RAMONA
"Bukan,itu bukan milik saya."
"Lalu milik siapa?"
"Saya tidak tahu."
"Sudah ngaku saja mbak,biar urusannya lebih gampang."
"Tapi itu memang bukan milik saya."
"Oke kalau begitu ikut saja ke kantor."
"Lho,apa salah saya pak?"
"Ya ikut saja!"
"Tidak mau pak,saya cuma kerja disini.Jam kerja saya juga belum selesai."
"Mbak kalau masih ngotot kita seret."
"STOP! lepaskan,tidak perlu ada tindakan kekerasan Fisik!"
"Siap Komandan!"
"Kenapa sampai kamu main kasar?"
"Siap! dia ngotot tidak mengakui kalau barang ini milik dia komandan!barang ada di meja ini dan hanya dia dan teman laki-lakinya yang ada disini komandan!"
"Kalau kamu paksa dia ngaku,kemudian di dikurung,dan Proses sampai pengadilan,lalu CCTV yang persis di atas kepalamu itu menunjukkan bukan dia yang bawa atau bukan dia pemiliknya,bagaimana nasibmu? bagaimana tanggung jawab nama institusi kita?"
"Siap komandan!"
"Sita semua file CCTV,data semua pengunjung dan barang sitaan!"
"Siap komandan!"
"Te,terimakasih pak,saya benar tidak tahu barang itu pak,saya juga tidak tahu itu serbuk apa pak."
"Sudah mbak,tenang,mbak boleh pulang,jika ada bukti valid baru kita jemput mbak,mbak siapa ya namanya?"
"Saya Ramona pak."
"Oke mbak Ramona,silahkan serahkan data-data diri ke Polwan yang ada di ujung sana!"
Ramona duduk di kamarnya,Mona orang sering memanggilnya.Ia mengenakan daster lusuh dan berkacak pinggang, memperhatikan dirinya melalui cermin yang sedikit retak di ujung atasnya. Di sepanjang dinding sederhana dari kamar sempitnya, terdapat beberapa pakaian yang dipajang, lusinan make-up yang beragam jenis, serta perhiasan murahan.Beberapa pasang sepatu butut juga terlihat berserakan di sudut kamar, berdebu dan terlihat tidak terpakai.
Dengan menggunakan kuas riasan favoritnya, Mona membubuhkan bedak di wajahnya. Pekerjaannya sebagai seorang penari jalanan semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir dan membuatnya semakin tidak b*******h. Setiap hari, ia harus menari dan bergoyang di depan orang yang ia tidak kenal, bahkan harus memuaskan birahi mereka. Namun, meskipun demikian, Mona tidak ingin berhenti saat ini karena itulah satu-satunya cara baginya untuk bertahan hidup.
Kehidupan Mona terbilang sangat sederhana. Ia tinggal di sebuah gang sempit di sebuah kampung sudut sebuah kota yang ramai, dengan kondisi yang sangat menyedihkan dan jauh dari kata nyaman.
Mona masih duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong cermin dengan bayangan wajahnya sendiri.Suara sepeda motor terdengar berderu di balik tembok kamarnya yang berhimpit dengan gang kecil jalur antar kampung.
Ia memandang wajahnya sendiri dalam bayang-bayang cahaya remang di kamarnya,yang begitu lelah dan bosan dengan hidupnya saat ini. Ia tak pernah bermimpi menjadi penari striptis di klub malam, tapi ia terpaksa memilih pekerjaan ini untuk bisa bertahan hidup.
Mona tumbuh besar di sebuah rumah mungil di desa kecil dengan keindahan alamnya. Ia memiliki keluarga yang tangguh, yang mencintai dan merawatnya dengan baik. Mona bercita-cita untuk menjadi seorang penari balet, dengan tubuh yang lentur dan gerakannya yang cantik.
Namun, mimpi itu justru hancur ketika ia terpaksa pindah ke kota untuk berusaha menggapai mimpi itu.Bermula ketika ibunya di dera sakit parah dan membutuhkan biaya perawatan.Mona terpaksa mencari pekerjaan apa pun yang bisa membuatnya bertahan hidup dan membiayai perawatan ibunya.Ia terjebak pada sebuah tawaran pekerjaan yang menggiurkan.Perkenalannya pada seorang manajer pengelola sebuah Group Seksi Dancer membawa perubahan besar dalam hidupnya.
Kini ibunya telah tiada,Tiga bulan setelah ayahnya meninggal Ibu Mona menyusul kemudian.
Mona tidak pernah merasa ia akan dapat menggapai cita-citanya. Ia merasa tak berdaya dan malu dengan apa yang ia lakukan. Namun, ia harus bertahan hidup dengan kondisi seperti ini.
Suatu malam, Mona meninggalkan klub Borgol Night dengan perasaan hati pahit. Ia dirundung kesepian dan merasakan kejenuhan yang semakin dalam. Ia berjalan menyusuri jalanan yang sunyi, dan di suatu tempat di kota itu ia berhenti pada sebuah warung kopi sederhana di pinggir jalan.
Mona memilih sebuah meja yang terletak di ujung warung, yang agak tersembunyi dari pandangan orang. Di sana ia duduk seorang diri, sambil memandangi cangkir kopi yang dipegangnya. Dalam kesendirian, Mona merenungkan tentang hidupnya yang sekarang. Ia merasa dirinya telah melakukan banyak kesalahan dalam hidup, dan merasa sedih dalam hatinya karena ia harus menjual tubuhnya untuk bertahan hidup.
Dalam hatinya ia tahu bahwa ia tidak boleh menyerah dan merasa putus asa.Terlebih lagi, ia ingin mengubah hidupnya dan masa depannya masih panjang.
Mona, dalam usia 20 tahunnya, memiliki wajah yang khas dan menawan yang membuat orang menghentikan langkahnya dan melihat ke arahnya. Matanya yang berwarna cokelat gelap dan rambut gelapnya yang sedikit bergelombang dan panjang menjadikan wajahnya tampak lebih bercahaya. Ia memiliki bibir yang penuh, dan kulit yang mulus dan berwarna sawo matang.
Tubuhnya sangat mempesona, dengan pinggul yang melengkung indah dan tangan serta kaki yang panjang yang lentur, menyempurnakan tubuh seksi yang ia miliki. Dalam gaun malam merah marun dan sepatu hak tinggi, Mona benar-benar terlihat seperti seorang ratu.
Suara Mona yang unik dan intonasinya yang menarik semakin membuat orang sulit untuk tidak memperhatikannya. Ketika ia berbicara, suaranya merdu dan halus, menandakan bahwa ia memiliki kelas dan sofistikasi yang tinggi.
Namun, meskipun memiliki kecantikan yang menakjubkan, Mona tetap merasa terjebak dalam pekerjaannya yang memalukan. Ia merasa bahwa tubuh seksinya hanya digunakan untuk memuaskan hasrat orang lain, tidak untuk dirinya sendiri. Namun, ia masih tetap berjuang untuk hidup dan membangun masa depannya, tidak peduli betapa sulitnya.
Mona menyesap kopi yang dipegangnya dan menatap kosong ke arah langit-langit yang rendah di warung kopi sederhana itu. Angin malam menerpa wajahnya dan membuat rambutnya bergoyang-goyang di sekeliling kepala. Di saat seperti itu, tiba-tiba seorang pria muda yang tampan dan berpenampilan rapi masuk ke dalam warung dan duduk di meja yang bersebelahan dengan Mona.
Pria itu memesan kopi dan kemudian memandang Mona dengan penuh kehangatan. Ia melihat ada kesedihan dan ketidakbahagiaan yang terpancar di wajah Mona dan mencoba untuk memancing pembicaraan dengannya.
Seiring berjalannya waktu, mereka berbicara dengan ringan, lalu menjadi semakin dalam dan intim. Pria itu bernama Abel, seorang pengusaha muda sukses yang melihat sesuatu yang istimewa dalam diri Mona.
Setelah beberapa kali bertemu kembali di warung kopi yang sama. Abel menyatakan keinginannya pada Mona untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
Mona terkejut dengan keberanian Abel, tetapi ia merasa tertarik dan nyaman di dekat pria itu. Ia tidak yakin apakah mereka memiliki masa depan bersama, tapi Mona ingin mencoba dan melangkah maju dari kehidupan gelapnya yang memalukan.
Dalam beberapa bulan, Mona dan Abel semakin akrab dan mempunyai waktu yang sangat menyenangkan bersama-sama. Abel membuat Mona merasa istimewa dan ia pun merasa bahagia. Mona merasa bahwa ia kini mempunyai alasan yang lebih kuat untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi.
Pada suatu hari ketika mereka sedang duduk santai bersama, Abel membuat permintaan besar dan mengejutkan Mona. Ia ingin Mona meninggalkan pekerjaannya di klub malam dan mengikuti dirinya ke luar kota untuk memulai kehidupan baru.
Mona terkejut dan terharu dengan tawaran Abel, serta perasaannya yang begitu kuat padanya. Ia pun terbuka padanya, menceritakan tentang pekerjaannya saat ini, betapa sulit mendapatkan uang untuk membayar sewa kamar dan membeli kebutuhan sehari-harinya. Ia merasa malu dan merasa terpuruk akibat pekerjaannya yang kurang terhormat itu.
Namun, Abel justru menghargai kejujuran Mona dan mengatakan bahwa ia tidak dibatasi oleh masa lalu orang. Abel memandang Mona sebagai individu yang unik dan istimewa, dan tidak menghakiminya karena apa yang ia lakukan. Ia mengatakan bahwa ia sudah jatuh cinta pada Mona.
Mona pun mulai merasakan kebahagiaan dan keyakinan yang ia alami kembali. Dalam beberapa minggu, ia mulai mempersiapkan diri untuk meninggalkan pekerjaannya di klub malam dan pindah ke luar kota bersama Abel. Meskipun terasa sulit untuk meninggalkan kehidupannya dan memulai sesuatu yang baru, Mona merasa yakin bahwa keputusannya ini adalah yang terbaik untuk masa depannya.
Akhirnya, setelah melalui beberapa bulan yang sulit dan melewati banyak halangan, Mona dan Abel akhirnya pergi ke luar kota dan memulai kehidupan baru bersama-sama. Mona merasa seperti ia sedang memulai babak baru dalam hidupnya yang penuh harapan dan kebahagiaan. Ia merasa bahagia bahwa ia menemukan seseorang seperti Abel yang mencintainya seutuhnya, dan membuat dirinya merasa istimewa.
Dan pada akhirnya, Mona berhasil melepaskan diri dari pekerjaannya di klub malam dan memulai sesuatu yang baru, dan masa depannya yang cerah pun telah terbentang di depannya.