***
Setiap hal itu memiliki efek yang luar biasa pada seseorang contohnya dapat senyuman dari orang yang di taksir misalnya
***
Berkeliling PT Maju Sukses selepas jam kerja usai adalah hal yang akhir-akhir ini sering sekali Bonar lakukan, bukan tanpa alasan memang, Bonar sedang mencoba mencari peruntungan siapa tahu dia bisa bertemu dengan si cantik penghuni lantai lima atau setidaknya bisa mencium wangi parfum super candu yang di pakai oleh Safira, Bonar nggak tahu sih apa merek parfum yang di pakai oleh Safira hanya saja dia yakin itu adalah parfum super mahal yang biasa di pakai oleh orang-orang high class seperti Safira, mereka nggak mungkin pakai parfum ya biasa Bonar beli di warung mpok Nori tetangganya yang super gacor.
Bonar sore ini memilih menaiki satu persatu anak tangga, hitung-hitung membakar lemaknya yang sudah luar biasa membandel dan juga mengagumi setiap interior gedung perusahaan yang sedikit demi sedikit bisa memberikannya kehidupan yang baru. Bonar sangat berharap Rindu pada akhirnya berakhir dengan anak pemilik perusahaan ini, setidaknya sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri itu bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, Rindu sungguh sudah berusaha dengan keras selama ini.
“Mau ke mana lo?” tanya seseorang yang tiba-tiba merangkul pundak Bonar, Bonar langsung menepuk bahu cungkring pria tinggi itu, namanya Wahyu salah satu teman dekat Bonar di perusahaan selain Rindu tentunya.
“Sakit, Nar, itu lemak lo mental banget di tulang gue!” seru Wahyu sembari mengelus bahunya. Bonar nyengir.
“Lagian lo nama doang yang Wahyu tapi ngucap salam jarang, salam dulu kalau ketemu orang Wahyu Muslikin!” seru Bonar. Wahyu langsung nyengir, walau dia dan Bonar itu beda divisi namun mereka cukup dekat dan sering berbagi informasi terupdate di seluruh penjuru PT Maju Sukses.
“Jadi lo mau ke mana?” tanya Wahyu ketika mereka terus menaiki satu persatu anak tangga, sekarang sudah mau sampai lantai tiga.
“Keliling gue, butuh penyegaran otak gue!” seru Bonar, Wahyu langsung nyengir dan menatap Bonar penuh selidik.
“Bilang aja lo mau lihat si anu kan yang anak arsitektur itu, ngaku lo sama gue!” seru Wahyu dengan penuh selidik.
“Kalau sampai ketemu itu bonus sih!” seru Bonar sambil cengengesan.
“Nyali lo gede banget sih, Nar, bisa-bisanya lo naksir sama orang secantik itu, dari semua jejeran karyawan Maju Sukses yang masih single Safira Pramesti itu adalah gambaran paling cantik dan tidak membosankan sama sekali apalagi dia udah senyum dan ketawa langsung ambyar semua itu hati para Bujang PT Maju Sukses,” ucap Wahyu, tapi apa yang Wahyu katakan itu memang benar banget, Safira itu benar-benar gambaran wanita yang sangat cantik dan tidak membosankan sama sekali.
“Namanya juga suka, Yu, gue mana tahu kalau dia adalah gadis yang berhasil menarik perhatian gue, seperti yang lo katakan, setiap orang yang melihat Safira pasti akan langsung tertarik pada gadis itu dan itu juga yang gue rasakan sekarang,” ucap Bonar.
“Menurut ilmu pergosipan dan juga orang-orang yang sudah pernah berinteraksi secara langsung dengan Safira, gadis itu adalah orang yang menyenangkan dan sangat ramah jika kita bisa mengajak dia masuk ke dalam topik obrolan kita, tapi masalahnya kira-kira topik obrolan orang cantik itu apa ya, Nar? Dia nggak mungkin ketawa hanya karena melihat kresek terbang sih!” seru Wahyu mulai ngawur.
“Menurut ilmu pergosipan di devisi gue, biasanya orang-orang sekelas dia itu yang geng-nya semua orang yang berkelas candaan mereka nggak pernah jauh-jauh dari hal-hal yang mereka sukai misalnya tentang trend fashion, olahraga yang sedang di gemari atau parfum hits yang baru launching, kok gue tiba-tiba insecure ya, Yu, ngeri uy candaan gue hanya sebatas baju gue yang sulit di kancing atau sepatu buluk gue!” seru Bonar tiba-tiba, Wahyu ngakak parah ketika mendengarnya.
“Makanya loh rajin noh main ke Gym perusahaan, udah di sediakan dengan gratis lo malah tidak memanfaatkan, ke Gym itu bawanya air putih Nar bukan nasi padang ngada-ngada mulu emang lo!” seru Wahyu, mereka kini sudah sampai di lantai empat, memilih berdiri di salah satu spot favorit di lantai empat yang membuat mereka bisa menikmati keindahan ibu kota lebih dekat di sore hari.
“Lagi itu gue kan sekalin, Yu, ngeri kehabisan gue jadi sebelum ke tempat Gym gue beli nasi Padang dulu supaya abis nge-Gym-nya gue bisa langsung menikmati nasi padang,” ucap Bonar, Wahyu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
“Terus apa gunanya angkat barbel lima kali udah engap kalau lo makan nasi padang abis itu, ini impian lo memiliki tubuh yang proposional hanya tinggal kenangan belaka sih,” ucap Wahyu. Bonar meringis kemudian nyengir pada Wahyu.
“Ternyata melakukan sesuatu itu nggak semudah yang gue bayangkan, Yu. Gue pikir angkat-angkat barbel itu gampang banget ternyata oh ternyata belum apa-apa gue udah engap dan letoy banget, gini nih kalau nggak professional,” ucap Bonar.
“Lo coba pelan-pelan, tanya-tanya tips-nya sama anak-anak yang sudah pada pro nge-Gym, kan banyak itu. Kalau sampai lo nggak olahraga benar-benar sih, gue ngeri ntar menganggu kesehatan lo,” ucap Wahyu, angin sore ini berhembus dengan kencang dari biasa, awan gelap mulai terlihat.
“Kayaknya mau hujan deh, Nar, kalau di pikir-pikir udah lama juga nggak hujan di sore hari kayak gini,” ucap Wahyu dengan santai.
“Nggak papa lah, biar polusinya di sapu habis tapi gue berharap nggak banjir sih, susah gue balik ke rumah, ntar, kasihan lah motor gue,” ucap Bonar sembari menatap langit. Di sore ini keadaan PT Maju Sukses masih ramai karena sepertinya banyak yang lembur hari ini sebelum besok menyambut akhir pekan.
“Lo gabung lembur hari ini?” tanya Wahyu.
“Lagi enggak gue, sepi banget lembur tanpa Rindu sih, biasanya itu anak yang paling semangat tapi bulan depan kayaknya gue gas lembur lagi lah buat tambah-tambah tabungan untuk Latifa yang sebentar lagi masuk kuliah,” jawab Bonar dengan santai. Wahyu menatap Bonar dengan tatapan penasaran.
“Jadi Rindu benar-benar udah end the game sama PT Maju Sukses?” tanya Wahyu, beberapa minggu terakhir dia memang mendengar dari beberapa orang bahwa Rindu meninggalkan PT Maju Sukses.
“Bener, kuliah S2 dia sekarang di Jogja, keren sih tuh anak bisa dapat beasiswa di sana,” ucap Bonar dengan nada suara super bangga, pencapaian Rindu memang luar biasa sih. Tidak ada usaha yang menghianati hasil memang walau Rindu harus melalui banyak hal sebelum akhirnya sampai pada titik sekarang.
“Keren banget sih Rindu, dari awal kenal dia memang anaknya lurus banget nggak ada beloknya sama sekali, kayak dia memang di lahirkan sudah memiliki tujuan hidup yang jelas,” ucap Wahyu, Rindu itu sebenarnya orang yang sangat menarik sekali walau gadis itu selalu tampil dengan apa adanya, Rindu kompeten dan itulah yang menjadi daya tarik sendiri, mendengar kabar putus Rindu dari Gentara yang di ketahui sudah bersama dengan Rindu sejak lama membuat para Bujang PT Maju Sukses mulai mengambil ancang-ancang mendekati gadis itu termasuk juga Wahyu salah satunya namun mereka start mereka semua sudah di curi lebih dahulu oleh sang Pangeran PT Maju Sukses berakhirlah mereka mundur alon-alon.
“Lo ambil lembur nggak hari ini?” tanya Bonar, Wahyu langsung menggeleng seiring dengan rintik hujan yang sudah mulai membasahi bumi.
“Kayaknya kita di takdirkan untuk makan soto deh, Nar, cocok banget nih makan soto hujan-hujan begini, gabung nggak lo?” tanya Wahyu. Bonar terlihat berpikir dengan keras.
“Gue temenein lo aja deh makan,” jawab Bonar, dari nada suaranya sih jelas sekali pria itu sangat ragu-ragu.
“Gayaan doang lo nemenin gue tapi ntar kalau sudah sampai kantin ujung-ujungnya lo makan soto plus pake nasi double!” seru Wahyu.
“Namanya juga manusia, Yu, bisanya hanya berencana,” ucap Bonar, pria itu kemudian merangkul pundak Wahyu dan mereka memilih turun ke lantai satu menggunakan lift.
***
Langit sudah beranjak gelap ketika hujan reda namun Bonar sudah berpisah dengan Wahyu sekitar lima belas menit yang lalu, pria itu tiba-tiba baru mengingat jika dia memiliki janji dengan anak divisi-nya untuk membicarakan beberpa hal, jadilah Bonar kini menelusuri lorong menuju parkiran motornya sendirian, lorong itu sudah sepi, hanya tersisa satu dua orang yang Bonar yakin sedang menunggu jemputan.
Saat Bonar ingin berbelok menuju parkiran motor langkahnya langsung terhenti ketika melihat sosok cantik penghuni lantai lima sedang berdiri dengan beberapa tumpukan kertas di tangannya yang bonar sangat yakin itu adalah desain-desain yang sedang di kerjakan oleh Safira. Rintik gerimis itu masih ada tipis-tipis yang kalau mengenai kertas itu pasti akan langsung rusak.
Bonar kemudian memilih ke tempat penyimpanan payung, mengambil salah satunya kemudian memberanikan diri untuk mendekat ke arah gadis itu.
“Lagi nunggu sesuatu, Mbak?” tanya Bonar dengan keberanian penuh, sesuai apa yang pernah di katakan oleh Bhanu, yang penting berusaha dulu takdir siapa yang tahu. Gadis itu terlihat tersentak dan mentap Bonar dnegan kening berkerut.
“Butuh payung?” tanya Bonar sambil memberikan payung yang sedari tadi ada dalam genggamannya pada Safira, gadis itu terlihat menatap Bonar ragu-ragu. Bonar berusaha untuk tidak memaki dirinya sendiri karena sudah berani-benar sok kenal dan sok dekat pada gadis cantik ini.
“Saya nunggu hujannya sebentar lagi aja, Mas, pakai aja payungnya,” ucap Safira. Bonar langsung menggeleng.
“Pakai aja, saya nggak butuh payungnya, Mbak kayaknya yang lebih butuh,” ucap Bonar berusaha untuk tetap berbiacara dengan normal.
Walau terlihat masih ragu namun Safira menerima payung yang di tawarkan oleh Bonar. Ketika melihat gadis itu kesulitan untuk membuka payungnya, Bonar kembali menawarkan bantuan dan memberikan payung itu pada Safira.
Gadis itu tersenyum sambil mengangguk, Bonar sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Bonar menuju parkiran mobil. Bonar dengan refleks memegang dadanya, jantungnya berdetak dengan sangat kencang.
“Manis banget itu senyum, tiba-tiba langit yang menggelap terlihat cerah di mata gue, nikmat mana lagi yang gue dustakan dapat di senyumin orang cantik se-Maju Sukses!” seru Bonar dengan heboh, untung saja tidak ada siapapun di sekitarnya. Setelah menyadari tingkahnya, Bonar terkekeh pelan kemudian bersiul dan melangkah ke arah parkiran motor, menerobos gerimis tipis-tipis tidak akan menjadi masalah untuk Bonar, paling ntar malam pegal dikit dan minta di kerokin Emak.
“Jadi gini yang di rasakan orang-orang ketika di senyumin oleh orang yang di taksir, gila sih happy banget gue!” seru Bonar, dia kemudian menaiki kuda besi kesayangannya.
“Yang sehat-sehat lo, Tong sampai rumah jangan membuat mood gue yang super baik merosot karena lo kehabisan angin lagi, janji gue bakal diet dan olahraga teratur dalam waktu dekat,” ucap Bonar kemudian dia juga meinggalkan PT Maju Sukses menuju rumahnya untuk beristirahat.
***