bc

Menikah dengan CEO Lumpuh

book_age18+
34
IKUTI
1K
BACA
contract marriage
HE
arrogant
boss
heir/heiress
sweet
bxg
secrets
polygamy
like
intro-logo
Uraian

Apa jadinya jika pertemuan kembali setelah menahun namun langsung diajak menikah oleh seorang pria yang pernah menyukai sahabatmu, lamaran yang mendadak itu sama sekali tak seindah kisah-kisah romantis di novel dan film-film. Pria yang melamar gadis tersebut, tidak menunjukkan keramahan sama sekali apalagi wajah yang penuh cinta tapi justru dengan wajah yang datar dan sangat dingin. Pria itu bernama Rio Wijaya dia meminta Ulfa Kirana untuk menikah dengannya hanya untuk merawatnya, sebagai gantinya Rio akan memberikan uang berapapun yang Ulfa inginkan. Sementara itu Ulfa Kirana yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan ibunya tidak melewatkan kesempatan tersebut.Rio Wijaya merupakan CEO muda yang berwajah tampan, dia dikenal sebagai Pebisnis muda yang cukup berpengaruh di Indonesia, sayangnya kecelakaan membuatnya harus menggunakan kursi roda, walaupun demikian sepak terjangnya dalam dunia bisnis sama sekali tidak sirna tapi setelah kejadian itu Rio menjadi pribadi yang tertutup bahkan fotonya pun sangat sulit didapatkan. Padahal sebelum kecelakaan tersebut, wajahnya selalu terpampang di majalah ekonomi bahkan di seluruh media elektronik dan media sosial dengan senyuman hangat dan terkenal sangat ramah pada semua termasuk para penulis berita. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Ulfa Kirana dan Rio Wijaya, di mana notabene pernikahan tersebut tidak didasari cinta tapi kesepakatan satu sama lain.

chap-preview
Pratinjau gratis
Pertemuan Kembali
Ulfa Kirana adalah seorang guru berusia dua puluh lima tahun. Ulfa mengajar mata pelajaran Akuntansi dan Ekonomi di salah satu SMA internasional di Jakarta. Gaji yang diperoleh Ulfa lumayan besar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bisa terbilang sederhana, bahkan Ulfa bisa mempunyai tabungan sendiri walaupun tak banyak tapi cukup untuk down payment kredit rumah. Kehidupan yang stabil dijalani oleh Ulfa dan ibunya. Selain karena ibunya juga masih berstatus sebagai pegawai negeri yang juga merupakan seorang guru di sekolah negeri. Tapi itulah kehidupan tak selamanya datar kadang jalan terjal akan dihadapi. Hari ini Ulfa menangis di salah satu bangku koridor rumah sakit, dia menangis setelah mendapat info bahwa ibunya mengalami gagal ginjal dan sepanjang hidupnya harus menjalani proses cuci darah, walaupun dokter tidak yakin sejauh mana proses cuci darah ini bisa membantu karena kondisinya sudah parah dan dokter menyarankan untuk donor ginjal jika memungkinkan karena usia pasien masih 47, usia yang masih tergolong produktif. 'Saya tidak takut menghadapi kematian tapi saya tidak bisa hidup tanpa ibu setelah kepergian ayah ibulah yang mengambil dua peran sekaligus, peran sebagai ibu dan ayah, bagaimana hari-hariku akan terlewati jika tidak ada ibu, bahkan aku belum bisa membahagiakannya.' Lara hati Ulfa Kirana. Ulfa setiap hari berkeliling rumah sakit hanya untuk mencari informasi tentang donor ginjal karena dia dan kakaknya tidak bisa menjadi pendonor. Walaupun status ibunya sebagai pegawai negeri, rumah sakit hanya bisa menjanjikan cuci darah yang biayanya ditanggung negara terkait donor ginjal pihak rumah sakit tidak bisa menjanjikan apa-apa. Hari ini Ulfa Kirana mengunjungi rumah sakit swasta yang dikenal berstandar internasional. Menurut informasi yang didapatnya, biaya operasi saja mencapai 800 juta belum untuk biaya perawatan dan obat, dan tentu saja ini belum termasuk biaya untuk mencari pendonor yang tepat. Mendengar angka yang begitu besar membuat Ulfa Kirana kehilangan semangat karena tabungannya jauh dari jumlah tersebut. Ulfa berjalan dengan mata yang dipenuhi air mata, penglihatannya kabur karena genangan air mata yang menumpuk dimatanya membuat Ulfa berjalan tak melihat langkahnya dengan benar alhasil dia menabrak sesuatu. Ternyata dia menabrak seseorang yang sedang duduk di kursi roda. Betapa kagetnya Ulfa ketika melihat siapa yang duduk di kursi roda tersebut. Rio Wijaya memandangnya dengan dingin. Tatapan tajam dari balik kaca mata Rio membuat Ulfa menciut, seolah Ulfa telah berbuat kesalahan besar. "Pak Rio, apa kabar?" "Seperti yang kamu lihat." Pria berkacamata itu memberi jawaban singkat dengan wajah datar sambil berlalu dengan kursi roda elektriknya. "Senang bertemu dengan anda mba Ulfa, maaf saya permisi." Sapa pak Putra, asisten Rio Wijaya. "Iyya pak silahkan!" Rio Wijaya adalah penerus utama Wijaya group, walaupun dengan kondisi yang harus menggunakan kursi roda setelah kecelakaan yang dialaminya tapi perannya sebagai seorang CEO dan arsitek hebat tidak pernah surut, dia tetap menjalankan pekerjaannya dengan sangat baik. Rio Wijaya dan Ulfa Kirana telah saling mengenal satu sama lain sekitar tujuh tahun yang lalu, saat itu Ulfa masih berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku SMA sementara Rio berusia 24 tahun, dahulu Rio Wijaya menyukai sahabat Ulfa yang bernama Ayunda. Karena Rio Wijaya yang statusnya sebagai CEO perusahaan besar maka baik Ulfa Kirana ataupun Ayunda selalu menggunakan kata pak ketika berbicara dengan Rio. Rio yang menyukai sahabat Ulfa bahkan rela mengunjungi Ayunda di Prancis yang sedang menempuh pendidikan di sana, saat itu Rio mengajak serta Ulfa Kirana untuk menemaninya berharap Ayunda mau menemuinya jika bersama Ulfa. Namun hubungan Rio Wijaya dengan sahabat Ulfa berkahir dengan pertemanan, bahkan Ayunda sahabat Ulfa tersebut telah menikah dengan orang lain. Pada suatu hari Rio Wijaya mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak ingin bertemu dengan siapapun. Setelah beberapa detik Rio Kembali memutar kursi rodanya dan mendekat ke arah Ulfa. "Ulfa aku ingin bicara denganmu!" Kata Rio Wijaya. "Iya pak ada apa?" Jawab Ulfa Kirana dengan agak kaku. "Saya mau kamu menikah denganku?" "Apa pak? bisa diulang saya gak ngerti? "SAYA MAU KAMU MENIKAH DENGANKU!!" "Saya??? "Iya kamu, saya akan memberikan uang berapapun itu tapi sebagai gantinya kamu menikah dan merawat saya seumur hidupmu!" "Kenapa bapak gak bayar perawat saja?" "Ya sudah kalau tidak mau!" Rio Wijaya pun pergi meninggalkan Ulfa yang sedang mematung, memikirkan apa yang sedang terjadi barusan sampai akhirnya Ulfa teringat kembali penyakit ibunya. "Astaga bukankah ini kesempatan bagus, kenapa harus aku buang sih kesempatan ini?" Ulfa pun segera berlari di koridor rumah sakit ingin mengejar Rio. "Pak Rio saya mau menikah dengan bapak, tapi saya butuh 1 M." Mendengar ucapan Ulfa, hati Rio cukup kecewa. 'Ujung-ujungnya duit juga aku pikir kamu wanita yang berbeda, walaupun aku sendiri menawarkan uang tapi.... ya sudahlah!' Rio membatin. "Iya saya janji!" "Deal yah!" kata Ulfa dengan senyum kebahagiaan sambil menjulurkan tangannya kepada Rio ingin bersalaman. Tapi uluran tangan Ulfa segera ditepis oleh Rio dengan kasar. "Gak usah salaman, kita hanya perlu menulisnya di atas kertas!" Ulfa pun kaget setengah mati melihat sikap Rio yang sangat tak ramah. "Ikut denganku, kita bicarakan semuanya di tempat yang lebih tepat!" "Baik pak!" Ulfa memberikan jawaban singkat dengan suara yang bergetar sebenarnya dia sangat kikuk. Ulfa pun melangkah mengikuti kemana Rio Wijaya dan pak Putra pergi. Mereka berdua mengendarai mobil yang sama, yang dikemudikan oleh pak Putra. Ulfa duduk di kursi penumpang bagian belakang sementara Rio memilih duduk di depan di samping pak Putra. Suasana hening sepanjang perjalanan mereka. Tak ada seorang pun yang mengeluarkan kata. Ulfa merasa sangat gugup, dia sangat gelisah entah keputusannya sudah tepat atau tidak, setidaknya ibunya bisa sehat kembali. Ulfa memandang Rio yang duduk di depan, bahkan dari tampak belakang pun CEO Wijaya Group tersebut terlihat sangat luar biasa. Tapi sepertinya Rio sekarang berubah jadi lebih pendiam dari sebelumnya bahkan tak ada senyum di wajahnya, beberapa kali Ulfa tersenyum kepadanya tapi tak dibalasnya bahkan terkesan memasang wajah permusuhan. 'Gak masalah sih punya suami yang gak bisa jalan tapi punya suami yang tidak bisa tersenyum dan natapnya kayak liat musuh gitu gimana yah, bakalan sanggup gak yah?' Memikirkan hal itu membuat Ulfa merinding. Sekarang saja berada di dalam mobil yang sama dengan Rio Wijaya waktu berjalan begitu panjang dan terasa sesak di d*da Ulfa, suasana yang sangat aneh menurut Ulfa berada satu mobil dengan Rio. 'Rio yang baik hati berubah jadi si pemurung berwajah jutek. Entah kehidupan macam apa yang menunggunku!' Mobil yang mereka kendarai pun akhirnya berhenti, tampak pintu gerbang besar terbuka, mobil tersebut berjalan melambat memasuki pekarangan sebuah rumah dari gerbang tampak rumah yang begitu megah dengan design yang begitu unik menurut Ayunda, di depan rumah tersebut terpampang taman yang dihiasi tanah lapang yang hijau, pemandangan dari luar saja rumah ini sudah membuat Ulfa terpesona. 'Tak pernah ku bayangkan ada design rumah yang begitu unik nan indah seperti ini, apakah pak Rio sendiri yang mendisignnya? benar-benar karya yang yang luar biasa!' Batin Ulfa. Kekaguman Ulfa Kirana kepada Rio kini mulai tumbuh padahal beberapa saat yang lalu masih merasakan perasaan yang berbeda. "Silahkan turun mba Ulfa, tunggu pak Rio di dalam!" Ulfa pun segera turun dari mobil dan disambut oleh pelayan berseragam ke dalam rumah Rio. Hati Ulfa berdegup dengan kencang, dia sangat gugup dengan situasi random yang tiba-tiba dialaminya hari ini. Ulfa melangkah dengan langkah yang begitu kaku sambil mengekor di belakang pelayan yang menyambutnya tadi. Akhirnya mereka pun masuk kedalam rumah Rio yang tampak sangat elegan, dengan nominasi warna hitam, abu dan putih benar-benar warna kesukaan cowok pada umumnya. Ulfa berjalan tapi tak henti melihat ke kiri dan kanan memantau situasi, ternyata tidak ada siapapun di rumah tersebut. Ulfa dibawa kesebuah ruangan yang luas yang menyerupai ruangan meeting, menunggu entah kejutan apalagi untuk hari ini. Beberapa pelayan masuk membawakan cemilan dan teh, karena ini sore hari memang waktu yang tepat untuk minum teh dan cemilan. Bukan hanya kue-kue yang cantik-cantik tapi juga ada aneka coklat. Melihat hidangan coklat tersebut membuat Ulfa menelan ludah, setelah pelayan tersebut pergi Ulfa langsung memasukkan salah satu coklat kedalam mulutnya, memang coklat adalah hal yang selalu membuat Ulfa tergoda. Setelah tiga puluh menit berlalu Rio Wijaya memasuki ruangan tersebut tanpa sepatah kata pun, raut wajahnya masih sama yang berbeda hanya penampilannya saja, sepertinya Rio telah mandi sore. Ulfa seolah terhipnotis melihat Rio Wijaya yang tampak segar setelah mandi dan sampoan, wangi aroma sampo menyeruak hidung Ulfa Kirana, wangi yang sangat maskulin. Walaupun Rio menggunakan kursi roda tak bisa Ulfa pungkiri pesona Rio Wijaya tidak pernah hilang, memang sepertinya dia terlahir dengan nilai A+ baik wajah maupun kecakapan berbisnis dan menciptakan maha karya, yang hasil idenya melahirkan banyak gedung pencakar langit bukan hanya di Indonesia tapi manca negara. "Ok, kita mulai saja saya tidak ingin panjang kali lebar, ini pernikahan bukan pernikahan kontrak yang mempunyai batas waktu karena itu dilarang agama kita, yang kedua pernikahan ini terjadi bukan karena paksaan tapi saling memenuhi dan membantu kedua belah pihak, yang terakhir saya tekankan karena dari awal saya menikah denganmu karena ingin seseorang merawat saya sebagai seorang istri, dan juga saya sudah lelah dengan tekanan orang tuaku yang ingin mencari calon istri untukku, maka dari itu saya perjelas tidak ada cinta di antara kita maka jangan berharap banyak, saya bisa memberi uang berapapun itu, tapi mungkin membahagiakanmu dengan cinta seperti layaknya seorang suami kepada istrinya itu tidak bisa saya berikan. Dan tentu saja kita akan melakukan perjanjian pra nikah selain untuk melindungi harta yang kumiliki juga banyak hal lain yang saya ingin titik beratkan silahkan dibaca dulu, karena kamu sudah mengiyakannya tadi, apa pun yang saya tulis seharusnya kamu tidak akan menolak!" Pak Putra pun segera menyerahkan kertas yang berisikan poin-poin isi perjanjian nikah. Di point pertama tentunya masalah harta bawaan sehingga nantinya bila ada perceraian tidak akan ribut soal pembagian harta, yang selanjutnya pihak kedua yaitu Ulfa Kirana harus menjadi istri yang baik dengan menjaga sikap dengan mengikuti perkataan suami, dan point ketiga apabila Ulfa Kirana mengajukan cerai lebih dulu maka Ulfa Kirana harus mengembalikan sepuluh kali lipat uang yang telah diberikan kepadanya yang dihitung sebagai pinjaman. Ulfa Kirana lumayan tercengang dengan point ketiga perjanjian pra nikah tersebut tapi apa boleh buat ini jalan yang terbaik buat dia dan ibunda tercinta, lagian dia tidak punya rencana untuk menjadi janda dan menuntut cerai Rio Wijaya walaupun dia dipoligami dia akan siap. "Jika kamu setuju tanda tangani semua dokumen tersebut, dan berikan nomor rekeningmu pada pak Putra, dia akan segera mentransfer uang tersebut, jangan lupa uang tersebut saya hitung hutang jika kamu berniat lari dari aku kamu akan membayarnya sepuluh kali lipat!" "Iya pak!" "Apa ada yang akan kamu tanyakan?" "Sejauh ini tidak ada pak." "Ok kita menikah bulan depan!" "What??? buru-buru amat!" "Uangnya saja kamu terima hari ini, sementara kamu masih dikasih waktu satu bulan, pokoknya ikuti saja kata-kataku dan sampaikan pada ibumu minggu depan keluargaku akan datang melamarmu secara resmi dan kamu siap-siap ketemu mama dan papa aku dalam minggu ini!" "Iiiiyaaaaa pak!" Ulfa sudah bercucur keringat dingin entah mengapa Rio Wijaya yang sekarang membuatnya gugup atau mungkin takut dengan rencana pernikahan mereka, Ulfa pun bingung kenapa dia bisa keringat dingin seperti sekarang. Rio Wijaya meninggalkan ruangan tersebut lagi dan lagi tanpa sepatah kata pun, meninggalkan Ulfa yang duduk terguncang menatapnya. Ulfa menatap Rio hingga menghilang dibalik pintu yang besar entah ke ruangan mana perginya calon suami dadakan Ulfa tersebut. "Silahkan mba diisi nomor rekeningnya, saya transfer sekarang juga!" "Oh iya pak Putra, terimakasih sebelumnya!" "Sama-sama mba, jangan sungkan kalau ada keperluan sampaikan pada saya!" "Sekali lagi terima kasih pak Putra!" "Ya udah mba sekarang saya antar mba Ulfa pulang yah!" "Saya pesan taksi online saja pak Putra takut merepotkan!" "Mba Ulfa gak bisa nolak untuk diantar, nanti saya yang kena omel pak Rio!" "Baik pak!" Ulfa Kirana segera meninggalkan rumah Rio Wijaya, jantungnya masih berdegup tak karuan walaupun tak separah jika berhadapan dengan Rio. Sementara itu ternyata Rio diam-diam mengintip Ulfa dari balik jendela kamarnya dilantai dua, karena rumah Rio difasilitasi lift pribadi maka Rio bisa kemana saja di seluruh lantai rumahnya juga dengan kemudahan kursi roda elektrik yang langsung dipesan dari Jerman. Melihat Ulfa melalu kaca jendela kamarnya tanpa disadari oleh Rio terukir senyum kecil di sudut bibir pria berkacamata tersebut, setelah hari kecelakaan dan bangkit dari koma inilah kali pertama dia tersenyum selain ketika bersama Khadijah, Khadijah adalah keponakan Rio Wijaya yang berusia sembilan tahun.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook