ABEL

1643 Kata
Ramona merasa senang dan sedikit gugup ketika ia dan Abel akhirnya tiba di kota baru yang jauh dari tempat ia dulu tinggal. Abel telah membawa Ramona ke sebuah apartemen mewah di tengah kota, dan ia tampak sangat senang bisa memiliki tempat tinggal baru yang jauh lebih baik dari rumah kontrakan di gang kecil yang sangat sederhana di kota lamanya. Meskipun, semangat itu terkadang berubah menjadi kejenuhan yang besar ketika ia merasa kesepian dan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ia masih merasa asing dalam lingkungan sosial barunya dan belum memiliki teman di kota baru ini. Abel terkadang sibuk dengan pekerjaannya dan sering harus pergi untuk beberapa hari, meninggalkan Ramona sendirian di Apartemen. Namun, ketika Abel tiba di Apartemen yang mereka sebut sebagai Rumah baru,ia tampaknya berbeda dari biasanya. Ia seperti cemas dan tidak nyaman dengan Ramona seperti biasanya. Ramona merasa ada yang mengganjal dan akhirnya ia bertanya kepada Abel apa yang sedang terjadi. "Apa ada masalah, Abel?" tanya Ramona dengan hati-hati. "Ah, tidak ada apa-apa," jawab Abel mencoba lebih tenang. "Kamu yakin? Kamu tampak cemas dan tidak seperti biasanya," kata Ramona. Abel tersenyum dan berkata, "Ahh, aku hanya sedikit lelah.Kamu tidak perlu khawatir." Ramona merasa tidak yakin dengan jawaban Abel dan terus berpikir ada sesuatu yang salah. Namun, ia memilih untuk tidak memaksakan permasalahan dan segera pergi tidur. Malam itu, Ramona terbangun dari tidurnya ketika ia melihat Abel sedang menelepon seseorang di kamar mandi.Setelah Abel kembali tidur di sampingnya, Ia merasa gelisah dan memutuskan untuk mengambil ponsel Abel dan memeriksa panggilannya. Ternyata, panggilan itu datang dari seorang wanita yang tidak ia kenal. Ramona merasa kecewa dan merasa dikecewakan oleh Abel. Ia merasa bahwa Abel telah berselingkuh dan menyia-nyiakan cinta dan kesetiaan yang telah diberikan kepadanya. Hari berikutnya, ketika mereka berdua duduk di balkon dan sedang menikmati pemandangan kota, "Abel,Apa kamu benar-benar mencintaiku?" tanya Ramona tegas. "Tentu saja, sayang. Kenapa kamu bertanya seperti itu?" jawab Abel dengan nada kurang yakin. "Karena aku menemukan panggilan dari wanita yang tidak aku kenal di ponselmu semalam," ungkap Ramona. Abel terkesiap dan terjebak dalam mata Ramona yang menatapnya dengan tajam.Abel merasa tertangkap basah dan tidak tahu apa yang harus diucapkan. "Maksudmu apa ini?" Abel mencoba mempertahankan dirinya. "Kamu berselingkuh? Apa kamu merasa tidak cukup hanya dengan satu wanita saja?" kata Ramona dengan nada tajam. "Aku bisa menjelaskan ini, Ramona," ujar Abel, mencoba meredakan keadaannya. "Tidak perlu. Aku sudah cukup kecewa denganmu," kata Ramona sambil berjalan pergi. Abel merasa terkejut dan bingung atas reaksi Ramona. Ia merasa ada sesuatu yang salah dan memutuskan untuk menjelaskan semuanya.Tetapi Mona dengan cepat berlari ke arah kamar mandi.Abel cukup lama menunggu Mona keluar dari kamar mandi. Setelah melihat Arloji di lengan kirinya,Abel memutuskan untuk meninggalkan Apartemen,karena ia harus menepati jadwal yang telah disepakati bersama kliennya. Hari-hari berlalu dan kecurigaan Ramona tentang Abel semakin besar. Ia tidak bisa mengeluarkan pikiran bahwa Abel mungkin memiliki hubungan terlarang dengan orang lain. Apalagi, pekerjaan Abel yang belum jelas bagi Mona, pekerjaan yang sering dikatakan cukup sibuk dan sering menuntut keamanan dan kerahasiaan. Ramona mulai bertanya-tanya tentang pekerjaan Abel, jadwalnya yang tidak menentu, dan bertanya-tanya apakah dia bisa percaya padanya. Ia merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Abel darinya.Abel hanya selalu mengatakan ia memiliki sebuah kantor dan bisnis yang sedang berkembang pesat. Suatu malam, ketika Abel pergi untuk urusan pekerjaan, Ramona memutuskan mengikuti Abel untuk mengetahui di mana ia berada. Ia menyewa sebauah taksi online,dan mengejarnya dari kejauhan. Di sebuah hotel, ia melihat Abel tiba di sana dan bertemu dengan seorang wanita. Ramona merasakan sakit yang dalam di hatinya ketika ia melihat itu. Ia merasa kecewa dan hancur dengan perasaan bahwa Abel selalu berbohong padanya dan menyembunyikan hubungannya dengan wanita lain. Namun, ia memutuskan untuk tetap tenang dan menyembunyikan perasaannya hingga ia menemukan kebenaran. Mona segera kembali ke Apartemen sebelum Abel mendahuluinya.Setibanya di rumah,Mona segera ke kamar mandi dan menikmati hangatnya guyuran air dari shower yang mengkilap oleh lampu kamar mandi. Mona menyeka seluruh tubuhnya dengan busa lembut dari sabun cair yang telah ia gosokkan di dadanya,tak terasa ia begitu lama mengusap kedua gumoalan padat dan perut mulusnya.Mona terlarut dalam suasana sentuhannya sendiri. Sentuhan tangan di tubuhnya justru mengajak pikirannya melayang lebih jauh,kerinduan akan kehangatan sentuhan dari seorang pria tiba-tiba merasuki naluriahnya sebagai seorang wanita dewasa.Selama ia meninggalkan dunia malam dan hampir satu tahun bersama Abel ia tidak lagi mendapatkan belaian di sekujur tubuhnya seperti ketika ia menjadi Top Ranking di Borgol Night. Mona telah mengeringkan tubuhnya dengan handuk tebal lembut saat keluar dari kamar mandi,tanpa sehelai kain hanya rambutnya yang nampak basah,saat ini Abel telah duduk di sofa dan memandang utuh tubuh Mona yang berlalu dihadapannya menuju pintu lemari di samping Abel. Sebelum Mona membuka pintu lemari pakaian,ia membalikkan badan ke arah Abel,dan jelas pemandangan apa yang ia berikan pada Abel saat ini. "Emuach," Mona mengecup sisi kiri kening Abel. Jari tangan Mona perlahan bergerak menyusuri kedua bahu Abel. Abel menurunkan dengan sangat perlahan tangan Mona. "Mona,segera berpakaian dengan baju yang bagus ya,kita makan malam di luar." ucapan lembut Abel mengagetkan Mona. "Apa?laki-laki tampan dan atletis di depanku ini tetap belum mau menyentuhku meski sudah kuperlihatkan semuanya?" Ramona berucap sendiri dalam hati. "Kita ada tamu dari luar kota," lanjut ucap Abel dengan tatapan penuh kasih sayang pada Mona. "Oke." Mona membalikkan tubuhnya lagi dengan memutar tubuhnya seolah ia mengenang sebuah tarian yang pernah ia mainkan di klubnya dahulu. Ia memilih untuk memakai pakaian yang elegan dan anggun. Ia memilih gaun merah yang panjang dengan leher bulat rendah dan belahan di bagian depan,menampakkan sebagian dadanya dan kain sutra halus yang beralun saat ia bergerak. Gaun ini melambangkan kecantikan dan kemewahan, sekaligus menunjukkan keberanian dan kepercayaan diri Ramona yang tinggi. Setiap detail terlihat sempurna dan sesuai dengan tubuh rampingnya yang nampak kencang, seolah-olah gaun itu seperti dijahit khusus untuknya. Ramona melengkapi gaunnya dengan sepasang sepatu hak tinggi hitam yang mengkilap dan tas selempang kecil berwarna emas yang dipadukan dengan anting-anting berlian yang dibelikan Abel untuknya. Rambutnya diatur dengan apik, menciptakan rambut bergelombang yang indah dan menonjolkan fitur wajahnya yang cantik. Ia merasa sangat percaya diri dan siap untuk menaklukkan dunia. Ketika keduanya tiba di restoran, semua mata tertuju pada mereka. Ramona terlihat cantik dan menawan di dalam gaun mewahnya, dan Abel merasa lebih bangga dan bersyukur atas keberuntungan memilikinya sebagai pasangan. Semua orang di sekitarnya memuji kecantikan dan kerentanan di balik pakaian Ramona, mengakui kecantikan dan gaya yang luar biasa dari pilihan busananya. Tentu saja, Ramona merasa sangat bahagia dan puas dengan seluruh mata yang memandangnya. Mereka menghampiri sebuah meja,seorang pria berambut panjang lurus menyambut mereka. "Adrian." "Mona." "Silahkan pak Abel," pria itu menggeser sedikit buku menu di atas meja. Mereka kemudian membicarakan tentang obrolan ringan yang mengarah pada Mona.Tentang kecantikannya dan peluangnya menjadi seorang tokoh utama dalam sebuah proyek Film. "Wah,ini kejutan darimu Abel?" Mona sangat terpukau dengan awal pembicaraan mereka. "Hehe,aku hanya ingin kamu bahagia Mona." Abel menyungging senyuman manis namun penuh misteri. "Kapan Mona siap?" tanya Adrian dengan senyum menawannya,rambut panjangnya menambah kesan cool senyum yang ia tebarkan untuk Ramona. Sudut mata Ramona mengarah pada Abel,disusul anggukan ringan Abel yang hampir tidak terlihat,namun Ramona paham artinya.Abel setuju kapan saja Ramona siap. "Saya siap kapanpun pak Adrian." Senyum Ramona berubah semakin renyah karena saking gembiranya.Ia selalu ingat bahwa hidupnya harus berubah.Ia ingin segera menyingkirkan kemiskinan dari sudut manapun dalam sisi hidupnya. "Silahkan tanda tangan disini Ramona." Adrian memberikan sebuah pena pada Ramona. "Terimakasih pak Adrian." setelah Ramona selesai menandatangani beberapa lembar kertas dihadapannya,ia menyerahkan kembali pada Adrian. "Oke kalau begitu,jadi kontrak ini sudah sah ya." ucap Adrian sumringah.Kemudian dengan mantap ia melanjutkan ucapannya, "5 Milyar akan kami antar ke Apartemen besok pagi.Kami serah terimakan pada pak Abel sebagai manajer." "Wahhh,bener ini Abel? aku tidak bermimpi?" Mona sangat girang,inilah awal pengalaman hidupnya yang luar biasa. "Emuach!" bibir merekah Mona menancap ke bibir Abel. Suara Adrian menyela,"Untuk 75 % lagi sisanya setelah 16 episode kita selesai." Hari gelap Mona berubah sekejap,kini di wajahnya memancarkan aura bahagia yang luar biasa.Semua kecurigaannya pada Abel seketika sirna,digantikan sinar terang penuh harapan seolah memancar dari wajah Abel. "Pantas saja hampir setahun bersamaku dia tidak mau sedikitpun menyentuh tubuhku,ternyata Abel sangat mencintaiku,dia benar-benar memberiku masa depan." Ramona berucap pada dirinya sendiri ,di wajahnya kini hanya ada senyum yang tersungging menghiasi kecantikannya. Keesokan harinya, Ramona ingin bertanya kepada Abel tentang pekerjaannya dan menanyakan mengapa ia terus bekerja di luar kota. Namun Ramona mengurungkan niatnya.Setelah semalam ia dikejutkan dengan sebuah kejadian yang tidak pernah terbayangkan baginya. Senyum Abel pagi ini seperti menjawab pertanyaan yang belum Mona tanyakan padanya,seolah senyum Abel mengatakan bahwa ia harus bekerja untuk memastikan Ramona memiliki kehidupan yang lebih baik. Namun Ramona ingin memastikan satu hal yang masih mengganjal, "Abel,boleh aku tanya?," ungkap Ramona dengan perasaan ragu. "Ya,tentu Mona." jawab Abel dengan senyum tulus. "Sebelum kita makan malam,siapa wanita yang kamu temui di hotel?" Mona akhirnya memberanikan diri,untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri. "Oh itu salah satu manajemen dari Production yang kontrak dengan kita Mona." Abel menjawab dengan tenang.Meski sebenarnya Abel terkejut dan merasa terperangah. Ia tidak tahu apa yang harus diucapkan karena ia merasa ketahuan. Namun, akhirnya dia terpaksa mengucapkan alasan itu pada Ramona. "Terimakasih Abel,kamu sudah mempersiapkan masa depan kita dengan sangat luar biasa.Emuach." Mona mengecup bibir Abel. Mona masih mengenakan pakaian tidurnya yang sangat tipis,tanpa penutup lain di bagian dalam pakaian tidurnya.Setelah kecupan di bibir Abel ia memeluk Abel dengan erat.Abel merasakan kehangatan tubuh Mona,begitu pula Mona semakin tersulut panas tubuh Abel. Mona menarik kain yang menutupi tubuhnya ke atas,kemudian ia mengambil tangan kanan Abel ke arah bongkahan bulat tubuhnya yang kini tampak bersinar oleh pantulan sinar matahari pagi yang menyisir melalui tirai jendela yang tersibak. "Mona,ayo kita mandi lalu sarapan,pak Adrian akan datang untuk penyerahan uang kontrak." Abel memberi senyum terbaiknya.Mona membalas senyum Abel dan menuntunnya menuju kamar mandi. Setelah mereka selesai mandi Ramona semakin dibuat takjub oleh sikap Abel. "Luar biasa pria ini,dia sangat menjaga kesucian untuk pernikahanku kelak dengannya." Ramona terus memuji Abel di dalam lubuk hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN