Part 11. Xue Qi Si Tukang Iri

712 Kata
Sore harinya, setelah terbangun dan membersihkan diri, Xiao Qi pergi ke luar kediaman bersama si kembar. Wajah cantiknya masih terlihat sangat mengantuk tapi tetap saja memaksakan diri untuk keluar dari kediaman lantaran terlalu bosan. Tidak ada yang dilakukannya di kamar. Kalau di zaman modern, dia malah suka di dalam kamar terus sehingga keluarganya mengejek dirinya si penunggu kamar. Dulu suka di dalam kamar karena ada hp. Dengan hp, dia bisa cuci mata melihat roti sobek para cogan atau pun menonton drama Korea. Kalau di sini? Jangan ditanya! "Kak, kalau masih mengantuk lebih baik kakak beristirahat saja di dalam kamar." Ujar Ning Ning khawatir. "Iya, kak. Yang dikatakan adikku benar. Lebih baik kakak istirahat di kamar saja." Imbuh Tiao. Xiao Qi lah yang meminta si kembar memanggil dirinya kakak meskipun keduanya bersikeras ingin memanggil Xiao Qi nona sebelumnya. Namun siapa pun tidak akan bisa menang debat dengan seorang Xiao Qi yang begitu keras kepala. "Kalian tidak tahu betapa tersiksanya aku di dalam kediaman." Jawab Xiao Qi malas. "Kakak tersiksa? Siapa yang menyiksa kakak?" Tanya si kembar panik. Membuat Xiao Qi terkikik geli melihat keduanya sepanik itu. "Kakak tersiksa karena kebosanan. Tidak ada yang bisa kakak lakukan di dalam kediaman." Si kembar menghela nafas lega mendengar jawabannya. Mereka bertiga tiba-tiba dihadang adik tiri Xiao Qi, Xue Qi. Adik tirinya itu tidak sendiri tapi juga bersama kedua dayangnya. Raut wajah mereka terlihat sangat sombong sehingga membuatnya merasa muak. "Jangan halangi jalanku, adik Xue," kata Xiao Qi tajam. "Jangan harap aku akan melepaskanmu setelah ini karena kau telah merebut perhatian ayah!!" Bentak Xue Qi marah dan dendam karena diabaikan oleh Tuan Qi demi gadis di depannya. Xiao Qi menatap Xue Qi remeh. "Jadi ceritanya kau iri denganku? Iri denganku yang bisa jalan-jalan dengan ayah? Iri denganku yang dibelikan barang-barang mewah oleh ayah?" Dengan sengaja gadis cantik itu malah semakin memprovokasi adik tirinya itu. "Lihat lah gelang giok yang sangat cantik ini, ini dibelikan ayah dengan harga yang sangat mahal loh. Pasti kau semakin iri denganku 'kan, adik?" Sengaja memamerkan gelangnya di depan wajah Xue Qi, membuat adik tirinya itu semakin geram. "Pegangi dia, dayang!! Jangan biarkan dia lepas!!" Xiao Qi menatap si kembar sekilas. "Kalian pergi lah dari sini jika tidak ingin membuatku marah. Aku bisa mengatasi ini." Diangguki spontan oleh si kembar karena takut membuat penolong mereka marah. Kedua tangan Xiao Qi di pegang kuat oleh kedua dayang. Xiao Qi tetap bersikap tenang, tidak memberontak sama sekali karena ingin bermain dulu. "Kau memang lemah!! Bahkan memberontak pun kau tidak bisa!!" Ejek Xue Qi seraya menepuk pelan pipi Xiao Qi. Xiao Qi menatap Xue Qi penuh penghinaan. "Jangan mengatakan ku lemah di saat kau sendiri lebih lemah dibanding diriku. Untuk menangkapku saja kau membutuhkan kedua dayangmu itu." Xue Qi tertawa kencang. "Itu tidak penting karena yang paling penting adalah memberikanmu pelajaran agar tidak berani lagi denganku!!" "Oh ya? Memberikan pelajaran apa? Matematika? Biologi? Atau fisika?" Xue Qi semakin geram dengan tingkah santai Xiao Qi. Saking geramnya, tangannya langsung melayang ke pipi Xiao Qi tapi gadis itu menunduk dengan cepat hingga Xue Qi hanya menampar angin kosong. "Kau tidak akan bisa menyakitiku sama sekali, sampah." Ejeknya lalu melumpuhkan kedua dayang Xue Qi dengan cepat. "Kau yang mencari masalah denganku dulu, jadi jangan salahkan aku kalau aku berbuat kejam padamu." Bisik Xiao Qi penuh intimidasi, membuat Xue Qi mundur ketakutan. "Aku akan menjadikanmu sebagai anak anjing yang malang. Akan ku patahkan kakimu itu sehingga kau tidak bisa menari dan akan ku rusak wajah sok polosmu ini supaya orang berlari ketakutan saat melihatmu. Aku akan membuatmu merasakan apa itu neraka dunia." Mata Hazel Xiao Qi tampak berkilat merah, penuh dendam, semakin menambah ketakutan Xue Qi. Akan tetapi, gadis itu berusaha melawan ketakutannya dan mendorong Xiao Qi kuat sehingga membuat Xiao Qi tersungkur di tanah. Tidak hanya itu, dia juga menampar Xiao Qi dua kali dan menjambak rambutnya kuat. "Hikss, jangan sakiti aku, adik. Sakit." Isaknya menyedihkan. Xue Qi tersenyum penuh kemenangan karena Xiao Qi menakutkan hanya pura-pura. Dia semakin bersemangat untuk menyakiti tubuh Xiao Qi. Kala ia hendak menampar Xiao Qi untuk ketiga kalinya, tangannya ditahan oleh seseorang. Xue Qi menoleh kesal karena kesenangannya dihentikan. Wajahnya terlihat pucat seketika melihat siapa yang menahan tangannya. Tangisan Xiao Qi semakin menjadi. "Ayah, adik menyakitiku." Raungnya pilu. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN