Awal mula
"Serahin aja aelah urusan kita selesai."
Perempuan itu mendelik, "HEH b***k ENAK AJA SERAHIN SERAHIN. KALO GUE SERAHIN INI KAGAK MAKAN GUE!"
Pria dengan rambut gondrong itu mendengus, "Gue juga kagak makan kalo ngga ambil tas lo."
"KERJA BANG JADI APA KEK KULI BANYAK KERJAAN BANG!" Teriak nya frustasi bercampur ketakutan.
"Lama lo cepat ambil paksa!" titah teman nya.
Pria itu mendekat membuat alina memundurkan langkah nya, "Bang jangan bang gue orang miskin bang."
"Kagak nanya! Sini tas lo!"
"AHHHH CABUTTTTTT."
"Sial kejar." Kedua pria itu mengejar alina yang berlari begitu cepat.
"Is ini gue di mana sih! Takut banget hiks ibu." Alina terus berlari di gelap nya malam.
Grep
Tubuh alina berontak ketika tangan nya sudah di cekal oleh kedua pria kurang ajar ini.
"LEPAS TOLONG TOLONG."
"DIEM SERAHIN TAS LO KALO NGGA MAU LO CELAKA!"
Alina menggeleng ia terus berontak. Ia tidak akan memberikan barang berharga nya, bagaimana bisa ia hidup di kota ini kalo uang nya di ambil kedua pria gila ini.
BUGH
"Shhhh." ringis alina ketika punggung nya di pukul.
"Susah amat sih!" dengus pria tersebut.
Alina mendongak, "SUSAH SUSAH. KERJA BANG JANGAN COPET MULU DOSA INGAT TUHAN!" teriak alina.
Plak
"Banyak bacot lo." Dengan santai nya pria gondrong itu menampar alina.
Pipi alina memerah. Seumur umur baru kali ini ia di tampar, ia ingin menangis sekarang.
"Tapi perempuan ini lumayan lah. Gimana kalo kita main main aja dulu?"bisik teman nya dengan m***m.
Pria gondrong itu melirik sekitar dan menggeleng, "Jangan kita berada di kawasan yang salah! Kita udah dapat tas nya sekarang kita pergi!"
Teman nya mendengus namun tak urung mengangguk, ia bergidik ketika merasakan suasana yang agak menyeramkan ini.
Alina mengambil ancang untuk merebut tas nya ketika kedua pria itu asik berbincang.
1 2 3
"AKHHHHHHH SIALAN ANJING!" Pria gondrong itu melepaskan tas yang ia pegang ketika alina menggigit lengan nya.
BUGH
"b*****t ASET GUE!" teriak teman satunya ketika alina menendang burung nya.
Alina segera meraih tas nya dan berlari, senyum nya terbit ketika melihat rumah yang lumayan besar di sekitar jalan yang hanya di isi pepohonan.
"TOLONG SIAPAPUN YANG ADA DI RUMAH INI TOLONGIN GUE!" alina terus berteriak ketakutan apalagi preman itu masih mengejar nya.
Rambut alina di tarik dari belakang, demi apapun ini sakit banget bahkan air mata nya sudah menetes.
"LO BENER BENER YAH!" preman itu menyeret aludra dengan kasar.
"Hiks ibu, apa al segera nyusul ibu?" batin alina.
"LEPASIN!" Kedua preman itu menghentikan langkah nya. Ketika mendengar suara berat yang membuat mereka merinding.
"EH GANTENG TOLONGIN GUE!" Teriak alina berbinar ketika melihat ada empat orang pria tampan berdiri di sekitar pagar rumah itu.
"Sial bisa abis kita." Bisik teman nya.
Alina yang melihat tarikan nya mengendur pun segera memutar tubuhnya dan.
Bugh
Alina meringis ketika kepalanya begitu pening, namun ia segera berlari ke arah empat pria tadi ia harus selamat begitupun dengan tas nya.
Preman itu mengusap kepalanya yang barusan di adu dengan kepala perempuan itu. Perempuan gila.
Alina berdiri di belakang salah satu dari ke empat pria itu, "tolongin gue. Gue mohon mereka mau perkosa gue."
Kedua preman itu melotot enak saja mereka di fitnah. Sebelumnya tadi memang iya sih tapi ngga jadi.
"Pergi sebelum kalian gue habisin."
Tubuh alina merinding ketika mendengar suara berat pria di hadapanya.
Kedua preman itu menatap tajam alina membuat perempuan itu ikut melotot apa lo b***k.
"Kita tidak ganggu kalian, perempuan itu memang milik kita dari awal." Sahut salah satu preman tersebut yang berusaha tidak gencar.
"PEMBOHONG!" teriak alina.
"Dia sudah di jual oleh ayah nya untuk bos kami. Jadi mohon kerja sama nya tuan sagara." ucap preman itu membuat pria yang bernama saga itu menyeringai.
"Ambil lah." ucapan singkat padat pria di hadapan nya membuat alina tidak terima.
"Mereka bohong gue yatim." pinta alina memelas.
Kedua preman itu menyeringai mendekati alina yang berada di belakang saga dan di apit oleh ketiga teman nya.
"Cepat ke sini jalang." ucap preman tersebut.
Alina menggeleng, ia mencengkram pinggang saga dengan erat, "ku mohon mereka berbohong." lirih alina.
Saga sempat menegang ketika tangan halus itu menyentuh kedua pinggang nya. Ia bahkan bisa merasakan betapa takutnya perempuan di belakang nya dari tangan yang mencengkram pinggang nya begitu gemetar.
Ke empat teman saga menghela nafas, "Ga." panggil salah satu di antara mereka.
"Cepat ambil!" suara tegas saga membuat kedua preman tersebut menegang, mereka meneguk ludah dan melangkah susah payah. Salah satu preman itu ingin meraih tangan alina di pinggang saga.
Krekkkkk
"AKHHHHH."
alina melotot, tidak mereka belum berhasil menyentuh dirinya.
BUGH
BUGH
Tubuh alina menegang melihat perkelahian dua lawan satu di hadapan nya.
"Tenang lo aman." alina menoleh ke arah pria di samping nya.
"Kalian tidak bantu dia." tunjuk alina kepada laki laki yang ketahui bernama saga.
"Dua preman bukan apa-apa bagi saga." sahut pria di samping kiri alina. Mereka kembali menatap pertarungan di hadapan nya.
Kedua preman itu sudah tumbang hanya dengan beberapa pukulan saja dari saga.
"Pergi dan jangan pernah muncul di area sini." peringat saga dengan nada dingin nya.
Kedua preman tersebut mengangguk dengan tubuh penuh lebam dan luka mereka bangun susah payah. Mereka harus menjauhi monster di hadapan mereka.
Alina menghela nafas lega ketika kedua preman itu pergi, tubuhnya sedikit oleng sungguh kepalanya begitu pusing.
"Eh eh." Salah satu dari keempat pria itu menangkap tubuh alina.
"Pening palak gue." Lirih alina.
"Ga bawa aja kedalam kasihan dia." Ucap yang satunya.
Yang di panggil pun hanya berlalu bodo amat. Mereka menghela nafas pelan melihat sifat sahabatnya itu.
"Ayo masuk." Ajak lelaki yang memapah alina.
Alina menurut saja ia mengikuti ke empat pria itu ke dalam rumah yang menurutnya begitu besar.
*******
"Nama lo siapa?" Tanya pria yang membantu memapah alina tadi.
Alina yang tadinya bersender di sofa pun menegak bahunya, "Clarabella galina." jawabnya pelan.
"Kok lo bisa disini?" Tanya pria satunya seraya membawa secangkir minuman.
"Kalian yang ajak." Jawab galina.
Pria yang duduk di sebelah alina tersenyum, "Maksudnya kenapa lo berada di sekitar sini?"
Alina mengangguk mengerti membuat pria yang bertanya tadi mendengus, "Gue kayaknya salah naik bus deh. Gue berhenti di halte terus jalan lurus nyatanya salah jalan."
"Lo bukan asli jakarta?" Tanya pria yang sibuk dengan laptopnya.
Alina menggeleng, ia fokus kepada pria yang sibuk menyeruput minuman nya, "Bang lo ngga mau nawarin gue minum?" Tanya alina tak tahu malu.
Uhuk uhuk
Pria itu tersedak minuman nya ia meringis, "Lo mau minum?"
Alina memutar bola matanya yaiyalah pakek ditanya tapi lo ngga tau mau alina.
"Ngga bang bercanda!" Ketus alina.
Pria di samping alina terkekeh, "Ambilin minum mar." titah nya. Yang di suruh pun mengangguk saja.
"Gue saka." Pria bernama saka tersebut menjulurkan tangan nya.
Alina tersenyum dan membalas uluran tangan saka, "Galina."
Lumayan cogan coy.
"Gue galen." Pria yang sedari tadi sibuk dengan laptop nya mulai meletakkan laptopnya dan menarik tangan alina.
"Alina."
"Gue omar pria tertampan di jakarta. Nih minumnya." ucap omar.
Alina mengangguk saja, ia mengambil minuman itu dan meneguk nya sampai habis. Cuman air putih sih.
"Abang satunya mana?" Tanya alina ketika tidak melihat pria yang menolong nya tadi. Ia sungguh berterima kasih dengan saga, pria itu terlihat sangat dingin.
"Oh saga. Lagi mandi mungkin." Jawab galen.
Alina mengangguk ia menatap saka dengan ringisan pelan, "bang gue numpang ngecharger boleh ngga?"
Saka mengangguk, "itu disana." ia menunjukkan colokan di dekat tv.
Alina tersenyum dan segera mencharger ponselnya, "Gue harus beli powerbank ini." Lirih nya ketika melihat ponsel nya mati total.
"Bang gue disini bentar yang buat isi batre ponsel. Gue juga mau bilang makasih banget udah nolongin gue." Ucap alina tulus.
"Lo harus bilang itu sama saga, dia yang bertarung kita hanya penonton." ucap galen.
Alina mengangguk, "gue emang mau bilang sama." belum sempat alina meneruskan ucapan nya.
oek oek oek
Ketiga pria itu menoleh ke lantai atas dan segera berlari. Alina yang melihat itupun ikut berlari.
"Ga ini kita." Saka mengetuk pintu kamar saga.
Saga membuka kan pintu membuat alina melotot bagaimana tidak pria yang ia ketahui namanya saga itu sedang menggendong bayi?
"Kenapa baby nya ga?" Tanya galen.
Saga menggeleng dari tadi bayi itu terus menangis, ia bingung harus bagaimana. Wanita yang biasanya mengurus bayi itu sedang pulang.
"Aduh itu kasihan baby nya sesek kalo nangis terus." Timpal alina di balik tubuh saka.
Saga mendelik ketika melihat keberadaan perempuan yang ia tolong beberapa menit yang lalu.
"Baby nya mungkin lapar tuh. Mana ibunya sih?" Gerutu alina.
Suasana menjadi dingin ketika alina berbicara seperti itu. Alina melihat suasana menjadi sunyi hanya di isi dengan suara tangis bayi itu pun mengernyit bingung.
"Jangan tanya itu dulu!" bisik saka.
"PERGI!"
Alina tersentak ketika mendengar suara tegas itu. Apalagi tangis bayi itu menjadi tambah kencang.
"Hm bang coba saya gendong mungkin bayi nya pipis kasihan itu pasti sesek banget." Lirih alina tidak tega dengan bayi cantik itu. Rasa takut akan bentakan pria di hadapan nya segera ia tepiskan dulu.
Saga hanya menatap tajam alina. Ia tidak suka keberadaan perempuan itu.
"Ga coba kasih alina baby nya."
Saga menatap tajam saka apa katanya tadi alina?
"Iya ga bener kata saka. Coba kasih ke alina dulu, kasihan my baby girl." Ucap galen.
Alina maju mendekati saga, omar yang melihat itu meringis nih perempuan kagak ada takutnya.
"Sstt tenang yah." Alina mengelus d**a bayi itu dengan lembut.
"Boleh saya gendong ngga?"
"Kasih aja ga." Timpal omar tak tega dengan kondisi bayi itu.
"Sini baby nya." Pinta alina.
Saga segera memberikan putrinya kepada alina, "ssttt tenang yah sayang." Ucap alina seraya menimang bayi tersebut, tunggu alina merasakan sesuatu yang ngga enak di tangan nya.
"Aku pinjam kamar nya yah." Tanpa menunggu persetujuan saga alina segera masuk kedalam kamar.
Kurang aja batin saga kesal.
"Bayi nya pipis tau pantes nangis apa ngga ngerasain tadi gendong nya?" Omel alina ketika keempat pria itu masuk kedalam kamar.
"Mana baju bayi nya?" Tanya alina.
Saga menunjuk ke arah lemari yang berisi pakaian putrinya.
Alina mengernyit, "kok dikit banget emang baby nya baru umur berapa?" Tanya alina.
"Dua minggu." Jawab saga.
Langkah alina terhenti, namun ia kembali melangkah ke arah bayi itu dan fokus memasang popok kain bayi. Untung saja saga menyiapkan itu. Setelah semua selesai alina membungkus bayi itu dengan bedongan. Bahkan bayi itu sudah tidak menangis ketika alina memasangkan pakaiannya.
"Tuh kan ngga nangis lagi? cantik banget." Puji alina.
Keempat pria itu menghela nafas lega apalagi melihat bayi itu sudah terpejam di gendongan alina yang terus menimang nya.
"I found you." ucap saga menyeringai.