Perjalanan mereka kembali dilanjutkan. Mereka tidak kembali ke kediaman secepat itu karena Xiao Qi tiba-tiba merengek untuk membeli makanan terlebih dahulu sebelum kembali.
Gadis itu menjadi berani untuk berkeliaran lagi karena tempat ini sudah jauh dari tempat singa marah tadi.
Ia begitu menikmati makanannya sehingga membuat Tuan Qi dan kedua anak kembar yang ditolongnya geleng-geleng kepala.
"Yakin bisa menghabiskan semua makanan yang kau beli itu, putriku?" Ringis Tuan Qi melihat plastik makanan yang bertengger di tangannya dan kedua tangan si kembar.
"Tentu saja yakin, ayah. Aku sangat suka makanan ini. Semuanya lezat!!"
"Kau tidak takut gendut, putriku?"
"Tentu saja tidak, ayah. Anakmu ini tidak akan gendut sampai kapan pun sebanyak apa pun aku makan." Jawab Xiao Qi songong lalu kembali melahap makanannya dengan wajah berseri-seri.
Tuan Qi menghela nafas.
"Enak loh, ayah. Coba saja kalau ayah tidak percaya."
Tuan Qi terkekeh pelan. "Ayah masih kenyang."
"Kalian juga bisa memakannya, si kembar." Tuturnya.
"Terimakasih, nona. Tapi kami tidak lapar."
Xiao Qi mengendikkan bahunya tak peduli sembari terus berjalan dan mengunyah sementara ketiga orang itu mengikuti dari belakang.
Gadis cantik itu melihat-lihat keadaan zaman kuno di sekitarnya. Pemukiman bersih dan beraturan serta anak-anak yang main dengan girangnya.
Di dalam pikirannya, mungkin saja kaisar masa ini baik dan bijaksana sehingga rakyatnya terlihat bahagia.
Ia menjadi penasaran seperti apa rupa sang kaisar. Tampan atau tidaknya. Banyak selir atau tidaknya.
Namun tatapannya berhenti pada seorang wanita tua yang tersungkur di tanah. Bergegas ia menghampiri wanita tersebut dan memeriksa keadaannya.
Rasa kemanusiaannya yang besar membuatnya menghela nafas berat. Wanita tua ini sedang pingsan dan mana mungkin dia meninggalkan begitu saja di sini.
Gadis cantik itu menatap Tuan Qi dengan tatapan memelas andalannya. "Ayah, nyonya ini pingsan. Kita bawa ke kediaman kita ya? Ayah tidak keberatan, 'kan?"
Tuan Qi tersenyum lembut. "Ayah tahu kalau kau baik, tapi jangan membantunya, putriku. Ayah takut dia orang jahat dan melukaimu dikemudian hari. Lihat saja bekas luka di sekujur tubuhnya itu, dia pasti bukan orang baik."
Xiao Qi berpura-pura menangis. "Pokoknya aku ingin membantu nyonya ini! Aku tidak tega meninggalkannya di sini! Tolong percaya lah padaku, ayah. Firasatku mengatakan Nyonya ini pasti orang baik."
Tuan Qi menghela nafas pasrah. Terpaksa mengiyakan karena tidak ingin melihat putrinya sedih.
Akhirnya, hari itu mereka kembali ke kediaman dengan tiga orang baru sehingga membuat orang-orang di kediaman Qi heran.
Xiao Qi merawat sendiri tubuh penuh luka wanita yang ditolongnya itu dengan telaten meskipun sudah dilarang Tuan Qi.
Keadaan parah wanita itu membuat Xiao Qi menghela nafas kasar. Tubuh wanita tua yang terbaring di atas tempat tidurnya itu sangat lemah.
"Mungkin ini saatnya untuk mencoba sihirku." Gumamnya pelan.
Ia mulai berkonsentrasi, mengucapkan mantra penyembuh, dan meletakkan tangan kanannya di kening wanita tua itu.
Senyuman cerah terbit di bibirnya kala sihirnya masih ada dan bisa digunakan. Saking senangnya ia melompat-lompat kesenangan. "Dengan ini aku tidak perlu khawatir lagi dilukai orang lain!! Yeyy!!"
Tidak sadar tingkahnya membuat wanita yang sudah sadar itu terkekeh geli. "Kau sangat bersemangat, gadis kecil."
Xiao Qi terdiam membatu mendengar suara itu.
Sungguh, ia sangat malu tingkah bobroknya dilihat orang lain.
"Hehe, aku terlalu bersemangat bisa membantu Anda, nyonya." Elaknya dengan senyuman canggung.
"Kemari lah, duduk di sampingku."
Xiao Qi menurut saja.
"Kau yang telah menolongku?"
Xiao Qi mengangguk polos.
"Terima kasih."
"Tidak perlu berterima kasih, nyonya. Ini sudah tugasku sebagai manusia."
"Sebagai ucapan terima kasihku, bagaimana kalau kau menikah dengan anakku?"
Senyuman Xiao Qi tampak memudar. "Aku tidak salah dengar 'kan." Gumamnya.
"Kau tidak salah dengar, sayang. Aku ingin menikahkanmu dengan anakku sebagai ucapan terima kasih."
Xiao Qi mengibaskan kedua tangannya. "Nyonya jangan bercanda. Mana mungkin anak Nyonya mau menikahiku yang jelek ini."
"Sudah ku putuskan, hanya kau yang boleh menjadi menantuku. Besok keluargaku akan datang kemari melamarmu."
Xiao Qi tercekat seketika.
Hei!! Dia tidak mau menikah secepat itu dengan orang yang tak dikenal!!
Bagaimana kalau anak wanita yang ditolongnya tidak sesuai dengan kriterianya?!
Bersambung....