bc

Should be Me

book_age18+
4
IKUTI
1K
BACA
pregnant
doctor
drama
others
coming of age
lonely
tortured
friends
sacrifice
Neglected
like
intro-logo
Uraian

Jangan lupa tap love dan follow aku kawan-kawan, saya membuat cerita ini dengan sepenuh hati berharap kalian menyukainya 😊😘❤️

Gong Rui-Zhang Yue

Hubungan tidak bisa dilandasi berdasarkan lamanya waktu, semakin lama waktu yang dilalui maka semakin besar cinta yang tumbuh, tapi semua itu hanya bualan semata.

7 tahun bersama Gong Rui, tak pernah sedikitpun pria itu mengungkit pernikahan, hidup bersama dalam waktu yang lama nyatanya tak ada niatan untuk Rui menikahinya. Tapi dia tetap menunggu dan tak gentar menunggu ajakan pria itu untuk meminangnya.

Tapi nyatanya semua itu hanya kebodohan Zhang Yue, pria yang dia nantikan bertahun-tahun ternyata memilih menikah dengan wanita lain.

"Hanya setahun, kumohon biarkan aku menikah dengannya. Setelah semua hutang keluargaku terlunasi aku akan menikahimu, aku berjanji."

"Tapi aku hamil."

Tapi alasan itu tak cukup untuk membuat Gong Rui bertahan disisinya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Begitu pintu kayu dibuka bau lembab khas rumah lapuk langsung menyerang indra penciuman Gong Rui, dulu dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini namun setelah 2 bulan meninggalkan rumah ini dan tinggal di apartemen mewah di kota membuat Rui sedikit terkejut. Rui termenung hingga tak sadar jika dia sudah berada didalam rumah ini, rumah yang sudah dia tinggali bersama Zhang Yue hampir 4 tahun. Melihat Rui hanya diam saja membuat Zhang Yue gemas, dia segera mengambil alih ransel di bahu Rui dan menaruhnya ke dalam lemari. "Duduklah, aku akan menghangatkan s**u untukmu." Sebelum Rui membuka suara, wanita itu sudah melenggang pergi kedalam dapur sempit yang gelap. Letak dapur yang berada satu petak dengan ruang tamu sekaligus ruang keluarga membuat semua aktifitas di dapur dapat terlihat jelas oleh siapapun yang memasuki rumah sempit ini. Rui terpaksa menelan kata-katanya ketika melihat Yue begitu bersemangat untuk menyajikan segelas s**u hangat kesukaannya, wanita itu tak berhenti tersenyum seolah baru saja diberi 50 juta Yuan membuat Rui membelokkan langkah kakinya ke sofa rapuh ditengah ruangan. Sofa itu berderit begitu tubuh jangkung Rui meletakkan bebannya, sofa rapuh itu sedikit berdebu dan kusam, beberapa bagian juga muncul jamur-jamur hitam. Hingga tanpa sengaja Rui menyentuh segenggam kain basah yang berkubang disudut sofa. "Ah..." suara gerutuan Rui membuat Yue mengalihkan perhatiannya. Melihat Rui berjengit dari sofa dengan wajah mengernyit lucu membuat Zhang Yue tak tahan untuk tidak menertawakannya. "Maaf, aku lupa untuk membersihkan airnya. Kakakku tadi menumpahkan teh di sofa karena marah denganku..." sembari menuangkan s**u panas kedalam gelas yang sudah menguning, "Dia memaksaku untuk memberikannya s**u, tapi aku tidak menurutinya karena... bukankah s**u ini kesukaanmu? aku hanya membeli satu botol." Wanita itu berjalan menghampirinya dengan segelas cairan berwarna putih pekat, bau s**u langsung menyebar ke penjuru ruangan dan menjadi satu dengan bau lembab. Dengan senyum manis wanita itu menyodorkan segelas s**u tadi ke bibirnya, sengaja menggodanya, s**u itu menciptakan gelombang saat Yue mendorong gelasnya maju menekan bibir bawah Rui. Zhang Yue terus menggoda sampai bibir Rui tersiram cairan putih dari s**u, dia tertawa bahagia lalu meminta maaf dengan main-main. Rui hanya mendengus dan memberinya senyum simpul sebelum akhirnya mengambil alih gelas itu dari tangan Yue dan menaruhnya ke meja, s**u itu masih panas dan Zhang Yue berniat membakar tenggorokannya. "Apa-" "Adik!! apakah kamu memasak s**u? dimana susunya?" Seorang pria tiba-tiba muncul dari dalam kamar lalu berlari membabi buta kearah dapur, pria itu mengendus seperti anjing untuk mencari bau manis yang amis, bau s**u favoritnya. Sejak pagi Zhang Cao sangat menginginkan s**u dari Zhang Yue tapi adiknya itu malah memarahinya. "Adik, dimana kamu menaruh susunya?" pria itu membuka tutup panci dan bahkan mulai mengobrak-abrik dapurnya. Melihat Zhang Cao yang mulai berulah, Zhang Yue segera berlari ke dapur. Dan benar saja, baru di menginjakkan kakinya di dapur Zhang Cao langsung menumpahkan sepanci bubur putih favorit Gong Rui, Zhang Yue hanya bisa menjatuhkan rahangnya dan tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun karena terlalu terkejut. Bubur itu tumpah mengotori hampir seluruh lantai dapur, bubur putih itu licin. Begitu Zhang Cao berjalan pria tinggi itu langsung terpeleset, sekarang bukan hanya lantai dapur yang putih tapi Zhang Cao ikut menjadi satu. "Saudara.." Zhang Cao mengeluh kesakitan, tapi begitu melihat raut muka adiknya pria itu langsung berdiri. "Saudara, apakah kamu marah? ak-aku tadi tidak sengaja me-menjatuhkannya, aku hanya ingin s**u. Kukira panci itu berisi s**u jadi aku mengangkatnya dan... dan jariku tergelincir, aku-" "Cukup!!" Zhang Cao langsung diam tak berkutik, kepalanya menunduk dalam layaknya anjing yang dimarahi majikannya. Zhang Yue ingin berteriak, tentu saja dia marah besar, bubur itu dibeli dari sisa uangnya yang sengaja dia kumpulkan untuk membeli makanan favorit Rui. Sejak pemuda itu mengabarinya akan pulang Yue sangat bersemangat, dia bahkan bangun pagi-pagi untuk membersihkan debu dirumahnya. Dia sengaja tidak membeli sarapan karena harga bubur dan s**u favorit Rui seharga 2 kali lipat dari harga sarapannya, untung Yue masih memiliki beberapa potong roti yang hampir basi untuk sarapannya dan Zhang Cao. Tapi sekarang uang itu terbuang sia-sia, dia harus memutar otaknya untuk bisa membeli makanan baru yang layak untuk Rui, tapi dari mana dia mendapatkan uang. Ini belum akhir bulan dan bos belum memberikannya gaji, terpaksa Yue tidak punya cara lain, dia akan berhutang lagi. "Xiaoyue..." suara husky itu menyadarkan lamunan Zhang Yue. Kepanikan langsung mendera Zhang Yue begitu suara ketukan sepatu kulit berjalan kearah dapur, alarm otak Zhang Yue otomatis menyuruhnya untuk berlari mencegah Gong Rui melihat kekacauan yang telah dibuat Zhang Cao, dia tidak ingin merepotkan Rui dihari pertama dia datang. Rui adalah tipe pria yang suka kebersihan, bahkan hampir bisa dikatakan OCD bisa dibayangkan jika Rui melihat dapurnya yang menjijikkan dengan bau bubur. "Xiaoyue..." "Rui!! kenapa kamu tidak meminum susumu? bukankah itu sudah hangat?! kau kan tidak suka s**u dingin." teriak Zhang Yue dibuat-buat seolah-olah ibu yang tengah memarahi anaknya karena tidak mau minum s**u. Rui mengernyitkan dahinya saat Yue muncul dengan wajah berkeringat, dia ingin bertanya apa yang terjadi di dapur karena dia mendengar suara panci terjatuh tapi belum sempat dia bertanya Yue sudah menyeret lengannya pergi dari sana, untung saja kekacauan itu terjadi dipojok dapur sehingga Rui tidak sampai melihatnya. "Ah, lihat!! susumu hampir dingin. Ayo habiskan..." Zhang Yue memaksa Rui duduk di sofanya hingga suara deritan mengerikan terdengar nyaring. "Kamu duduk disini, aku akan segera kemba-" "Zhang Cao? apa yang terjadi denganmu?!" Yue menoleh kebelakang dengan cepat menemukan kakaknya yang bewarna putih hingga wajahnya tampak mengerikan, tak butuh waktu lama untuk Zhang Yue berteriak. "Zhang Cao!! Pergilah ke kamar mandi dan cuci tubuhmu." Melihat saudaranya menatap seperti ingin mengulitinya hidup-hidup membuat Zhang Cao gemetar dan segera berlari ke kamar mandi, nafas Yue sampai gemetar saking emosinya pada kakak idiotnya itu. Ah, Yue hampir lupa jika kekasihnya masih disini, dia segera memutar kepalanya dan bertemu dengan mata yang saat ini menatapnya tak berkedip. Raut muka Zhang Yue langsung melembut begitu dia mendapati Rui masih setia duduk disampingnya, huft hampir saja Yue kehilangan atas kesabaran dan tidak menunjukkan sikap bar-barnya seperti yang biasa dia lakukan jika Rui tak ada dirumah. Dengan senyum konyol Yue menjatuhkan ciuman kupu-kupu di seluruh wajah Rui yang masih membelalakkan matanya. "Zhang Cao sangat menyebalkan." Ujarnya marah dibuat-buat kemudian tertawa dan kembali menciumi wajah Rui. "Apa kau lapar?" Rui menggelengkan kepalanya, tapi Yue tak peduli entah Rui lapar atau kenyang dia akan tetap memberinya makan. Yue menjauh dari Rui untuk mengambil benda persegi yang ketinggalan zaman, menekan keyboard keras disana setelah yakin pesannya terkirim Yue segera menaruh ponsel jadulnya dan kembali duduk disamping Gong Rui. "Apa kamu lelah? Apa kamu mengantuk?" Yue memberondong Rui dengan pertanyaan. Seperti biasa temannya ini sangat perhatian dengannya, tidak memperdulikan dirinya sendiri yang lelah dia akan memanjakan Rui seperti anak anjing. Entah kenapa pertemuan kali ini membuat Zhang Yue bersemangat, dia tidak membiarkan jarak memisahkannya dengan Rui, Zhang Yue terus mengejar lutut Rui hingga kedua lutut mereka saling bersentuhan. Rui meliriknya dan disambut cengiran tak tahu malu khas Yue, keduanya tertawa merasa geli dengan tingkah mereka yang seperti remaja SMA ketika jatuh cinta. "Dengar, kau pasti merindukanku kan? Jangan berbohong, tidak biasanya kamu pulang cepat seperti ini..." Yue menyenggol pelan bahu Rui. Namun candaan Yue sepertinya tak berhasil mencairkan suasana, dia tidak tahu apakah dia mengatakan sesuatu yang salah hingga Rui menanggalkan senyuman dari wajahnya. Seketika candaan diantara mereka berakhir senyap, Yue menunggu jawaban jenaka yang biasa dilontarkan pria itu tapi Rui tak kunjung mengatakan sesuatu membuat Yue bingung. "Rui, apa ada sesuatu yang salah?" Yue mengintip dibalik bulu mata berkibar milik Rui akan tetapi pria itu tak mau melihatnya dan seperti menghindar, entah kenapa perasaan Yue tiba-tiba tak enak. "Rui, kenapa melamun?" Tepukan di pahanya membuat Rui tersentak dan segera kembali kealam sadar, dia menemukan sepasang mata buat berkedip takut-takut melihatnya seperti anak kucing yang takut dicampakkan pemiliknya. Keduanya terdiam saling pandang, tidak ada yang berani mengatakan sesuatu sampai mereka tidak sadar jika tubuh mereka perlahan mendekat dan saat sadar Yue sudah berada dalam pelukannya. Zhang Yue paling takut jika dihadapkan dengan kondisi seperti ini, ketika keduanya tak saling bicara dan Rui seolah berusaha menutupi rahasia besar darinya, apakah selama