Tak Bisa Berbohong

1209 Kata
Pagi hari kembali menyambut. Sinar matahari mulai memasuki celah tirai dari sebuah kamar yang cukup luas. Di kamar yang luas itu terlihat ranjang yang telah dirapikan karena sang pemilik yang sudah duduk di depan cermin sedari tadi. Dialah Kaila, yang sudah duduk di depan cermin sejak jam lima pagi ini. Sejujurnya sejak ia pulang dari rumah orang tuanya itu, ia tak pernah bisa tidur dengan nyaman. Selalu saja ia kepikiran dengan permintaan dari orang tuanya itu. Bagaimana bisa orang tuanya memintanya agar prianya mendekati kakaknya itu dengan alasan amnesia? Ia sangat tahu jika kakaknya itu kembali berbuat ulah. Namun ia sangat bingung saat ini untuk mengambil keputusan apa. Ia melihat dirinya yang agak menyedihkan di depan cermin. Mata yang sembab juga terdapat lingkaran hitam di sana. Itu dapat dipastikan karena dirinya yang tak tidur semalaman karena terus menangis. Ia mengeluarkan helaan napas kasar atas apa yang ia alami. "Kenapa masalah ini tak pernah usai? Baru saja aku akan bahagia dengan Arcel. Tapi kenapa masalah ini datang kepadaku? Apa yang harus aku lakukan saat ini? Apa aku enggak berhak bahagia?" keluh Kaila dengan nada yang lirih. Bahkan air mata kembali mengalir di wajahnya. Dengan cepat ia menghapus air mata itu dan menarik napas yang dalam. Ia harus menghilangkan bekas tangisannya juga lingkaran hitam di sekitar matanya. Ia tak mau kalau Arcel sampai tahu kalau dirinya habis menangis. Kaila bangkit dari duduknya. Ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sepertinya ia perlu berendam air dingin untuk menyegarkan pikirannya yang panas. Kaila menutup matanya saat dirinya berendam di dalam bath up. Mencoba memikirkan kembali keputusan apa yang akan ia ambil. Hingga tak sadar jika dirinya terlalu lama berendam di dalam bath up. Sedangkan di tempat lain terlihat mobil dari Arcel yang baru saja sampai di area parkiran kawasan apartemen tempat Kaila berada. Ia terlihat mengeluarkan ponselnya di dalam saku jaketnya. "Kaila kenapa enggak angkat telponku sih? Enggak biasanya dia seperti ini," gumam Arcel yang terlihat agak cemas. Arcel menggenggam ponsel di tangannya dan segera masuk ke dalam gedung itu. Ia menaiki lift untuk pergi ke lantai di mana apartemen Kaila berada. Jujur, sedari tadi pagi perasaannya tak enak tentang sang tunangan. Arcel menekan kata sandi pintu dan segera masuk ke dalam. Ia melihat keadaan apartemen yang nampak sepi dan hening. Entah kenapa rasa khawatir itu semakin bertambah. Arcel segera kembali melangkahkan kakinya untuk masuk. Ia langsung membuka kamar wanitanya itu. Namun ia tak menemukan sosok Kaila di sana. Ia menyentuh ranjang yang agak dingin. Sontak perasaan tertegun itu muncul. "Enggak, Kaila enggak mungkin kenapa-kenapa bukan? Dia ada di mana sih? Kaila! Kaila, kau di mana, sayang?!" teriak Arcel dengan wajah yang agak panik. Arcel menatap ke arah pintu kamar mandi. Dengan cepat ia berlari ke arah pintu itu dan membukanya. Saat ia masuk ke dalam dan membuka tirai di sana, pada saat itulah matanya langsung membola sempurna. Sang tunangan yang terlihat berendam tak sadarkan diri di dalam sebuah bath up. Dengan cepat ia mengeluarkan Kaila dari dalam bath up dan menggendongnya ala bridal style untuk keluar dari dalam kamar mandi. Arcel membaringkan tubuh Kaila di atas ranjang. Ia membuka lemari wanitanya itu untuk mengambil pakaian dari dalam sana. Jujur, ini pertama kalinya ia melihat Kaila tanpa sehelai benang pun. Tentu saja itu membuat jantungnya berdegup sangat kencang. Namun ia tak mau memikirkan hal itu. Karena saat ini yang lebih penting adalah agar Kaila menjadi hangat. Setelah mengenakan pakaian untuk wanitanya itu, ia juga menyelimuti tubuh Kaila dengan selimut agar wanita itu semakin hangat. Arcel menyentuh dahi Kaila dan bersyukur karena tak merasakan hawa panas di sana. Arcel menggenggam dengan erat tangan Kaila untuk memberikan kehangatan tambahan untuk wanita itu. Hingga tak lama kemudian, kerjapan mata ia lihat dari wanita itu. Mata Kaila perlahan terbuka lebar. Ia menolehkan kepalanya dengan perlahan hingga melihat wajah dari tunangannya yang nampak menatapnya dengan wajah khawatir. "Kaila! Kau enggak apa-apa, sayang? Apa yang kau rasakan? Apa kau merasa pusing?" tanys Arcel bertubi-tubi karena rasa khawatirnya. Kaila mengeryitkan dahinya menatap ke arah prianya itu. Saat ia berusaha untuk bangkit, Arcel langsung membantunya agar menyandar di belakang kepala ranjang. "Emang ada apa denganku?" tanya Kaila balik dengan wajah bingung. Arcel langsung terkejut begitu mendengar pertanyaan yang dikeluarkan oleh tunangannya itu. "Sayang? Kau enggak ingat sudah pingsan di dalam bath up?" tanya Arcel yang ikut jadi bingung. Kaila langsung teringat akan sesuatu. Dengan cepat ia jadi cengengesan. "Aku bukan pingsan, tapi aku ketiduran di dalam bath up," timpal Kaila dengan ringisan pelan. Arcel langsung menepuk jidatnya pelan setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kaila. Tapi ia jadi menghela napas lega karena ternyata tak ada hal serius. Ia duduk di tepi ranjang. "Kenapa kau sampai tertidur di dalam bath up? Apa kau begadang semalam?" tanya Arcel dengan tatapan menyelidiki. Kaila langsung gelagapan karena mendengar hal itu. "Eng-Enggak kok. Aku biasa-biasa aja sih. Aku enggak begadang kok," sanggah Kaila sambil mengalihkan pandangannya dari Arcel. Arcel dapat menangkap kalau wanitanya itu salah tingkah. Itu dapat membuktikan jika Kaila sedang berbohong dengan dirinya saat ini. Arcel menyentuh pipi Kaila dengan perlahan seraya membalikkan wajah wanitanya itu agar jadi menatap ke arah dirinya. "Kai, kau tau kan kalau kau enggak bisa berbohong padaku? Aku tau saat ini kau sedang berbohong padaku. Dan apa ini?! Kenapa matamu agak bengkak kalau aku perhatikan? Kau habis menangis bukan? Afa apa Kai? Apa yang telah terjadi?" tanya Arcel dengan tatapan khawatir seraya menyentuh kedua bahu Kaila. Kaila menundukkan kepalanya. Ia harus memikirkan alasan agar Arcel percaya dengannya. Ia mengangkat kepalanya seraya tersenyum tipis. "Aku beneran enggak apa-apa, Arcel. Mataku bengkak emang karena aku nangis. Tapi itu karena aki menonton drama kemarin. Ceritanya sedih, makanya aku nangis terus sampai mataku bengkak," jelas Kaila yang berusaha untuk tetap tenang. Arcel melepaskan pegangannya pada kedua bahu Kaila. Ia bangkit dari duduknya. Tatapan Arcel terlihat begitu kesal. "Aku enggak nyangka jika kau akan tetap akan berbohong padaku, Kai. Aku pikir kau akan mengatakan yang sebenarnya padaku. Tapi sepertinya, kau belum bisa mempercayaiku sepenuhnya. Aku akan pergi saja," tukas Arcel seraya berlalu dari hadapan Kaila. Kaila yang melihat hal itu langsung melebarkan matanya karena terkejut. Ternyata Arcel masih tak mempercayai dirinya. Dengan cepat ia menuruni ranjangnya dan berlari ke arah Arcel. Baru saja Arcel memegang knop pintu untuk keluar dari kamarnya Kaila, sebuah pelukan yang erat ia terima di belakang tubuhnya. Tentunya yang melakukan itu adalah Kaila. "Jangan pergi, Arcel," tahan Kaila dengan nada lirih. Arcel sebenarnya sengaja bersikap kesal pada Kaila. Ia hanya ingin wanitanya itu bisa lebih terbuka dengan masalah yang ia alami. "Ada apa?" tanya Arcel dengan nada yang agak dingin. Kaila agak terkejut mendengar nada dingin dari Arcel. Sepertinya tunangannya itu jadi marah saat ini. "Jangan marah, Arcel. Aku enggak berniat menyembunyikan itu darimu," ujar Kaila dengan wajah sendu. Arcel melepaskan pegangan tangan Kaila pada pinggangnya. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Kaila yang menundukkan wajahnya. "Aku enggak akan marah, kalau kau mau cerita padaku tentang apa yang terjadi padamu," timpal Arcel Kaila langsung mengangkat wajahnya dengan perlahan. Sepertinya dia memang tak bisa menyembunyikan apa yang sudah terjadi. Sepertinya juga Arcel perlu mendengar apa yang terjadi. Ia juga ingin melihat reaksi Arcel setelah mendengar apa yang terjadi. Kaila menghela napas kasar. "Baiklah! Aku akan menceritakan padamu tentang apa yang terjadi," ujar Kaila dengan tatapan serius. To be continued....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN