Aulia tiba di rumah seperti biasa sepulangnya dari kerja. Dia ingin mengatakan hasrat hatinya untuk berangkat sendi ke kantor. Aulia mandi dan mengenakan baju tidur satin berlengan pendek disertakan celana panjang. Aulia menyiapkan makan malam menunggu Nina dan Dani pulang dari kantor. Jam telah menunjukkan pukul setengah delapan malam tapi Dani masih belum pulang. Aulia dan Nina makan tanpa menunggu lama.
"Na, aku pikir kalo aku mau berangkat kerja sendiri mulai esok. Bisakan kamu ajarin aku ke tempat angkotnya? Soalnya setiap pulang Suri selalu pesanin teksi ngak pernah naik sendiri pulang." Aulia memulakan bicara setelah dia dan Aulia sama-sama menonton tv usai makan malam.
" Loh kok berangkat sendiri? bukannya lo berangkat bareng Om Dani?." Nina yang mendengar pernyataan Aulia mengerutkan keningnya sambil menghirup aroma kopi di depannya.
"Iya tapi aku ngerasa ngak enak udah tiap hari numpang terus. Aku kan pengen berdikari. Ngak papa ya?." Aulia mengaru kepala nya yang tidak gatal. Dia harus menyakinkan Nina supaya nantinya ngak bakalin di omelin terus sama Nina.
" Aku tuh ngak kisah tapi lebih baik lo ngasi tau Om. Gue takut dia nungguin lo besok."
" aku pikir nanti dia pulang kerja aku ngasih tau sama Om lo."
" Yaudah sih kalo gitu, Gue masuk dulu ya mau telfon pacar gue duluan. Jumpa esok pagi" Nina melambaikan tangan kepada Aulia dan berjalan meninggalkan Aulia seorang di sofa.
Aulia menunggu kepulangan Dani sambil memainkan telefonnya melihat update dari sosial media dikejutkan dengan kepulangan Dani yang berpenampilan berantakan. Rambutnya yang tidak rapi berjuraian di dahinya. Baju kemeja yang butang atasnya ditanggal hingga menampakkan d**a bidangnya dengan baju yang berjuntai keluar dari celana yang dipakai.
Dani terkejut melihat Aulia yang masih belum tidur. Lampu di ruang tamu rumahnya hanya lampu malap yang dipasangnya. Dia hampir tidak perasan akan kehadiran Aulia.
" Kamu belum tidur Au? Ini udah lewat esok kan kamu kerja."
" Aku nungguin Om, mau bilang sesuatu." Aulia menggengam tangannya mencari kekuatan untuk berbicara.
" Sebelum itu bisa kamu buatkan aku teh hangat? aku mau mandi sebentar. Selesai mandi aja kita ngomong."
Dani bergerak ke tingkat atas untuk mandi dan bersiap-siap turun ke bawah. Sementara Aulia menyiapkan dua cawan teh hangat satu untuk Dani dan satu untuk dirinya dan diletakkan di meja berhadapan sofa yang didudukinya. Dani turun ke ruang tamu dimana Aulia berada dia kelihatan segar dengan mengenakan t-shirt tanpa lengan dan celana pendek paras lutut. Dia memilih untuk duduk di sebelah Aulia yang sedang menghirup teh hangat nya.
" Kamu mau bilang apa tadi? maaf buat kamu nungg lama".
Dani menghirup teh hangat yang disediakan manakala Aulia yang menyedari pertanyaan Dani. Dia sempat mengelamun dan berfikir bagaimana dia berangkat ke kantor besok. Aulia menarik nafas dalam dan cuba bertutur dengan baik.
" Ehmm.. sebenarnya aku mau bilang kalo aku mau berangkat sendiri ke kantor mulai besok."
" Kenapa? apa aku melakukan kesalahan jadi kamu ngak suka berangkat bareng aku?." Dani menghirup sisa teh hangat di dalam cawannya. Aulia mengaru kepalanya yang tidak gatal.
' aduh gimana nih..ngak dipikirin jawabannya ni' batin Aulia. Dia cuma berfikir untuk lansung memberi tahu dan sudah itu semuanya beres tapi Dani malah bertanya lagi.
" ehmm.. aku..aku.. punya pengen mandiri ngak mau nyusahin Om aja. "
' Fuh nasib gue bisa mikir. Ini orang susah sekali'
" Kamu ngak nyusahin aku kok lagian dikota ni ngak seperti di pekan biasa. Disini sibuk terus banyak orang yang ngak baik. Bandingan kamu berangkat bareng aku. Itukan lebih selamat."
" Ehm.. aku cuma pengen belajar. ngak mau terus nyusahin Om. Om kan lagi bnyak kerja terus harus ngantar aku lagi."
" Aulia keputusan ku muktamad. Kami bakal berangkat bareng aku. Jangan menambah masalah di kepala ku keselamatan mu adalah keutamaanku juga". Dani memicit kepala nya yang terasa pusing dia menyandarkan kepala di bahu sofa.
" Kenapa susah sekali untuk minta izin. Kayak udah seperti isteri nya. Aku kan ngak selesa." batin Aulia meronta baru kali ini ada orang yang cuba untuk mengatur langkah nya selain orangtua nya. Suasana hening seketika keduanya larut dalam.memikirkan masalah masing-masing. Dani masing dalam kebuntuan sama ada menjadi kekasih Lara atau tidak. Menyelamatkan kondisi syarikatnya bererti dia harus berpura-pura menjadi kekasih Lara.
" Om aku permisi dulu, mau tidur." Aulia bangun dan bergerak melintasi Dani tapi disaat dia berada di depan Dani kakinya tersadung pada meja dan jatuh terduduk di pangkuan Dani. Dia cuba untuk bangun semula tapi Dani malah menarik tangannya untuk duduk semula. Dani melingkari pinggangnya dan meletakkan kepalanya di pundak Aulia.
" Biarkan aku memeluk mu sebentar. Aku perlukan ketenangan." Aulia hanya bisa mendiamkan diri dan meramas jarinya. Dapat dirasakan tubuh hangat Dani yang bersentuhan dengan punggung nya. Dani mengeratkan pelukannya di pinggang Aulia. Dapat dirasakan hembus nafas Dani di pundak nya dan cekalan tangan Dani yang berada di perutnya. Degup jantung berdebar hebat merasakan sentuhan tangan Dani yang bagaikan lektrik di tangannya. Kerana Aulia yang hanya memakai baju tidur lengan pendek dan Dani yang mengenakan t-shirt tanpa lengan tangan mereka bersentuhan dalam pelukan itu.
"Om.. Om.. aku boleh bangun?.." namun tidak ada sahutan dari Dani. Hanya hembusan nafasnya yang didengar.
"Apa dia sudah ketiduran? bandingan aku cuba untuk bangun." Aulia cuma untuk meleraikan pelukan itu tetapi tangan kekar Dani yang memeluk erat tidak dapat dileraikan. Akhirnya Aulia tertidur di dalam pelukan Dani.
Keesokkan paginya ketika Aulia membuka matanya didapati tubuhnya yang sedang memeluk Dani dengan satu tangannya merangkul leher Dani dan satu lagi memeluk pinggang nya. Dengan keadaan yang begitu dekat Aulia mengamati setiap inci wajah Dani dari kening, mata, hidung turun ke bibir. Bibir yang sempurna memperlihatkan lekuk bibir yang menawan. Aulia cepat-cepat menyadari kekhilafannya. Dia cuma melepaskan pelukan Dani yang masih merangkul pinggang nya. Aulia bangun dan menuju ke kamarnya.
" Aku bisa mati kalau ketahuan sama Nina. Gimana aku bisa memeluk tubuh nya."