tinggal di kota Rui mendapat banyak tekanan? Apa ada sesuatu yang menggertaknya?. Rasa khawatir membuat Yue semakin mengeratkan pelukannya berusaha merengkuh tubuh yang lebih tinggi, menenggelamkan kepala anak anjing itu di dadanya. Berikutnya dia merasakan sapuan nafas teratur menerpa lehernya, merasa pria dipelukkannya mulai tenang Yue memberanikan diri menempatkan dagunya ke bahu pria itu dan menjarah wangi sitrus alami khas Gong Rui sebanyak mungkin. Tangannya mengelus punggung lebar pria itu sembari mulutnya bersiul menciptakan ketenangan, dari cara Rui memeluknya Yue tahu jika pria itu sedang dilanda gelisah dan ketakutan. Dia sengaja tak bertanya lebih jauh karena Rui selalu menceritakan semua masalah pribadinya pada Yue, tidak ada lagi rahasia diantara mereka. "Rui, minum susunya dulu. Itu akan membuatmu tenang..." Yue membujuk, awalnya pria itu tak mau bergeming tapi Yue memaksanya melepas pelukan dan memberi Rui segelas s**u yang hampir dingin. Saat tautan mereka terlepas saat itulah Yue bisa melihat mata Samoyed yang memerah dan beberapa air mata masih menggantung di bulu matanya. Yue menghapus air mata itu dengan jempol tangannya sembari menunggu Rui menghabiskan segelas s**u, sayangnya Rui hanya menyeruput beberapa kali dan menyisakan setengah penuh s**u, saat Rui menaruh gelas dimeja Zhang Yue tanpa sengaja menangkap tangan Rui yang gemetar bahkan sampai berkeringat dingin hampir menjatuhkan gelas diatas meja. "Apa kamu ingin aku memasak? Katakan! Apa yang ingin kamu makan hari ini?" Yue tersenyum dengan binar mata berkilauan seolah melihat pria besar didepannya seperti balita kecil menggemaskan yang tengah merajuk. Rui mendengus kemudian menggeleng, hal itu tak membuat Yue berkecil hati karena masakannya ditolak tetapi yang dilakukannya malah tertawa seperti orang bodoh, keduanya tau Yue tidak bisa memasak, selama ini Rui-lah yang melakukan semua pekerjaan rumah tangga namun setelah Rui pergi ke kota Yue terpaksa menggantikan semua pekerjaan Rui, memasak pun dia lakukan asal perutnya kenyang dan tak memperdulikan rasa. "Kalau begitu tidurlah, aku sudah menyiapkan tempat tidur untukmu. Hari ini, aku tidak akan kedinginan lagi.." tambah Yue dibarengi senyum menggoda. Rui tak menanggapi ocehan Yue yang terus menceritakan hari-hari membosankannya bersama Zhang Cao, Rui lebih fokus pada gelas s**u diatas meja. Walaupun Yue terus menggodanya mata Rui sama sekali tak berkutik, bahkan tak repot-repot untuk melihat kearah Yue. Dia tenggelam dalam pikirannya sendiri sampai akhirnya dia melihat Yue mengeluarkan ranselnya dari dalam lemari, membawanya kedepan Rui lalu mulai mengeluarkan satu persatu barang didalamnya. Yue mengira dia akan menemukan setelan baju tapi tangannya malah menemukan hampa dan ruang kosong didalam ransel, Yue sedikit terganggu dan menghentikan ocehannya. Dia fokus menggeledah isi tas Rui dan hanya mendapatkan charger ponsel dan dompet, selebihnya ransel itu kosong. Pikiran Yue begitu sederhana, walaupun bingung dia memaksa untuk tersenyum dan menggoda Rui. "Kamu tahukan ukuran bajuku tak cukup di tubuhmu? Lalu kenapa tidak membawa baju ganti?" Keluh Yue. Tapi Rui tak melihatnya membuat Yue memegang tangan Rui, dan rasa basah keringat langsung menyambut kulit Yue. Dari sinilah Yue paham, Rui dalam masalah. Pemuda itu cerdas dan tanggap tapi Rui bisa menjadi orang bodoh dalam masalah besar. Ditaruhnya ransel ke sofa. "Rui, bukankah kamu menganggapku sahabat? Bukankah kamu yang mengatakan tidak ada janji diantara kita berdua? Lalu kenapa kamu menyembunyikan masalahmu dariku?" Rui tetap tak merespon sampai akhirnya tangan semi kapalan menangkup wajahnya, dia tersentak saat menemukan wajah Yue sudah ada didepannya. "Ah, apa kamu mengatakan sesuatu?" Bibir Yue seketika datar, sedetik kemudian raut penuh kekhawatiran menarik perhatian Rui. "Katakan padaku, apa masalahmu?" Sekarang wajah Rui yang ganti memucat, mulut Rui terbuka dan tertutup seakan ingin mengatakan jawaban namun ragu. "A-aku, Zhang Yue. Ka-kau tahu kan kalau aku akan selalu menemanimu?" "Iya?!" "Aku tidak akan mengingkari janjiku, tapi... Tapi sesuatu hal memaksaku untuk melakukan ini." Terdapat jeda lama diantara suara Rui, tapi dari beberapa kalimat yang diucapkan Rui, Yue bisa mengambil kesimpulan. Dengan tenang dia duduk dan berkata. "Apa kau akan meninggalkanku? Siapa yang memaksamu? Siapa yang berani memisahkan pemilik putra mahkota ini dari pemiliknya, katakan dan aku akan menghajarnya." Kata Yue jenaka berusaha mencairkan suasana. "Ka-kau tahu jika orangtuaku memiliki hutang 4 juta Yuan pada seorang pengusaha, dan seminggu lalu..... Anaknya datang padaku dan menagih hutangnya, a-aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak mempunyai uang segitu banyaknya saat ini...." Ah, sekarang Yue mengerti asal muasal wajah tampan kekasihnya yang murung, dia tertawa kecil lalu menepuk pelan kepala pemuda itu layaknya memperlakukan anak anjing yang stress. "Hey, itu tidak buruk. Maksudku, kita bisa mencari uangnya bersama... Kita juga bisa mencicilnya, kita juga bisa menggunakan tabungan pribadiku. Atau kita membangun usaha kecil-kecilan untuk melunasi hutangnya, jika orang itu memaksamu untuk melunasinya dalam waktu cepat aku bisa menjual rumahku ini. Aku dan kakakku bisa tinggal dirumahmu, walaupun di desa tidak masalah...." Yue tak berhenti tersenyum seolah pikirannya menemukan seribu jalan yang bisa dia lakukan walaupun harus merelakan harta benda dan masa depannya. Dia menunggu Rui menanggapi ide-idenya tapi pria itu malah jauh lebih murung, Yue bingung apa masalah ini tidak semudah yang Yue pikirkan. "Dia tidak membutuhkan uangnya kembali, dia sama sekali tak membutuhkan uang..." Yue mengernyit, dia semakin bingung dengan ucapan Rui. Lalu apa yang dibutuhkan piutang jika hutangnya tidak dilunasi, bukankah keluarga Rui meminjam uang lalu kenapa orang itu tak menginginkan uangnya. "Lalu apa yang dimintanya?" "Dia...... Dia, meminta diriku." Darah Yue mendadak berhenti, syaraf-syaraf tubuhnya membeku hingga Yue kesulitan bernafas. Tanpa sadar dia berdiri dari sofa dengan wajah se pucat kertas dia menatap horror kearah Rui. Tanggapan yang diberikan Yue begitu mengerikan dan Rui sudah menduganya sebelum dia datang kemari, dia terlalu mengulur waktu dan tujuannya datang kesini akan segera terungkap. "Aku sengaja pulang lebih awal karena ada suatu hal yang penting, aku ingin mengatakan padamu jika besok aku akan menikahinya. Dia memaksaku dan aku tidak bisa berkutik, aku menyayangi keluargaku dan aku akan berkorban untuk mereka. Dia datang padamu seminggu yang lalu tapi aku baru bisa-" "Cukup!!" Suara Yue tercekat. Rui bisa melihat kehancuran samar-samar dimata Yue dan dia mau tak mau berhenti, dia tidak akan goyah. Sebelum datang kesini dia sudah meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak terpengaruh pada apapun dan tetap mengambil keputusan yang sekiranya dia yakini tepat. "Hanya setahun, kumohon biarkan aku menikah dengannya. Setelah semua hutang keluargaku terlunasi aku akan menikahimu, aku berjanji." "Hentikan!!" "Xiaoyue..." Rui berjalan kedepan dan Yue mengambil langkah panjang kebelakang. Rui ingin meraih tangannya tapi Yue menepis, dia terlihat sangat terkejut dan tertekan. Matanya berlari kemana-mana dan terus menjauh dari jangkuan Rui. "Ini hanya kontrak, hanya satu tahun dan aku akan kembali." Kata Rui berusaha meyakinkannya tapi Yue malah berteriak keras mencegah Rui untuk berbicara lebih jauh. "Ak-aku.... Aku yang lebih dulu memintamu untuk menikahi, ta-tapi kamu lebih memilih orang lain untuk kau nikahi." "Bukan seperti itu.." "LALU SEPERTI APA?! Jadi selama ini kamu menganggapku apa, Gong Rui? Apa selama ini kamu hanya menganggapku sebagai teman tidurmu saja? Atau selama ini kamu hanya menganggapku sebagai pelacurmu?!" "ZHANG YUE!!" "Apa? Hmm?" Tanpa sadar Rui meraih gelas diatas meja lalu melemparnya kelantai, dan suara pecahan gelas itu cukup menghentikan perdebatan mereka. Mata Yue menatap nanar tumpahan s**u diatas lantai hitam, s**u yang sengaja dia beli untuk menyenangkan Rui walau harus merelakan gaji mingguannya. s**u yang membuatnya bertengkar dengan kakaknya, s**u yang diingkan kakaknya tapi dengan bodoh dia menyembunyikan untuk diberikan pada Rui yang pada akhirnya dibuang ketanah. Memikirkan hal itu membuat air mata Zhang Yue perlahan tumpah, rasanya seperti mimpi. Dia bangun di saat langit masih petang, pergi ke supermarket dengan baju lusuh dan menjadi cemoohan banyak orang didalam pasar modern itu. Tapi dia tidak perduli, dia pergi ke kasir dan menyerahkan uang gajinya minggu ini, dia bahkan tak memikirkan keadaan perutnya yang kelaparan. Membersihkan rumah sejak tiga hari yang lalu, memesankan makanan kesukaan Rui walau dia harus berhutang, sengaja tidak makan sejak pagi untuk makan bersama Rui. Tapi pengorbanannya tak terbayar, Yue jatuh bersimpuh dilantai dengan menyedihkan. Sorot matanya hampa mengikuti aliran s**u yang menciptakan kubangan. Keduanya terdiam begitupun dengan Rui yang terlihat kacau. Keheningan melahap mereka sampai akhirnya Yue bergeming, bangkit dari lantai yang kotor dia berjalan melewati Rui dengan kaki goyah terasa lemah tak bertulang. Rui belum tersadar dari terkejutannya sampai akhirnya suara derit pintu tua menyadarkannya jika Zhang Yue telah pergi. Dia mengikuti arah suara dan melihat Zhang Yue memasuki kamar mereka. Dia terdiam ditempat begitu lama sampai dia memutuskan untuk menghampiri Zhang Yue. Dia mendorong pintu lapuk dan menemukan wanita itu meringkuk seperti bayi diatas kasur lusuh, Rui tahu Zhang Yue hanya berpura-pura tidur karena dia bisa melihat linangan air mata yang membanjiri sudut matanya. "Xiaoyue..." Hanya satu kalimat yang keluar dari mulutnya cukup membuat tubuh wanita diatas tempat tidur itu menegang. Melihat betapa menyedihkannya Zhang Yue membuat Rui sadar jika dia sudah cukup membuat wanita periang ini hancur dalam satu kalimat saja. Rui berjalan mendekati ranjang dengan sepatu masih dikakinya, suara ketukan yang dihasilkan sepatu itu lantas membuat Zhang Yue semakin menyembunyikan tubuhnya hingga tanpa sadar tangannya meremas bantal dengan erat. Zhang Yue bisa merasakan Rui yang berdiri disampingnya kemudian dia sayup-sayup melihat Rui jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi tempat tidur. "Xiaoyue, aku tahu kamu tidak tidur. Bangunlah dan kita akan menyelesaikannya bersama..." Tak mendapat respon membuat Rui menjatuhkan tangannya di pinggang sempit wanita itu dan mengguncangnya pelan. "Pergilah, aku mengantuk. Aku bangun sejak petang." Aku bangun pukul 2 pagi hanya untuk menyenangkanmu. Batin Yue berteriak. "Maaf..... Tak seharusnya aku-" "Aku yang seharusnya meminta maaf." Mata aprikot itu terbuka dan bola merah berkilau menusuk tepat di rongga d**a Gong Rui. "Tak seharusnya aku mencegahmu, aku tak seharusnya berharap jika kamu akan menikahiku, sejauh ini aku merasa ucapan ibumu benar. Kamu hanya menganggapku teman, dan aku tak ada hak untuk melarangmu menikah." Sekuat mati dia menahan air matanya agar tak jatuh sia-sia tapi tetap saja rasa sakit dari setiap kata yang keluar membuat air mata memburamkan penglihatannya. Dia sempat tersedak beberapa kali tapi Gong Rui menjatuhinya dengan ciuman kupu-kupu di seluruh wajahnya, Zhang Yue tak mengharapkan Rui berbuat seperti ini, dia berharap Rui pergi setelah dia mengatakan hal seperti itu. Dengan Rui bersikap lembut kepadanya membuat Zhang Yue semakin membenci dirinya sendiri karena tidak bisa menahan bibirnya untuk terisak menyedihkan dihadapan Rui, rasanya sangat menyakitkan ketika Rui menjatuhinya belasan ciuman kupu-kupu diwajahnya karena dia takut, dia takut suatu hari dia akan merindukan kasih sayang itu disaat Rui sudah menjadi milik orang lain. Tangisnya semakin keras hingga membuat Gong Rui memeluk tubuhnya erat, posisi miring membuat Rui begitu mudah merengkuh tubuhnya. Rasanya hangat dan menenangkan apalagi bisikan pelan yang diucapkan Rui ditelinganya membuat tangis Zhang Yue semakin keras. Dia munafik, dia mengatakan jika dia bisa melepas Gong Rui tapi pada akhirnya hatinya sakit bukan main. Dia sudah akan merelakan Gong Rui pergi tapi Rui malah memeluknya erat, rasanya sesak di d**a. "Jangan menangis, maafkan aku." "Ma-maaf.... Maafkan aku, Rui." "Tidak, kamu tidak salah." Perlahan tangisan Yue menghilang menyisakan isakan menyedihkan, Rui melepas pelukannya dan mengusap wajah basah Zhang Yue dengan tangannya. "Kau tahu, Xiaoyue? Kau sudah melupakan janjiku, bukankah aku berjanji akan selalu bersamamu? Aku akan menemanimu, tapi.... Biarkan aku pergi sebentar saja, lalu aku akan kembali padamu. Kita akan menjalani hidup seperti biasa... Hanya satu tahun, aku berjanji padamu." Zhang Yue diam nampak tak berminat untuk meneruskan percakapan ini, matanya hampa menatap wajah tampan pemuda didepannya. "Aku ingin, tapi....aku tidak bisa." "Hanya sebentar, aku mohon. Tidak ada rasa diantara kita, hanya sebatas hitam diatas putih." "Aku tidak bisa..." "Kenapa?!" Mata merah itu mengerjab pelan sebelum akhirnya jatuh tepat dimata Gong Rui, dia merasa matanya memanas lagi dan benar saja satu persatu air mata berlomba keluar. "Maaf, maafkan aku, Gong Rui." Rui termenung melihat botol kecil berisi penuh puluhan pil putih yang diperlihatkan Zhang Yue digenggaman tangannya, mendadak otak Rui buntu. Itu adalah pil kesuburan yang sengaja dia belikan Gong Rui diawal tahun, tapi kenapa botol kaca itu masih penuh seolah tak ada satu pil pun yang keluar darinya. Rui tak mengerti dengan maksud Zhang Yue, memandang Zhang Yue bingung.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
50.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook