PART 4

1100 Kata
Reza dan Lara. Kedua orang ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Reza yang sangat menyayangi gadis itu pun mau tidak mau harus rela membuat hubungan mereka tidak bisa dipublikasikan. Reza adalah seorang artis muda yang saat ini sedang banyak dibicarakan banyak orang. Pemuda itu memiliki perjanjian dengan agensinya bahwa dia tidak boleh memiliki hubungan dengan seorang perempuan selama perjanjian itu masih berjalan. Namun, pemuda ini tidak bisa melepaskan Lara yang saat itu sedang terpuruknya. Ketika dia telah siap untuk keluar dari agensi, mereka tidak mengijinkan dan memberi solusi bagi keduanya untuk menjalani hubungan diam-diam. Dan dengan bodohnya Reza setuju yang itu artinya akan menyakiti hati gadis itu. Yang bisa dia lakukan saat ini adalah menjaga gadis itu agar tetap bahagia. Akan tetapi, apakah Lara bahagia selama tiga tahun ini bersamanya? Pemuda dengan rambut hitam pekat miliknya itu nampak memandang sebuah potret dirinya bersama Lara yang ada di dalam galeri gawainya. Reza tesenyum ketika mengingat itu adalah momen ketika mereka kecil dulu. Ketika dia dan Lara bermain di rumah gadis itu. Dulu, Reza memang seringkali dititipkan di rumah Lara, mengingat orang tua pemuda itu sibuk. Tentunya keluarga gadis itu menerima keberadaan pemuda tampan ini. “Reza, nanti kamu beneran pindah ke Indonesia?” tanya seorang bocah perempuam berumur enam tahunan yang merupakan perwujudan Lara ketika kecil. Dia sedang bertanya kepada bocah laki-laki yang merupakan teman bermainnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Reza. “Iya, aku akan pindah ke sana, Lara,” jawab Reza kecil. Mendengar jawaban Reza membuat raut wajah gadis kecil itu berubah seketika. Dia tidak akan punya teman bermain lagi jika Reza pergi. Melihat Lara berubah menjadi sedih, Reza pun tersenyum hangat. “Kamu tenang aja, ya. Aku kapan-kapan akan ke sini,” imbuh bocah itu membuat Lara kecil menatap manik matanya. “Beneran? Reza akan ke sini?” tanya gadis itu dengan raut semangatnya. “Ya, kamu bisa pegang janjiku,” jawab Reza tegas yang membuat gadis kecil itu tersenyum kecil. Reza tersenyum hangat ketika mengingat masa kecil mereka. Dulu, Lara adalah gadis polos yang selalu ia temui. Gadis ini memiliki kepribadian yang tertutup, bahkan teman dekatnya dulu hanyalah Reza. Dan ternyata kepolosan itu berlangsung hingga sekarang. Untuk itulah Reza sedikit was-was ketika gadis itu ia tinggal sendirian di rumah. “Reza ... kamu lihatin apa, sih? Kamu nggak fokus sama filmnya, ya?” tegur Lara kepada pemuda itu. Pemuda itu pun langsung menoleh dan menatap Lara serta layar TV secara bergantian. “Aku sudah nonton film ini, Ra,” jelas Reza membuat gadis itu mendengkus kesal. Padahal dia sudah menyiapkan film yang bagus untuk dia tonton bersama Reza, tetapi selalu saja pemuda ini sudah melihat film-film itu. “Aku penasaran, kamu selalu bilang sudah lihat film yang aku putar. Memang kamu nonton sama siapa?” tanya gadis ini dengan mata tajamnya memandang pemuda itu secara terang-terangan, bahkan dia sudah melupakan layar TV yang menayangkan film di sana. Melihat pertanyaan dan gestur tubuh yang ditunjukkan oleh gadis ini seolah-olah dia sedang diinterogasi pun membuat Reza tertawa pelan. “Aku nonton dengan siapa? Tentunya dengan seseorang,” ungkap Reza yang bermaksud menjahili gadis ini. Lara pun melotot ketika mendengar jawaban dari pemuda ini. Dengan gerakan cepat, Lara mengambil bantal sofa yang ada di sebelahnya, kemudian dia pukulkan berulangkali ke badan pemuda ini. “Kamu nakal banget! Rasain, nih! Aku aduin ke mama sama papa nanti,” kata Lara. Reza pun tertawa melihat gadis ini kesal kepadanya. Sesekali dia menghindari pukulan bantal itu. “Hei, kamu lupa, ya?” ucap Reza yang membuat pergerakan gadis itu pun terhenti, “kita sudah pernah nonton ini, Sayang. Kamu lupa, kan? Pastinya. Terlalu banyak film yang kamu lihat sampai lupa kalau kita sudah pernah lihat itu,” jelas Reza membuat Lara mengernyit bingung. Dia masih mencoba mengumpulkan ingatan kecil di kepalanya. Dan dia beringsut kembali ke tempat duduknya ketika mengingat hal itu. “Sudah ingat?” tanya Reza yang diangguki oleh Lara. Pemuda itu pun mengacak gemas surai tunangannya ini. Benar-benar pelupa akut. “Kamu seringkali lupa. Apa sebanyak itu film yang kamu lihat sampai lupa begini?” lanjut Reza yang membuat gadis itu seketika terdiam. “Emmm, iya. Karena aku di rumah sendirian, jadi waktuku banyak digunain buat nonton film, kecuali kalau aku punya kegiatan lain seperti belanja keluar atau menanam bunga,” jawab Lara yang malah membuat pemuda itu menjadi terdiam juga. Melihat keterdiaman Reza membuat Lara mengernyit dan mencoba mencerna apakah tadi dia salah bicara? “Reza?” panggilnya yang membuat pemuda ini tersadar dari lamunannya. “Kamu kenapa?” tanyanya kemudian. Pemuda itu menoleh kepada Lara. “Apakah aku terlalu jahat ke kamu selama ini?” tanya pemuda itu. Lara pun mengernyit, namun sedetik kemudian dia paham jika pemuda ini salah paham. Lantas dia pun menggeleng penuh. “Nggak, Za. Kamu baik, kok,” jawabnya cepat. “Mungkin kamu sudah lelah mendengar permintaan maafku setiap waktunya. Tetapi, aku benar-benar minta maaf karena belum bisa membuat hubungan kita bisa dikenal banyak orang. Jujur, aku sendiri lelah menyembunyikan identitas ini. Dan aku nggak bisa apa-apa karena sudah terikat kontrak,” ungkap Reza dengan nada sangat bersalahnya. Lara pun menggenggam sebelah tangan pemuda itu dengan erat. “Kita sudah sepakat tentang hal ini, Za. Dan aku pun nggak keberatan sama sekali,” tutur gadis itu membuat Reza merasa beruntung memiliki Lara. Coba kita bandingkan dengan gadis lainnya. Waktu tiga tahun untuk bersembunyi dari media bukanlah waktu yang pendek. Dan nyatanya kepercayaan dan komitmenlah yang membuat hubungan ini tetap utuh. “Terima kasih. Aku minta kamu sabar sebentar. Dalam waktu dua tahun, aku janji akan segera publikasikan hubungan kita. Aku sudah tidak mau menundanya lagi, Ra. Aku mau segera kita menikah,” kata Reza yang terdengar serius. Mendengar nada keseriusan dari pemuda itu membuat Lara tersenyum hangat. Dua tahun menurutnya waktu yang singkat. Waktu akan berlalu dengan cepat. “Oke, bagaimana kalau kita hari ini belanja? Sudah lama sekali kita tidak belanja,” usul Reza. “Boleh. Tapi ... kamu harus nyamar lagi,” balas Lara mengingatkan pemuda ini untuk tidak terlihat seperti Reza yang dikenal banyak orang. Dan sekali lagi pemuda itu mengembuskan napasnya kasar. Lagi dan lagi dia harus menyamar jika akan keluar bersama Lara, sungguh nasib yang buruk. “Atau kita diam saja di rumah, Za. Bukannya itu lebih baik?” imbuh Lara yang mana semakin membuat pemuda itu merasa bersalah. Dia sudah lama tidak bepergian dengan gadis ini, dan pastinya Lara juga bosan melakukan aktivitas di rumah setiap hari. “Huft, kita pesan gofood bagaimana? Kamu bisa pesan apa saja makanan dan minuman kesukaanmu,” usul Reza yang selalu menggunakan jasa makanan antar itu ketika dirinya berhalangan tidak bisa keluar. Lara pun mengangguk setuju. Dengan sigap gadis itu mengambil ponsel miliknya dan segera membuka aplikasi yang identik dengan warna hijau itu. Reza pun tampak lega ketika melihat gadis ini kembali ceria. Jangan lupa tap love ya. Terima kasih. Komen juga boleh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN