ADRIAN

1611 Kata
Setelah sarapan, mereka menunggu Adrian untuk menyerahkan uang kontrak seperti yang dijanjikan. Setelah menunggu selama beberapa jam, mereka akhirnya menerima telepon dari Adrian dan dikabarkan bahwa dia tidak bisa datang karena sesuatu hal yang mendesak.Namun akan ada dua orang yang datang mengantarkan uang kontrak mereka. Saat dua orang utusan Adrian tiba dengan koper besar di tangannya, Abel menggandeng Mona untuk duduk di sofa.Mereka duduk sangat dekat di hadapan dua orang berjas hitam berperawakan tubuh tegap. "Ini titipan dari pak Adrian untuk Non Mona." kata salah seorang sambil menyerahkan koper besar pada Mona. Mona membuka koper itu dengan hati-hati dan melihat di dalamnya ada beberapa pakaian mewah dan tas brand ternama. Ia tertawa dan merasa sangat senang melihat hadiah itu. "Thank you ,Pak Adrian.Sampaikan terimakasih saya ya mas." ucap Mona sambil mengambil beberapa pakaian di dalam koper itu dan mencobanya. Abel dan kedua orang bersetelan serba hitam terlihat senang melihat Mona bahagia seperti itu. Mereka merasa bahwa mereka telah mengubah hidup Mona untuk lebih baik dan memberikannya masa depan yang lebih cerah. "Jadi tiga hari lagi kami akan datang menjemput non Mona untuk syuting di lokasi pertama." kata salah seorang berbadan tegap. "Baik pak." ucap Mona sambil tersenyum pada kedua orang di depannya. Setelah sedikit berbincang-bincang dengan Abel kedua orang ini pergi meninggalkan Apartemen mereka,saat itu Mona sedang membereskan pakaian dan barang-barang dari koper yang dikirim oleh Timnya. "Mon,ayo kita ke Mall!" "Apa yang akan kita beli Bel?" "Hmmm,kamu harus selalu tampak mempesona Mona." "Jadi aku harus melengkapi pakaian dan perhiasan lebih banyak lagi?" "Ya,tentu Mona,kamu harus tetap menjadi primadona,kali ini dalam dunia yang berbeda." "Oke Abel,Ayo kita berangkat." Mereka pun pergi ke Mall untuk berbelanja dan memilih baju yang lebih cocok dan lebih mewah untuk Mona. Mereka berjalan ke sebuah butik yang menjual segala outfit dan baju mewah, di mana Mona memiliki kesempatan untuk mencari pakaian baru yang lebih indah untuk kemolekan tubuhnya. "Mona, coba lihat gaun ini. Cocok banget denganmu," ucap Abel sambil menunjuk satu gaun merah yang tergantung di belakang. Mona mengambil gaun itu dan membawanya ke kamar ganti. Ketika ia keluar, ia tampak begitu menawan dan memukau, dengan gaun merah mewah yang menempel di tubuhnya yang langsing dan ramping. "Kau benar-benar cantik, Mona," ujar Abel, sambil melepas senyum manisnya. "Sesuai dengan warna kesukaanmu kan Mona." lanjutnya. "Iya benar Abel,kamu memang tahu semua yang terbaik untukku,emuach," Mona mengecup bibir Abel. Mereka juga membeli perhiasan dan aksesoris untuk menambah keindahan penampilan Mona. Abel ingin memastikan bahwa Mona tampil sempurna di depan kamera untuk pertama kalinya, sehingga perlu memilih dengan hati-hati aksesoris yang bisa menonjolkan kecantikan Mona. Tepatnya, "Aku harus pastikan semua orang yang melihat Mona pertama kali di tempat itu akan terpuaskan." ucap Abel dalam hati. Setelah selesai berbelanja, mereka berjalan melalui bagian makanan di mall dan memesan beberapa makanan untuk makan siang. Mereka membicarakan rencana mereka dan bagaimana mereka dapat memastikan Mona selalu terlihat indah dan memesona. "Aku akan membantumu dan selalu mendukungmu," ucap Abel tulus. "Terima kasih, Abel. Kamu benar-benar baik padaku," balas Mona dengan senyuman. "Sama-sama Mona,yang terpenting kita selesaikan proyek awal ini,16 episode hanya sebentar kok Mona." kata Abel sambil menyentuh lembut jari-jari Mona. "Lalu setelah itu kita akan dapat proyek film lagi Bel?" tanya Mona dengan sumringah. "Pasti Mona,kalau film pertama ini berhasil dan penonton seperti yang kita harapkan,pasti mereka ingin kamu bermain lagi." jawab Abel dengan antusias. "Gila Abel,aku tidak menyangka kalau untuk sebuah film pertama kita bisa mendapatkan 20 Milyar,bagaimana nanti kalau film-film selanjutnya." Mona masih tidak habis pikir. Mona menyangka,pasti Abel juga seorang negosiator yang handal,pantas saja Abel sering nampak sibuk dan bepergian beberapa hari mengurus bisnis.Ternyata Abel seorang yang luar biasa dalam bisnis,pikir Mona itulah yang terjadi. Mereka makan makanan mereka dengan nikmat, tetapi Mona masih merasakan ketidaknyamanan di dalam dirinya. Ada suatu hal yang ia duga di dalam benaknya, tapi ia belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi masalah sebenarnya. "Jadi nanti ikuti saja semua perintah sutradara ataupun kru yang berperan disana Mona." kata Abel. "Ya Bel,terus terang aku sedikit gugup.Tapi aku yakin bisa melakukannya." kata Mona dengan yakin. "Kamu pasti bisa Mona." Abel meyakinkan Mona. Di sela-sela obrolan mereka,Abel meminta Mona tetap berada di meja makan dan meminta ijin untuk sebentar pergi ke toilet yang berada di sudut area mereka makan.Tak berapa lama setelah Abel melangkah ke arah toilet,Mona menyusul langkah Abel. Tiba di balik tembok penyekat antar ruang pintu masuk pria dan wanita,Mona menemukan Abel sedang berbicara dengan seorang pria yang cara berpakaiannya sangat mirip dengan dua orang pengantar uang yang ia jumpai di Apartemen. Ia mendekati mereka dan mendengarkan tentang pembicaraan mereka.Mona melangkah perlahan sambil mengendap supaya kehadirannya tak diketahui. "Mona akan tahu segalanya, dan aku tidak akan merahasiakan apapun darinya," ucap Abel kepada pria itu. Mona tersentak dan merasa terkejut oleh kata-kata Abel tersebut. Ia tidak tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Abel. Ia merasa bahwa Abel telah menyembunyikan sesuatu selama ini. Ia merasa takut dan tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hidupnya setelah ini.Kekhawatirannya menjadi dilema,di sisi lain dia mendapatkan kemewahan,dan yang terakhir ia mendapat uang yang nilainya sangat besar,meskipun uang itu tetap dalam kontrol dan penyimpanan di tangan Abel. Ketika keluar dari toilet dan kembali ke meja tempat mereka makan,disana telah duduk seorang pria berambut panjang.Mona sangat mengingat penampilan Adrian yang khas.Senyum yang menawan yang diberikan untuk Mona itu harus ia akui bahwa secara fisik Adrian jauh lebih mempesona daripada Abel. "Halo pak Adrian." "Hai Mona,sudah selesai belanjanya?" "Sudah pak,saya rasa ini sudah cukup.Baru kali ini saya habiskan banyak uang untuk belanja." "Hehe,tidak apa-apa Mona,kamu harus menikmati hidupmu." "Oya Mona,ngomong-ngomong jangan panggil saya pak." "Lalu? saya panggil apa?" "Panggil aku Adrian saja Mona,aku masih 28 tahun kok,hanya selisih tujuh tahun darimu." "Hehe,baik pak,eh kak,eh Adrian." "Hehe hehe," "Oya Mona,nanti di film itu aku juga berperan sebagai kekasihmu,jadi tidak ada salahnya kalau kita lebih banyak ngobrol." kata Adrian lagi,senyum menawan Adrian sangat sulit dilewatkan begitu saja untuk kaum hawa. "Benar Mona,sebaiknya kalian ngobrol-ngobrol dulu di sini,aku akan ke toko Arloji di sana." Abel menyela obrolan itu dan tersenyum pada Mona,menyiratkan pesan untuk Mona mempererat cemistry bersma Adrian untuk keperluan Film mereka.Kemudian Abel melangkah ke sebuah Outlet yang memajang banyak Arloji mewah disana. "Kamu masih muda sekali Mona,21 tahun dengan kecantikan sepertimu pasti akan menarik banyak penggemar." pujian Adrian mengalirkan aura magis di benak Mona. "Terimakasih Adrian,tapi pria tampan sepertimu pasti juga memiliki kekasih yang lebih cantik dariku." ucap Mona merendah,dihadapan seorang pria tampan tinggi besar dan Atletis seperti Adrian tiba-tiba saja perasaan dan kewanitaannya meleleh sekejap. "Tidak Mona,aku masih jomblo." jawab Adrian singkat. "Hah,aku tidak percaya,apa lagi kamu seorang Aktor,pasti sangat mudah bagimu mendapat perempuan cantik." Mona menyanggah,meskipun dalam hati Mona masih sedikit bertanya-tanya tentang Adrian.Mona belum pernah melihat sosok Adrian memerankan sebuah film yang pernah ia tonton. "Atau mungkin dia hanya memainkan film tertentu saja?" tanya Mona dalam hati. "Serius Mona,aku justru sangat kesepian." Wajah Adrian yang berkulit halus tersenyum lembut pada Mona. "Pasti akan ada waktunya kamu menemukan wanita yang tepat untukmu Adrian." Mona menimpali pria dihadapannya sambil tak sadar tangannya menyentuh tangan Adrian yang berada di atas meja. Adrian hanya tersenyum simpul.Kemudian dia menanyakan pertanyaan yang sulit bagi Mona, "Jadi bagaimana hubunganmu dengan Abel?" Mona terkesiap,entah apa yang harus dia jawab,jika dikatakan mereka kekasih,selama hampir setahun bersama Abel ia tidak pernah merasakan belaian ataupun sentuhan layaknya pasangan yang hidup satu atap.Abel selalu mengalihkan perhatian jika Mona membawa Abel dalam suasana romantisme.Bahkan ketika Mona dengan keseksiannya menggoda Abel,dia seperti tidak mendapatkan gairah dalam diri laki-laki yang bersamanya. Mona bimbang,saat ia mengingat masa lalunya,para pria sudi mengantri untuk mendapatkan kepuasan darinya,tapi sangat berbeda dengan Abel.Tapi satu hal yang ia ingat tentang pesan Abel,bahwa jika ada orang bertanya tentang hubungan mereka,Abel telah berpesan untuk mengatakan pada orang lain kalau mereka hanya saudara sepupu.Abel meyakinkan Mona kalau hal itu untuk memuluskan karier Mona. "Mona,Mon,kok malah melamun?" suara Adrian memecah lamunan Mona. "Oh iya,maaf Adrian." sahut Mona. "Bagaimana Adrian?" lanjutnya. "Aku menanyakan soal hubunganmu dengan Abel,apakah dia memperlakukanmu dengan baik?" tanya Adrian. Pertanyaan terakhir itu menyisakan sedikit rasa penasaran Mona kembali.Adrian menanyakan soal perlakuan Abel terhadap Mona. "Apakah Abel membuat cerita lain tentang hubungan kami?" Mona kembali bergulat dengan pertanyaan hatinya sendiri. "Eh,kami sangat dekat dan saling nyaman,mungkin seperti yang pernah diceritakan Abel padamu Adrian." Mona berusaha sebaik mungkin agar ia tidak salah dalam memberi jawaban pada Adrian. "Hmmm,bagus kalau begitu." Adrian menimpali dengan singkat. "Oya Mona,tiga hari lagi driver dari Production akan menjemputmu,persiapkan pakaian dan bekal untukmu sebelumnya." lanjut Adrian. "Aku sudah siap kapanpun Adrian." senyum Mona terpajang luar biasa di hadapan Adrian. "Tidak salah lagi Mona,Abel sudah mempersiapkanmu dengan luar biasa." ucap Adrian dengan ketegasan seorang yang berkharisma. Mona terkesima oleh aura mendalam pada pria dihadapannya itu. Adrian terlihat tampan dengan rambutnya yang hitam pekat diatur rapi dan menawan. Ia memakai kemeja putih dengan kerah yang sedikit terbuka dan menampakkan d**a bidangnya, sehingga terlihat sangat keren. Ia menggunakan celana hitam yang menonjolkan pinggul dan p****t ramping yang indah, membuat mata Mona harus menatapinya dengan jelas dari atas ke bawah. Sepatu kulit hitam yang kilap menambah penampilannya yang begitu sempurna. Tidak ada yang salah saat Mona melihat Adrian dengan matanya yang indah dan halus. Dirinya mati-matian mencoba menahan tila bahwa ia kehilangan hatinya pada pria itu. Sebelum bertemu dengan pria ini, Mona merasa telah menemukan cinta sejati dalam Abel, tetapi sekarang dengan kehadiran Adrian, ia merasa seperti menemukan kebahagiaan yang lebih sejati dan lebih dalam lagi. Mona merasakan detak jantungnya semakin cepat saat melihat Adrian. Ia merasa seperti ia terpaut pada pria tampan itu. Setiap kali Adrian membuat matanya berkaca-kaca, Mona terpukau dengan cara pria itu menarik pandangannya. Ia merasa seperti tengah kehilangan kendali dan penguasaan diri pada Adrian. "Apakah ini perasaanku sesungguhnya?atau hanya seperti yang mereka katakan tadi,bahwa aku harus menghayati peran sebagai kekasihnya?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN