Kaila berjalan secara perlahan menuju ke arah balkon kamarnya. Arcel pun mengikuti langkah dari wanita itu. Terpaan angin menyapu wajah Kaila hingga rambutnya itu diterbangkan secara bebas oleh angin. Hal itu membuat Arcel langsung tersenyum tipis karena melihat pahatan wajah cantik dari tunangannya itu.
Terlihat Kaila yang menarik napas yang dalam sebelum berucap.
"Kak Dianti udah balik lagi ke rumah," ucap Kaila dengan tatapan sendu.
Arcel melebarkan matanya karena hal itu.
"Hm? Bagaimana dia bisa kembali? Padahal waktu itu kita sudah berusaha untuk mencarinya. Tapi, bukankah harusnya kau senang karena kakakmu itu kembali lagi?" tanya Arcel
Kaila langsung tersenyum miris. "Iyah, harusnya aku senang bukan karena Kak Dianti kembali lagi ke rumah. Tapi kenyataannya, kepulangan Kak Dianti malah kembali membawa masalah untukku," timpal Kaila seraya meremat pagar pembatas di depannya.
Arcel mengeryitkan dahinya. "Maksudmu apa, Kai? Apa lagi yang dia lakukan?" tanya Arcel dengan wajah bingung.
Kaila menghela napas kasar. "Kak Dianti mengalami kecelakaan hingga ia mengalami amnesia," jawab Kaila
"Amnesia? Itu berarti dia melupakan semua orang termasuk dirimu begitu?" tanya Arcel kembali.
Kaila menganggukkan kepalanya pelan.
"Iyah, dia melupakan semua orang kecuali dirimu," timpal Kaila dengab tatapan sendu.
Arcel langsung melebarkan matanya karena terkejut dengan penjelasan Kaila.
"Aku? Kenapa dia hanya mengingatku? Apa dia bahkan tak mengingat kedua orang tua kalian?" tanya Arcel dengan wajah bingung.
Kaila menarik napas yang dalam. Jujur, ia cukup sulit menceritakan semuanya pada Arcel.
"Papa dan Mama sudah menjelaskan tentang mereka dan diriku. Tapi nyatanya Kak Dianti tak mengenal diriku sama sekali. Aku sungguh terkejut ketika dia mengatakan mengenal dirimu sebagai sosok pacarnya," jelas Kaila dengan rahang yang terlihat mengeras.
Arcel kembali dibuat terkejut dengan perkataan Kaila.
"Apa?! Pacar? Kenapa dia bisa mengatakan hal itu? Aku saja tak pernah mengenalnya kecuali dari dirimu," komentar Arcel
Kaila langsung menatap ke arah wajah Arcel. "Iya kan?! Kau juga merasakan hal yang sama bukan? Aku merasa jika Kak Dianti melakukan kebohongannya yang lain. Aku harus bagaimana saat ini?" keluh Kaila dengan wajah yang agak tertekan.
Arcel memegangi kedua bahu Kaila seraya menatapnya dengan serius. "Kau tinggal tak memperdulikan hal itu, sayang. Terserah dia mau melakukan apa. Yang penting itu aku hanya milikmu. Aku ini enggak akan pernah bisa meninggalkan dirimu. Walaupun dirinya menganggap diriku ini sebagai pacarnya, tapi yang aslinya aku ini adalah tunanganmu, bukan?" jelas Arcel dengan sapuan lembut pada pipi Kaila.
Kaila ingin sekali menangis saat ini.
"Arcel, tapi Papa dan Mama memintaku untuk membujukmu agar kau bisa berpura-pura menjadi pacarnya Kak Dianti. Apa keputusan yang harus aku ambil, Arcel? Aku enggak tau harus melakukan apa saat ini," keluh Kaila dengan wajah frustrasi.
Air mata yang sedari tadi ia tahan langsung saja keluar dari pelupuk matanya. Dadanya terasa sakit mengingat permintaan dari orang tuanya itu.
Arcel tak tega melihat wanitanya itu menjadi sedih seperti ini. Ia dengan perlahan menghapus air mata di wajah Kaila dan tersenyum lebar padanya.
"Jangan nangis, sayang. Kau enggak harus tertekan dengan permintaan itu karena aku enggak akan pernah menerima permintaan itu. Meskipun kau menyuruhku atau enggak," timpal Arcel dengan tatapan serius.
Kaila tertegun mendengar pernyataan Arcel. "Ta-Tapi Arcel, bagaimana aku harus mengatakan hal ini pada mereka? Apa aku harus menolaknya? Bagaimana jika mereka malah semakin marah padaku?" keluh Kaila dengan tatapan tertekan.
Arcel menghela napas pelan. "Jangan kayak gitu, sayang. Kau jangan menerima permintaan orang tuamu. Menolaknya bukan berarti kau durhaka pada mereka. Karena ada saatnya permintaan orang tua itu salah dan enggak harus kau ikuti. Aku akan marah jika kau sampai menerima permintaan itu. Aku enggak akan mau melakukannya, Kaila," jelas Arcel dengan tatapan tegas.
Kaila berusaha tersenyum tipis. Ia menganggukkan kepalanya pelan.
"Iyah, aku mengerti hal itu. Aku enggak akan pernah menerima permintaan itu. Lagian, kau itu hanya milikku saja, Arcel. Aku enggak akan biarkan kau bersama dengan wanita lain," timpal Kaila
Arcel langsung memeluk erat tubuh wanitanya itu. Ia mengelus dengan pelan bahu Kaila untuk menenangkan wanita itu. Begitu pula dengan Kaila yang juga memeluk tubuh Arcel dengab erat. Ia menelunsupkan kepalanya pada d**a bidang Arcel.
"Apa kau sudah merasa agak tenangan?" tanya Arcel sambil mencium pucuk kepala Kaila.
Kaila mengangguk perlahan. "Tentu! Aku sudah merasa agak tenangan saat ini. Makasih yah, sayang. Aku beruntung mendapatkan dirimu di hidupku. Kau itu berbeda dari pria yang lain. Aku tau kalau kau tak akan termakan dengan tipuan wanita lain," papar Kaila
Arcel melepaskan dengan perlahan pelukan itu. Ia tersenyum lebar pada wanita di depannya itu.
"Tentu saja aku ini berbeda dengan yang lainnya. Oh ya, aku senang saat kau memanggilku dengan sebutan 'sayang'. Lakukanlah itu setiap hari," timpal Arcel
Kaila agak terkesiap dengan perkataan Arcel. Semburat merah muda samar-samar muncul di kedua pipinya. Kaila jadi agak salah tingkah dengan perkataan Arcel. Ia menundukkan kepalanya sedikit.
Melihat Kaila yang menjadi malu membuat Arcel jadi senang. Ia bahkan langsung terkekeh pelan.
"Sayang!" sahut Kaila menatap Arcel dengan senyum yang lebar.
Sontak kekehan Arcel terhenti kala Kaila kembali memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Kali ini giliran Arcel yang menjadi salah tingkah dengan Kaila.
Melihat Arcel yang balik menjadi salah tingkah terhadapnya, membuat Kaila jadi sangat puas.
Ide tiba-tiba kembali muncul di dalam pikiran Kaila.
"Sayang! Sayang! Arcel sayang! Say...."
"Hmmphh!"
Ucapan Kaila langsung terhenti kala bibirnya yang dengan spontan ditutupi oleh bibir Arcel. Kaila agak melebarkan matanya saat Arcel melakukan hal itu padanya.
Sedangkan Arcel langsung mencium bibir Kaila dengan menggebu-gebu. Sungguh, ia tak akan tahan jika Kaila terus memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Entah kenapa, tiba-tiba saja hasratnya menjadi naik.
Arcel menuntun tangan wanitanya itu untuk naik, mengalungkan pada lehernya. Kaila yang memang sudah terbuai dengan ciuman lembut dari Arcel, mengikuti saja apa yang dilakukan oleh tunangannya itu.
Setelah kedua tangan Kaila dikalungkan pada lehernya, giliran tangannya yang bekerja. Ia menarik pinggang Kaila dan menekan kepala wanitanya itu untuk memperdalam ciuman yang mereka lakukan.
Hingga saat pasokan udara mulai habis, ciuman itu akhirnya terlepas. Terlihat untaian saliva yang entah siapa yang melakukannya. Napas memburu saling bersahutan antara keduanya.
Arcel menempelkan keningnya pada wanitanya itu. Arcel dan Kaila saling bersitatap dengan pandangan yang penuh kasih sayang.
"Aku mencintaimu, Kaila sayang!" ucap Arcel dengan senyum lebar.
"Aku juga mencintaimu, Arcelku sayang!" sahut Kaila yang tersenyum lebar pula.
Arcel mengakhirinya dengan ciuman lama pada kening Kaila. Kaila langsung terkekeh pelan karena hal itu.
To be continued....