Bagian 5

2186 Kata
Kabar mengenai Reynart yang kecelakan pun menyebar begitu cepat di kantor. Pagi ini Cila antara lega dan tidak mengingat Reynart tak berada di tempat. Jika Reynart tak ada, itu artinya wanita ini terhindar dari pria yang begitu menyebalkan baginya itu, tapi dia cukup kasihan melihat atasannya yang terkena musibah itu. “Kamu Cila. Cepat antar minuman ini ke ruangan Pak Elijah yang berada di lantai lima,” perintah salah satu office girl juga yang sama seperti Cila namun sudah sangat senior di kantor tersebut. Cila pun mengangguk dan segera mengambil nampannya. Di tengah jalan, Cila berpapasan dengan Flora. Tampak wanita cantik itu masih terus saja memandang Cila dengan pandangan yang merendahkan. Flora berjalan dengan begitu angkuh melewati wanita ini. Cila hanya bisa mengembuskan napas lelah. Yang ada di pikirannya adalah mungkin Flora masih tersinggung dengan perkataan Cila kemarin. Sebelum masuk ruangan, Cila pun mengetuk pintu lebih dulu. Setelah di persilakan, wanita ini pun masuk. Elijah. Nama itu sejak hari wawancara kerja sudah Cila dengar, namun dia baru pertama kali bertemu dengan orangnya langsung. Terlihat seorang pria sedang sibuk bicara dengan telepon genggamnya. Tanpa bertanya, Cila pun langsung meletakkan minuman untuk pria itu. Pada saat Cila akan pergi, Elijah menoleh. “Kamu,” panggilnya yang berhasil membuat wanita ini terhenti dan kembali berbalik. “Iya, Pak?” sahutnya kemudian. “Panggilkan office girl yang bernama Cila. Suruh ke ruangan saya secepatnya,” perintahnya. Cila pun mengernyit. Kenapa dia tiba-tiba dipanggil? “Saya Cila, Pak. Ada apa ya?” Elijah pun meneliti wanita itu. Di tatap demikian membuat Cila jadi gugup. Elijah pun mengangguk paham dan langsung menutup teleponnya. Pria itu pun kembali ke kursinya. “Duduk,” perintah Elijah kepada Cila. Cila yang bingung namun memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pun segera duduk di kursi kosong. “Kamu yang kemarin membantu Pak Reynart saat kecelakaan?” tanyanya langsung. Cila mengangguk membenarkan. “Lalu, apa kamu juga yang menyebarkan soal kecelakaan itu?” Wanita ini melotot, dia dengan cepat menggeleng di sana. “Tidak, Pak. Saya sama sekali tidak menyebarkan berita apa pun. Saya juga baru bekerja kemarin, dan saya tentu belum mengenal dengan baik karyawan di kantor ini. Jadi, tidak mungkin bagi saya untuk bergosip tentang Pak Reynart.” Elijah pun seperti menahan tawanya. Dia cukup terhibur melihat wanita di depannya yang terlihat begitu panik hanya karena pertanyaannya barusan. “Saya hanya bertanya saja Cila. Kamu tidak perlu panik seperti ini,” ucap Elijah yang membuat wanita itu tampak sedikit lega. “Tapi, kira-kira siapa yang menyebarkan beritanya di kantor?” Cila mengangkat bahunya pelan, dia juga tak tau, lebih tepatnya tak peduli. “Ya sudah, kamu bisa kembali bekerja,” putus Elijah. Cila mengangguk dan kemudian beranjak dari tempatnya. “Oh iya satu lagi, Cila.” Langkah wanita ini kembali berhenti tepat di pintu, “Pak Reynart ingin kamu nanti ikut dengan saya ke rumah sakit. Ini perintah,” ucapnya yang seketika membuat bahu wanita itu merosot. Elijah yang melihat sikap aneh wanita ini pun sedikit mengernyit. “Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi,” pamit Cila yang diangguki oleh Elijah. Saat jam istirahat, Cila memilih untuk menikmati makanan di area kantin kantor. Dan di sana cukup banyak karyawan yang makan siang. Cila memang belum punya teman dekat di kantor tersebut. Jadi, dia hanya duduk sendirian di meja kantin sembari merasa iri dengan mereka-mereka yang memiliki teman untuk diajak bercanda. Dari dulu Cila memang tak memiliki teman dekat. Saat dia berkuliah, dirinya menutup diri, itu juga atas perintah dari sang ibu agar identitas mereka tak diketahui para manusia. Tapi, Cila yakin dari banyaknya manusia di dunia ini pasti ada makhluk yang sama seperti dirinya. Yang pasti bukan manusia sepenuhnya. Makan siang kali ini hanya ada roti isi dengan jus jeruk. Cukup sederhana, tapi Cila harus berhemat hingga gaji pertamanya turun bulan depan. Lagi pula ini sudah lebih dari cukup untuk Cila sendiri. Dia sudah merasa kenyang jika hanya memakan ini. Setelah selesai makan, Cila pun meninggalkan area kantin. Tak lupa juga membuang sampah bungkus dari roti isi dan minuman tadi. “Hei, kau,” panggil sebuah suara tepat ketika Cila akan berbelok. Flora terlihat menghampiri Cila saat itu. Dengan tangan yang bersedekap, wanita ini kembali menatap Cila secara terang-terangan. Cila tak merasa terintimidasi karena dia tau bila Flora hanya khawatir mengenai Reynart. “Aku dengar kau kemarin yang membawa Pak Reynart ke rumah sakit. Itu benar?” tanya Flora. Cila mengangguk sebagai pembenaran. Tampak Flora tidak suka dengan jawaban itu. “Apa saja yang kau katakan kepadanya? Apa kau mengadukan perkataan kita kemarin? Atau kecelakaan itu memang sudah kau rencanakan sebelumnya?” Cila melotot mendengar tuduhan wanita ini. “Maaf, Nona. Tapi saya sama sekali tidak merencanakan kecelakaan itu. Saat itu bukan saya saja yang menolong Pak Reynart, tapi pengguna jalan lain juga. Bahkan saya tidak sendirian ke rumah sakit, tetapi bersama orang lain juga.” Flora tertawa kecil mendengar jawaban Cila itu. “Oke, oke, anggap saja ini sebuah keberuntungan karena aku belum mendapatkan bukti kuat alasan apa sehingga kau berada di kantor ini dan mengambil perhatian Pak Reynart.” Jika boleh Cila ingin segera mengakhiri pembicaraan konyol ini. “Kemarin sudah saya tegaskan bila saya sama sekali tidak tertarik dengan beliau. Jika memang Nona Flora menyukai Pak Reynart, lebih baik segera utarakan dari pada di ambil orang dan membuat Nona Flora jadi gelisah.” “Kau … haish, pergi sana,” usir Flora dengan wajah yang memerah. Cila pun memilih pergi meninggalkan wanita aneh itu. Elijah yang saat itu kebetulan melewati area kantin pun tanpa sengaja mendengar percakapan Flora dan Cila ini. Tampak Elijah yang menyinggungkan senyum tipisnya ketika mendengar jawaban-jawaban yang terucap dari bibir Cila. Wanita ini cukup menarik perhatiannya. Cila mencuci tangannya lebih dulu sebelum kembali bekerja. Tidak lupa dia terus saja mengomel ketika harus berurusan dengan Flora beberapa kali. Rasa-rasanya percuma jika dia menjelaskan bila tak ada ketertarikan dengan sosok Reynart. Saat membasuh tangannya di wastafel, tanpa sengaja Cila melihat kalungnya tampak sedikit bersinar. Wanita ini segera mengeringkan tangannya menggunakan kain sebelum akhirnya mencoba melihat kalung yang masukkan ke dalam bajunya itu. ketika di lihat tidak ada apa-apa. Tapi jelas-jelas barusan dia melihat sinar kecil di balik bajunya. Aneh. Cila pun kembali memasukkan kalung itu.   “Cila?” “Iya?” Seorang wanita menghampiri Cila dari arah pintu. “Kamu di tunggu Pak Elijah di depan. Katanya dia sudah bicara denganmu tadi. Perintah dari Pak Reynart.” Cila pun mengangguk. Dia dengan segera menuju ke loker miliknya untuk mengambil tas. “Terima kasih ya. Kalau begitu aku pergi dulu,” pamit Cila. Dia ingat jika diperintahkan untuk ikut ke rumah sakit. Di depan sudah ada Elijah yang menunggunya. Cila pun merasa tak enak karena malah atasannya yang menunggu bawahan. “Maafkan saya, Pak. Saya pikir nanti kita pergi saat pulang kerja,” ucap Cila di sana. “Tidak. Nanti sepulang kerja saya ada urusan, jadi siang ini saja ke rumah sakit. Kamu sudah siap?” tanya Elijah. Cila mengangguk. “ya sudah masuk mobil,” perintah pria itu. Elijah pun dengan segera duduk di area kemudi, sedangkan Cila berada di kursi belakangnya. Tentu pilihan wanita ini membuat pria itu bingung. “Kenapa kamu duduk di belakang?” tanyanya. “Eh? Terus saya harus duduk di mana ya, Pak?” tanya Cila. Ia pikir lebih baik duduk di belakang karena tidak sopan duduk di depan bersama atasannya sendiri. Elijah pun tertawa kecil. “Kamu aneh, Cila. Tentu saja di depan. Kalau kamu di belakang, ini malah terlihat saya seperti jadi supirmu. Memang ada supir setampan saya?” sahut Elijah dengan nada bercandanya. Cila pun tertawa sumbang. “Maaf, Pak. Baiklah, saya akan pindah,” putus Cila yang langsung keluar mobil dan duduk tepat di samping kemudi. “Jangan lupa sabuk pengaman,” ingatkan Elijah yang langsung dilaksanakan oleh Cila. Mobil pun mulai berjalan dengan kecepatan standart. Elijah pun membuka obrolan dengan wanita di sampingnya. “Saya mengingat jika pembukaan lowongan kerja beberapa hari lalu adalah untuk mencari karyawan untuk divisi pemasaran dan keuangan. Lalu, kenapa kamu tiba-tiba masuk sebagai office girl?” tanya Elijah yang baru menyadari itu. Dia mengingat jika penerimaan office girl dan office boy yang baru jarang dilakukan karena semuanya sudah penuh menurutnya. Cila pun tersenyum kecut. Tentu saja kejadian memalukan itu tidak Reynart ceritakan kepada Elijah. Dan Cila pun jadi bingung sendiri untuk menjawab apa. “Itu, Pak … emm, Pak Reynart sendiri yang memerintahkan saya untuk masuk ke office girl. Jika Pak Elijah ingin mengetahui alasannya, silakan bertanya kepada beliau karena saya juga tidak mengerti kenapa bisa di tempatkan di sana.” Jawaban ini cukup pas. Karena Cila yakin Elijah akan bertanya lebih lanjut kepada Reynart nanti. Dengan begitu Cila akan terbebas dari pertanyaan ini lagi. Lima belas menit kemudian mobil Elijah berhenti di parkiran rumah sakit. Keduanya pun sama-sama turun dan mulai masuk ke dalam. Elijah memimpin perjalanan menuju ke area resepsionis. Pria ini berbicara dengan petugas resepsionis untuk menanyakan ruang inap Reynart. Cila berspekulasi bila Reynart pasti sudah di pindahkan. Setelah mendapatkan infonya, Elijah kembali memimpin perjalanan. “Oh iya, atas nama Reynart saya ucapkan terima kasih banyak karena sudah membantunya kemarin,” ucap Elijah. Cila pun mengernyit bingung karena malah Elijah yang berterima kasih padanya. “Sama-sama, Pak. Kebetulan kemarin saya berada di tempat kejadian. Oh iya, bagaimana dengan keluarga Pak Reynart? Saya kemarin tidak sempat menghubungi keluarganya karena ponsel Pak Reynart tidak bisa hidup.” “Keluarganya sudah saya beritahu. Mereka mempercayakan Reynart kepada saya karena keluarganya memang tinggal jauh dari kota ini,” jawab Elijah yang sedikit bohong di sana. Cila pun mengangguk paham. Mereka pun akhirnya sampai di ruangan Reynart. Elijah langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu dulu. Cila pun akhirnya ikut mengekori di belakangnya. Saat masuk, Cila malah melihat pemandangan aneh, di mana Reynart yang tampak duduk bersila di atas tempat tidur dengan mata yang tertutup. Melihat hal itu Elijah pun langsung berdeham untuk mengkode temannya agar cepat kembali ke dunia nyata. Mata Reynart terbuka saat itu juga dan pandangannya terpaku tepat pada sosok