dan mereka pun mulai menyantap makanan di depan mereka. Hingga gerakan Kaila yang menyendokkan makanan terhenti saat suara Devi terdengar.
"Coba saja Dianti ada di sini bersama dengan kita. Mungkin ini akan terasa lebih bagus bukan?" celetuk Devi
Kaila langsung menatap ke arah Mamanya itu. "Terus, kenapa Mama malah enggak ajak Kak Dianti ke sini?" tanya Kaila
Terlihat Devi yang menghelakan napas kasar. "Maunya sih gitu. Tapi Dianti enggak mau," jawab Devi dengan wajah sendu.
Kaila mengeryitkan dahinya. "Enggak mau? Tapi kenapa?" tanya Kaila dengan wajah bingung.
Devi menatap ke arah anaknya itu. "Itu karena, Dianti mau pergi jika ada Arcel bersama dengannya," ungkap Devi
Kaila terkesiap di tempatnya. Ternyata benar dugaannya, ujung-ujungnya dia datang karena masalah kemarin. Namun, Kaila bersikap tenang saja saat ini.
"Oh, begitu rupanya. Jadi maksud Mama aku harus ajak Arcel begitu ke sini, baru Kak Dianti datang. Kenapa Mama enggak bilang aja niat itu dari awal?" tanya Kaila
"Bukannya Mama enggak mau bilang. Mama hanya enggak mau mengatakannya padamu. Mama jadi enggak enak denganmu," jawab Devi
Kaila menghela napas kasar. "Terus dengan begini maksud Mama enggak jelasin ke aku gitu? Hahh, aku kira Mama mengajakku datang ke sini karena memang benar ingin bertemu denganku. Sepertinya dugaanku salah yah. Mama emang hanya mau mengungkit masalah kemarin. Maaf, Ma. Aku enggak bisa memenuhi permintaan itu. Karena aku udah janji dengan Arcel untuk tak menyetujui hal ini. Aku permisi," jelas Kaila seraya bangkit dari duduknya dan berjalan menjauhi sang Mama.
Namun, dengan cepat tangan Devi menahan Kaila pergi.
"Tunggu Kaila!" tahan Devi
To be continued....