" Lo benaran udah jadian dengan Alana ? " tanya Tomi histeris pada Reyhan. Tomi yanh ditanya hanya mengangguk sambil tersenyum senang ," hebat lo men! bisa juga akhirnya naklukin tu cewek! " Tomi berdecak kagum. Berbeda dengan Tomi yang terlihat senang dengan pengakuan Reyhan, Alex terlihat biasa saja. Padahal sebenarnya Alex merasa kurang nyaman dengan kenyataan tersebut. Apa yang perlu dibanggakan kalau kenyataannya ada cewek lain yang akan tersakiti jika hubungan yang baru mereka jalani sampai terbongkar. Apa yang dilakukan oleh Reyhan dan Alana sungguh sangat jahat terhadap Alma. Alex sampai nggak habis fikir dengan sikap Alana yang sangat diluar nalarnya. Rasanya tidak mungkin seorang kakak sanggup melakukan hal tersebut pada adiknya sendiri.
" Lo dengar sendiri kan Lex! Reyhan dan Alana jadian " ujar Tomi senang.
" Trus Alma gimana ? " tanya Alex pada Reyhan.
Tomi yang seakan baru menyadari sesuatu sontak menatap Reyhan juga, sama ingin tahunya dengan Alex.
Reyhan cuma menganggkat bahunya.
" Lo udah mutusin si Kribo ? "
Reyhan menggeleng pada Tomi.
" Lo embat dua - duanya ?? gila ... cckkckk " Tomi berdecak sambil geleng - geleng kepala.
" Jangan serakah lo " peringat Alex datar.
" Gimana lagi? Alana sendiri yang mau kami sembunyiin dari Alma. Jadi kalian berdua jangan sampai bocorin sama dia. kita masih temanan kan ? "
Tomi memandang Alex kemudian mengangguk pada Reyhan. Alex cuma diam saja. Menatap Reyhan dengan pandangan sulit diartikan.
" Gue jamin nggak bakalan ngasih tahu orang lain, tapi btw kenapa si Alana bisa kek gitu sama adiknya sendiri ya ?" Tomi tampak berfikir ," apa cinta telah membutakan segalanya ?" tanyanya berfilosofi.
Reyhan terkekeh mendengarnya.
" Nggak punya cinta membuat lo gila! " umpat Alex.
" Berarti lo juga " gelak Tomi," kita berdua kan sama- sama jomblo."
" Cuma sampai kita lulus setelah itu aku akan putus baik - baik dengan Alma " ucap Reyhan meyakinkan kedua temannya.
#
Langkah kaki Alma terhenti. Matanya menatap pedih ke sebuah meja di warung bakso yang lumayan lengang. Hanya ada sedikit pengunjung yang memakai seragam seperti dirinya karena keberadaan warung bakso yang lumayan jauh dari sekolah mereka. Alma sendiri bisa sampai disana karena ingin kerumah Yora untuk mengerjakan tugas bersama. Niat hati ingin membeli bakso dulu tapi yang dilihatnya sungguh membuatnya terluka. Ada sepasang insan yang sedang tertawa bahagia. Bersama mereka, ada juga tiga orang lainnya yang ikut duduk di meja yang sama. Fokus Alma hanya pada Reyhan dan Alana. Meski mereka makan berlima, Alma yakin bahwa tokoh utama yang sedang makan bersama hanya dua sejoli yang nampak sedang dimabuk asmara itu, Reyhan dan Alana.
" Gara - gara kalian backstreet kami terpaksa makan bakso jauh - jauh kesini " sebut Sigi yang ditujukan pada Alana dan Reyhan.
" Ya gimana lagi, daripada ketahuan si Kribo kan? ntar berabe lagi " jawab Tomi mewakili Reyhan yang tampak tak acuh pada sekitar karena terlalu asyik menatap cewek cantik yang sudah lama didambanya. Sang pacar yang ditatap dengan penuh pemujaan begitu hanya bisa tersenyum malu - malu. Pacarnya memang sangat cantik, aku Reyhan dalam hati. Tidak salah kalau banyak yang naksir pada Alana sejak dulu. Alana memang pantas menjadi primadona sekolah. Seandainya Alana mau menjadi model, Reyhan yakin Alana pasti keterima. Beruntungnya Reyhan yang bisa menjadi pacar cewek tercantik disekolahnya. Rasanya semua yang dia rasakan dulu terbayar semuanya dengan status baru mereka. Reyhan sudah melupakan rasa sakit hati yang selama ini dia rasakan pada Alana.
" Kenapa kalian nggak jujur aja sih? " tanya Sigi pada Alana dan Reyhan " kasihan Alma dibohongi oleh kakak dan pacarnya "
" Jujur juga lebih kasihan " jawab Reyhan tak mau disudutkan " kita begini karena memikirkan perasaan dia. kami cuma mau jujur dengan perasaan kami saja" lanjutnya sambil menggenggam tangan Alana. Alana menggangguk mengiyakan.
Kaki Alma seolah terpaku pada lantai tempatnya berdiri. Apa yang ia lihat dan dengar dengan mata kepalanya sendiri seakan sulit untuk dipercaya. Benarkah ini sebuah kenyataan atau cuma ilusinya semata.
" Neng mau pesan bakso ?" pertanyaan abang bakso membuat Alma yakin tidak sedang bermimpi.
" Eng ..."
" Alma ? "
" Kribo ?"
Meski yang memanggil namanya adalah Alex dan temannya namun pandangan mata Alma terkunci pada Reyhan saja.
" Dek ... ? " panggil Alana tak kalah kagetnya. Alana berjalan menghampiri Alma.
" Kalian .... ?? " Alma tidak mampu melanjutkan kata - katanya. Perasaan sesak didada mengunci suaranya ditenggorokan. Air mata mengalir dipipinya. Hatinya sakit sekali. Benarkah Alana kakak kandungnya? Kenapa dia setega ini padanya? Ternyata selama ini bukan hanya orang lain yang tega padanya tapi Alana juga. Pada siapa Alma harus mengadu kini?
" Dek, kakak bisa jelasin " ucap Alana. Reyhan mengangguk, ia memegang tangan Alana memberi memberi kekuatan pada sang pacar walaupun disatu sisi Reyhan tetap merasa bersalah pada Alma.
Alma menatap Alana dan Reyhan bergantian lalu segera membalikkan badannya untuk berlari dari hadapan mereka yang telah melukai perasaannya. Alma tidak butuh penjelasan dari mereka. Apa yang ia lihat sudah cukup menjelaskan semuanya. Faktanya, Alana dan Reyhan telah menusuknya dari belakang.
" Dek ! " panggil Alana tak dihiraukan oleh Alma.
" Biarkan saja dulu " ujar Reyhan saat Alana ingin mengejar Alma," nanti kita cari waktu untuk berbicara dengannya."
Tomi dan Sigi terdiam tak ingin ikut campur. Sulit untuk memilih berpihak pada siapa, karena mereka tahu dengan pasti siapa yang bersalah. Sayangnya yang bersalah adalah teman mereka sendiri.
Alma terus berlari tanpa melihat kanan kiri. Bunyi klakson bersahut - sahutan tidak ia pedulikan.
Teeett ...
Bbuk!!
" Kamu mau mati ?!! "
Alma menatap nanar pada Alex yang baru saja menariknya agar tidak ditabrak oleh mobil yang melaju kencang. Keduanya terjatuh keatas trotoar. Lutut Alex berdarah akibat tergesek aspal.
" Cuma karena sedang patah hati kamu mau bunuh diri ?? cemen ! " umpat Alex meluapkan emosinya. Terlambat sedikit saja, Nyawa Alma akan jadi taruhannya.
" Dasar payah! kenapa kamu tidak memaki mereka saja? ha ?! "
" Kamu benar... " ucap Alma pelan.
" Aku memang payah dan menyedihkan "
Mendengar penuturan Alma membuat Alex merasa bersalah karena sudah mengatainya diwaktu yang salah. Bukan seperti itu maksudnya, Alex hanya ingin meluapkan rasa frustasinya saja. Bukan saja nyawa Alma yang hampir melayang tapi nyawanya juga.
" Maksudku kamu tidak perlu melarikan diri begini. Mereka yang salah karena telah berselingkuh dibelakangmu "
Alma menatap Alex tajam.
" Kenapa kamu seakan peduli padaku ? " selidiknya " merasa bersalah juga ?"
Lidah Alex menjadi kelu karena apa yang dikatakan Alma benar adanya.
" Tidak perlu berbuat seperti ini, bagiku... kamu dan mereka sama brengseknya. Dimata kalian aku juga sama kan ? sama - sama bisa dijadikan bahan permainan! " ucap Alma setajam belati. Bangkit dari duduknya, kemudian berlalu tanpa menoleh lagi pada Alex.
Sepanjang jalan yang dilaluinya, Alma menangisi cinta pertamanya yang kandas karena dirampas oleh kakaknya sendiri.
Seperti inikah rasanya sakit karena patah hati?
Cukup hari ini saja Alma akan menangisi Reyhan dan Alana.
Alex memandangi kepergian Alma dengan perasaan tertohok. Apa yang Alma katakan memang benar. Dari pertama Alex lah yang lebih dulu jahat pada Alma. Setiap hari Alex selalu mengganggu Alma. Seakan perasaan Alma tidak ada harganya. Dipermalukan dengan kondisi fisiknya yang berbeda, yang mungkin tidak diinginkan juga oleh Alma. Selama ini Alex tidak pernah punya masalah dengan penampilan dirinya. Jadi Alex tidak pernah tahu seperti apa penderitaan yang sudah dilalui oleh Alma. Naasnya dirinya menjadi orang yang menambahkan garam pada luka orang lain. Sejujurnya, Alex merasa kalau penampilan Alma tidak seburuk yang dirinya dan orang lain sering lontarkan pada Alma. Alma hanya sedikit berbeda makanya lebih mudah untuk menarik perhatiannya. Jadilah Alex sering mengusilinya dan merasakan kepuasan tersendiri tanpa berfikir panjang dampaknya. Kalau begini, apa bedanya dirinya dengan Reyhan??
Bersambung