wanita yang berada di samping Elijah. Cila yang di tatap demikian pun langsung menundukkan kepalanya. Elijah mengernyit ketika melihat interaksi keduanya. “Tadi kau memintaku untuk ikut membawa Cila. Ini dia sudah aku bawa,” ungkap Elijah untuk mencairkan suasana. Reynart mengubah kakinya menjadi selonjoran. Dengan bantal yang sedikit ditegakkan, dia mencoba untuk duduk sembari tiduran. “Aku dengar jika berita mengenai kecelakaanku sudah tersebar di perusahaan. Apa itu kau yang menyebarkannya?” ucap pria itu langsung. Cila mengembuskan napas berat. Kembali lagi dia jadi tersangka. “Bukan dia, Rey. Aku sudah tanya tadi padanya. Lagi pula dia baru bekerja kemarin, dan tampak belum berinteraksi dengan baik di kantor. Rasa-rasanya mustahil baginya untuk bergosip. Spekulasiku adalah kecelakaan kemarin sepertinya disebarluaskan oleh pengguna jalan yang berada di tempat kejadian. Kau tau sendiri jika jaman sudah semakin canggih. Orang-orang bisa membagikan berita dengan begitu cepat. Dan beritu itu mungkin sampai pada salah satu karyawan kantor dan akhirnya disebarluaskan,” terang Elijah yang cukup melegakan bagi Cila. Reynart pun terdiam, kemudian mengangguk paham. “Lalu, apa ada hal lain lagi yang ingin kau bicarakan dengannya? Kalau hanya pertanyaan tadi rasa-rasanya di telepon saja sudah cukup,” tutur Elijah. Pandangan Reynart kembali tertuju kepada Cila di sana. “karena dia kemarin yang membawaku ke rumah sakit, lalu dia lah satu-satunya di kantor yang tahu tentang ini, jadi aku putuskan bila dia harus merawatku hingga sembuh.” Cila melotot, kepalanya sedikit pening. Padahal baru tadi pagi dia senang karena tak ada Reynart di kantor. Untuk hari-hari selanjutnya malah dia harus terjebak dengan pria ini. Dan itu artinya Flora tak akan tinggal diam untuk mengusik Cila juga. Hidupnya memang tampak mulai berat sekarang. Berbeda dengan Cila, tampak Elijah mengernyit bingung. Setaunya makhluk immortal memiliki kecepatan dalam menyembuhkan diri. Meskipun Reynart bukanlah manusia serigala, tapi dia yakin Reynart tak akan sakit parah hanya karena kecelakaan mobil kemarin. Ada sebenarnya? ‘Apa kepalamu sakit, Rey? Untuk apa kau meminta hal itu kepada Cila?’ Elijah langsung menghubungi Reynart lewat pikirannya agar percakapan mereka tidak diketahui oleh Cila. ‘Ada hal yang harus aku pastikan, El. Nanti akan aku jelaskan jika semuanya sudah terlihat begitu jelas di mataku,’ jawab Reynart kemudian. Cila tak menyadari jika kedua pria ini saling berbicara di kepala mereka masing-masing. Elijah mengangguk paham, kemudian menghampiri wanita itu. “Kalau begitu kami akan kembali ke kantor. Mulai besok Cila akan langsung ke rumah sakit untuk mengurusmu. Aku akan meminta supir kantor menjemputnya.” “Eh? Tidak usah, Pak. Terima kasih banyak tapi saya bisa berangkat sendiri,” tolak Cila di sana. “Dia benar. Tidak usah pakai jemput segala. Hal yang mulai besok dia lakukan sama halnya dengan pekerjaan, jadi anggap saja dia sedang pergi bekerja seperti biasanya,” sahut Reynart. Cila benar-benar tidak suka dengan sikap Reynart yang menyebalkan itu, sedangkan Elijah malah bersikap jauh lebih baik kepada wanita ini. Ini membuat Cila mengumpat dalam hati karena harus memiliki atasan seperti Reynart bukannya Elijah. Dan sekali lagi Reynart pun menjadi kesal sendiri karena tidak bisa membaca pikiran wanita itu. Sedangkan Elijah tersenyum tipis ketika bisa membaca pikiran Cila yang mengumpati sosok Reynart. Menarik, interaksi mereka tampak menarik di mata Elijah. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN