Kepada yang belum berumur 18 tahun, diharapkan melangkahi bagian ini karena part ini mengandung adegan dewasa.
18+++
Author sudah mengingatkan. Kalau masih bandel juga, Author tidak bertanggung jawab atas dampak yang akan mempengaruhi pembaca.
***
Pernikahan Naya dan Adam berlangsung cukup lama karena tamu undangan yang seperti taka da habisnya sama sekali. Ketika malam sudah semakin larut, barulah mereka akhirnya bisa meninggalkan panggung pelaminan dengan badan yang rasanya sudah remuk redam bagai mengangkat bongkahan batu besar yang membuat tubuh mereka membungkuk.
Para orang tua masih sibuk berbincang entah mengenai apa saja dan membenahi segala hal yang masih bisa mereka kerjakan. Mereka bahkan langsung menyuruh pengantin memasuki kamar agar segera beristirahat karena tahu betapa melelahkannya prosesi pernikahan yang telah dilalui baru saja. Dengan penuh ucapan syukur, walau tak enak hati, Naya akhirnya menurut ketika disuruh segera beristirahat karena yang ada bayangannya adalah istirahat yang sebenarnya.
Dan kini, posisi yang hanya berdua saja dengan Adam membuat Naya lebih ingin berada dalam kelelehan tadi, dari pada berada dalam kecanggungan dengan posisinya sendiri. Naya berusaha mengatur nafasnya berulang kali namun tetap saja ia gugup karena ini adalah malam pertamanya dengan Adam.
"Nay?" seru suara Adam yang entah sejak kapan bisa membuat pikiran Naya jadi aneh-aneh.
"Eh, iya Mas" jawab Anaya dengan pelan. Ia masih sibuk membersihkan make up-nya didepan cermin kamar Adam, namun pikirannya berkelana entah kemana sambil melirik Adam yang entah sejak kapan sudah keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan diri.
"Kenapa ngelamun?" tanya Adam hingga Naya kembali tersentak kaget. Wanita itu beranjak dari kursinya lalu berjalan karah ranjang dan duduk disana sambil mengecek ponselnya.
"Bukan Mas. Naya cuma kepikiran sesuatu aja" jawabnya. Tanpa sadar bahwa jawabannya membuat Adam tersenyum kecil.
"Apa? Tentang malam pertama?" goda Adam. Naya meneguk ludahnya dengan gugup ketika Adam merapatkan diri ke tubuh Naya. Ia secara perlahan mundur hingga Adam menarik pinggangnya dan merapatkan wajah mereka dengan senyum kecil terlebih ketika Naya secara naluriah memejamkan matanya.
Saat tak merasakan apa-apa, Naya secara perlahan membuka matanya dan terbelalak begitu Adam mendaratkan ciuman di bibirnya. Adam terkekeh kemudian mengecup kening Naya, tahu bagaimana Naya sangat gugup akan malah pertama mereka. Ia juga merasakan hal yang sama, hanya saja ia berhasil menyembunyikannya.
"Siap untuk malam pertama?" goda Adam. Naya tersenyum malu dan mengangguk dengan kikuk. Naya merasa tak punya alasan untuk menolak Adam karena itu adalah hak pria itu sebagai suaminya, meski ia takut mengecewakan Adam saat menyentuhnya.
Adam menangkup wajah Naya dan menatap dalam wanita itu dengan lembut, jelas terpancar rasa kagum dan cinta yang besar dari matanya. Ia mengusap wajah Naya dengan lembut sebelum akhirnya menarik tengkuk istrinya itu dan mendaratkan bibirnya di bibir Naya yang rasanya snagat manis dan membuatnya ketagihan. Naya memejamkan matanya dan secara naluriah tangannya melingkar di leher Adam dan membalas lumatan Adam dengan kikuk.
Naya bukan pencium yang baik, tapi melihat bagaimana Adam bisa membawanya hanyut dalam ciuman itu, membuatnya juga ingin memberikan Adam sensasi yang lebih. Ia juga ikut menyesap setiap inci bibir Adam hingga lidahnya tak bisa menghindar saat Adam mengakses lebih ke dalam dan semakin membuatnya terbuai dan basah.
Tangan Adam secara perlahan memasuki piama Naya dan meremas gundukan yang tersembunyi di dalamnya secara bergantian. Naya melenguh terbawa nafsu dan secara sadar menarik kaos putih yang Adam kenakan ke atas, seperti sedang menuntun anak kecil untuk membuka bajunya, hingga melewati kepala pria itu. Setelah itu Adam mengecup leher dan area sensitif Naya hingga Naya semakin tak tahan menghambat desahan yang akhirnya keluar bebas dari bibirnya.
"Ma...ss" desisnya dengan suara ragu. Ia tak bisa menahan bagaimana tubuhnya bereaksi dengan setiap sentuhan Adam yang sangat hati-hati.
Kali ini Adam mengangkat piama Naya melewati kepala wanita itu hingga tubuh atas Naya hanya terbalut bra. Untuk sesaat Adam hanya memandangi tubuh indah di depannya dengan tatapan kagum. Anaya sampai merona karena tatapan itu, ada rasa membuncah yang membuat jantungnya semakin berdebar dengan hebat.
"Mas, jangan liatin begitu" ujarnya berusaha membuat Adam mengalihkan pandangannya dari tubuhnya,
Adam tersenyum kecil dan melanjutkan aksinya setelah mengecup kembali bibir Naya sekilas, tak ingn menciptakan rasa tak nyaman untuk sang istri. Ia mengecup gundukan Naya secara bergantian setelah melepas kaitan bra wanita itu. Tangan Adam sendiri sudah bergerak masuk ke dalam penutup tubuh bagian bawah Naya dan bergerilya disana.
"Ahh Mas..ahhh" tubuh Naya melengkung saat pinggangnya ia angkat karena suasana yang semakin membuatnya melayang.
Puas dengan pemanasannya, Adam akhirnya menelanjangi dirinya sendiri membuat pipi Naya bersemu merah merona melihat tubuh Adam yang begitu sempurna. Adam naik ke atas tubuh Naya dan mengukung tubuh wanita itu "Mas akan mulai. Katakan kalau itu menyakitimu"
Naya mengangguk dengan ragu karena tersentuh akan perkataan Adam yang menghawatirkannya. Namun dalam hati ia lagi-lagi takut membuat Adam kecewa.
Adam membelai wajah Naya sebelum akhirnya membimbing miliknya ke dalam Naya dengan lembut. Tidak ada kesan terburu-buru meski sebenarnya Adam sudah sangat terbawa nafsunya. Naya mengangguk untuk meyakinkan ketika Adam menatapnya dalam diam. Pria itu mengecup kening Naya sejenak kemudian memasukkan dirinya sepenuhnya ke dalam Naya dalam sekali sentakan membuat Naya mendesah terkejut karena rasa sakit.
Adam mengernyit ditengah rasa nikmat yang menjelajahi tubuhnya dan langsung menatap Naya yang mengeluarkan air matanya begitu dirinya masuk karena merasakan ada penghalang. Naya masih memejamkan mata, menahan betapa itu sangat sakit dan terasa ngilu. Ia tak menyangka bahwa rasa yang banyak orang bilang kenikmatan, ternyata awalnya sesakit ini.
"Nay, ka.mu..masih perawan?" tanya Adam tak bisa menyembunyikan rasa penasaran sekalipun ia tengah dilanda nafsu.
"Sakitt Mas" aku Naya.
"Apa perlu Mas hentikan?" tanya Adam khawatir. Ia takut Naya merasakan sangat sakit karena hentakannya tadi. Ia juga tak menduga kalau Naya masih perawan karena pengakuan wanita itu, hingga ia melakukannya begitu saja.
"Enggak. Naya nggak apa-apa" Naya menggelengkan kepalanya dengan kuat, tak ingin membuat Adam menunda diri.
“Maafin Mas, Sayang. Mas akan lakukan dengan lebih lembut”
***
Naya tersentak kaget saat merasakan tangan kekar yang melingkari perutnya dengan erat serta kepala yang bersandar di atas bahu kanannya karena posisi Adam yang memeluknya dari belakang dan berusaha menyelinapkan kepalanya lewat bahu kanan Naya untuk menikmati harum tubuh Naya.
"Pagi sayang" sapa Adam dengan senyum yang tak dapat ia sembunyikan. Dulu, impiannya adalah melihat Naya sebagai orang pertama saat bangun pagi dan membuka mata, dan kini semuanya sudah menjadi kenyataan dalam hidupnya.
"Pagi Mas" jawab Naya malu karena mengingat betapa liarnya ia semalam.
"Kok Mas ngga dibangunin?" tanya Adam karena saat ia bangun hanya bertemu dengan bantal guling saja.
"Tadi mau bangunin tapi tidur Mas pulas banget. Nih Mas minumnya" Naya menyerahkan teh hangat kepada Adam.
"Makasih Sayang. Sarapan yuk, Mas laper" ajak Adam sambil menepuk perutnya. Naya mengangguk dan menurut saja saat Adam merangkul pinggangnya dan berjalan ke ruang makan.
Naya menyantap makanannya sambil sesekali menatap Adam dan sesekali menunduk menghindari tatapan pria itu saat menatapnya. Adam masih belum bisa menyembunyikan rasa penasarannya saat mengingat bagaimana Naya mengaku sudah tak perawan, tapi fakta yang Adam temukan justru berbanding terbalik.
"Mama sama Vio dimana?" tanya Adam lebih memilih mengalihkan diri sejenak. Ia tak ingin merusak suasana makan mereka hanya karena pertanyaan yang ia takut membuat Naya tersinggung.
"Engh, itu Mas--tadi Mama ngajak Vio belanja" jawab Naya dengan kikuk.
"Oh" Adam mengangguk "Kamu mau Mas ajak bulan madu kemana?" tanya Adam tiba-tiba ditengah acara makan mereka yang cukup sepi dan hening.
"Naya pengen ke korea atau Jepang Mas" jawab Naya menyebutkan dua pilihan yang sangat ingin ia datangi
"Beneran mau ke Korea atau Jepang?"
Naya mengangguk antusias "Tapi kalau Mas ngga punya duit, nggak apa-apa kok" jawab Naya tak ingin berharap lebih. Ia tak akan memaksa seandainya Adam tak bisa mewujudkan keinginannya. Ia juga bisa diajak berbulan madu didalam negara mereka saja.
"Kamu lagi ngejek nih ceritanya?" kekeh Adam.
Naya menggeleng malu sambil terkekeh "Enggak ihhh. Aku udah lama pengen ke korea liat oppa-oppa ganteng atau ke Jepang yang suasana negaranya serba anime gitu"
"Nih kan kamu udah punya oppa sendiri" goda Adam sambil menaik turunkan alisnya.
"Ih Mas mah masih tiga level di bawah mereka"
Adam membelalak "Oh jadi kamu gitu sama suami sendiri" rajuknya "Oke, Mas cukup tau"
Naya menggeleng sambil terkekeh geli melihat reaksi Adam yang tidak pernah di lihatnya "Aku sayang Mas" ujar Naya menggoda. Adam tak dapat menyembunyikan rasa senangnya mendengar pengakuan sayang dari Naya meskipun bukan pertama kalinya. Ia tetap tak bisa menyembunyikan jantungnya yang berdebar sangat kuat begitu saja saat melihat senyuman Naya.
"Nonton yuk" ajak Adam.
"Mas duluan aja. Aku rapiin meja makan dulu" Adam mengangguk dan meninggalkan Naya seperti saran wanita itu.
***
Naya menyamankan posisinya bersandar di d**a Adam begitu ia hadir dan pria itu langsung menarik pinggangnya untuk dirangkul dengan mesra. Adam mengecup kening Naya berulang kali seolah hal itu menjadi kegiatan kesukaannya. Adam menyadari bagaimana nikmatnya suasana pengantin baru yang membuatnya bebas melakukan apa saja dengan istrinya, sangat berbeda dengan ketika mereka belum menikah.
"Mas kerjanya kapan?" tanya Naya saat iklan di televisi sedang berlangsung.
"Minggu depan" jawab Adam yakin.
"Naya berangkat kerja dari sini Mas?"
"Enggak, kita tinggal di kontrakan kamu aja dulu biar kamu kerjanya nggak jauh banget"
"Tapi Mas ke rumah sakit kan jauh" ujar Naya.
"Ngga apa-apa"
"Aku juga ngga apa-apa kok Mas kalo dari sini"
"Kejauhan sayang. Udah, Mas aja yang jauh gapapa" Naya mengangguk atas jawaban Adam. Nanti kalau Adam mengeluh sendiri setelah menjadikan itu kebiasaan, ia akan meminta supaya mereka ke rumah mertuanya saja.
Adam mengecup kepala Naya berulang kali dengan sayang "Mas boleh tanya sesuatu?" ujarnya pada akhirnya setelah menahan penasarannya lebih lama.
Naya mendongak untuk menatap Adam, membuat pria itu mengecup bibirnya sebentar "Kenapa kamu bilang kalau kamu udah nggak suci lagi? Apa itu alasan supaya Mas ninggalin kamu waktu itu?"
Adam tak bisa menahan diri untuk tak menduga seperti itu karena ia seperti dibohongi oleh Naya yang mengaku tak perawan supaya usahanya untuk mendekati wanita itu pupus begitu saja. Ia hanya berpikir bahwa kemungkinan Naya yang tak menyukainya, menjadikan itu alasan agar tak perlu lagi menghindar dengan cara yang lebih halus.
Naya menggeleng cepat, tidak ingin membuat Adam salah paham "Maaf Mas, Naya juga ngga tau kalau Naya masih perawan" ungkapnya jujur. Ia bahkan memejamkan matanya sejenak dengan menggigit bibir bagian dalamnya karena mengingat kejadian pelecehannya itu.
"Kenapa gitu?"
"Aku hampir diperkosa sama abangnya pacar ku waktu SMA. Mas ngga akan jijik kan kalau aku ceritain ini?" tanyanya khawatir.
"Enggak. Kalau kamu nggak siap nyeritainnya, Mas ngga akan tanya"
"Aku nggak apa-apa, Mas. Aku lebih nggak mau Mas salah paham" yakinkan Naya. Ia menerawang masa yang membuatnya sulit membangun kepercayaan diri itu "Waktu itu dia udah buka baju sama rok aku, terus pas buka daleman aku, dia nggak sengaja nggores paha aku karena kuku jempolnya panjang. Terus pas dia mau ngelakuin itu, Vio sama pacar ku datang sampai akhirnya kejadian itu terhenti, tapi aku udah telanjur panik banget karena dari inti keluar darah, aku pikir itu darah perawan makanya aku bilang kalau aku udah nggak perawan" Naya menatap Adam untuk memastikan bahwa pria itu tak merasa di tipu.
"Aku bilang itu juga ke Gio waktu dia ngajak aku nikah, tapi ternyata dia nggak bisa nerima keadaan aku, makanya aku jadi lebih tertutup sama laki-laki. Aku sebenarnya takut kalau aku nggak bilang diri aku masih perawan, nantinya pas malam pertama justru yang ditemukan malah sebaliknya. Aku merasa lebih baik mengatakan ‘nggak perawan’, supaya nantinya aku nggak mengecewakan suamiku yang nggak tahu apa-apa"
Adam memeluk Naya dengan sayang dan mengecup puncak kepala wanita itu agak lama, menahan ringisan mendengar cerita Naya dan melihat Naya yang terisak dalam pelukannya "Mas nggak kecewa karena kamu masih perawan atau enggak. Mas hanya takut kalau itu alasan kamu buat nggak milih Mas" aku Adam jujur.
"Aku cuma takut Mas menghina aku setelah tau udah ngga suci lagi" ujar Naya memberi penjelasan kembali,
"Mas sayang sama kamu. Kalau kamu penasaran sesuatu tentang Mas, kamu bisa tanyain langsung. Kalau kamu khawatir Mas menyembunyikan sesuatu di ponsel Mas, kamu bisa buka dengan sandi tanggal dan bulan ulang tahun kamu"
"Mas juga bisa lakuin hal yang sama ke Naya"
Adam mengangguk lalu menatap Naya sejenak “Kamu beneran sayang sama Mas kan, Nay?”
Naya tersenyum dan mengangguk “Terima kasih Mas karena sudah berjuang untuk mempertahankan Naya walaupun aku jauh dari kata sempurna. Makasih karena Mas nggak pernah menuntut apapun dari aku dan selalu menahan diri Mas untuk nggak mempertanyakan masa lalu aku”
“Mas bersyukur atas kejujuran kamu. Boleh Mas tahu siapa orang yang udah ngelakuin itu?”
Naya menggelengkan kepalanya pelan “Maaf Mas, aku agak takut untuk mengingat nama itu dan aku rasa Mas juga nggak kenal sama dia” yakin Naya hingga Adam lagi-lagi memilih menahan diri untuk tak memaksakan Naya karena takut membuat wanita itu tak nyaman. Ia juga bisa memahami bagaimana Naya berusaha menyembunyikan rasa sakit itu dan terus berusaha membatasi diri dari lawan jenis karena pelecahan yang pernah ia terima.