part 1
Gaun putih itu terasa terlalu berat di tubuh Reyna Azalea. Setiap lapis kainnya seakan menekan dadanya, mengingatkan bahwa ia bukanlah pemilik sah gaun ini. Di cermin besar di hadapannya, seorang wanita cantik dengan riasan sempurna menatap balik—tapi itu bukan dirinya, bukan Reyna yang biasa duduk di bangku kuliah dengan kemeja polos dan ransel lusuh.
“Waktu kita tidak banyak. Ingat, jangan bicara terlalu banyak. Tersenyum saja,” ujar seorang wanita paruh baya dengan nada tegas. Itu Bu Monic manajer keluarga Sanjaya yang sejak semalam terus mengawasinya.
Reyna menelan ludah. Tiga jam lalu, ia masih berada di rumah sakit, merawat ayahnya. Lalu tawaran gila itu datang—menikahi seorang CEO muda demi menyelamatkan keluarganya dari kebangkrutan. Tawaran yang tak mungkin diterima oleh orang waras… tapi ia tidak punya pilihan lain.
Suara musik perkawinan mengalun dari balik pintu besar. Jantungnya berdegup kencang. “Reyna …” Bu Monic meraih lengannya, menatapnya tajam. “Mulai sekarang, kamu adalah Julia Maurita, calon istri David Prayoga. Lupakan nama asli kamu.”
Pintu terbuka. Cahaya lampu kristal menyilaukan matanya.
Di ujung lorong, berdiri seorang pria dengan jas hitam yang membingkai tubuh tegapnya. Wajahnya… dingin, tegas, dan nyaris sempurna seperti pahatan. Mata kelam itu menatapnya tanpa senyum, seakan meneliti setiap inci dirinya.
Reyna menahan napas.
Itulah pertama kalinya ia bertemu David Prayoga— pria yang akan menjadi suaminya, meski ia hanyalah pengganti.
Tangan Reyna sedikit bergetar saat duduk di samping David. Di depannya, penghulu telah membuka buku nikah, sementara para tamu undangan menatap penuh perhatian. Lampu gantung kristal di atas kepala memantulkan kilau emas, membuat suasana semakin terasa… mewah. Tapi bagi Reyna, semuanya seperti mimpi buruk yang terlalu nyata.
David duduk tegap, wajahnya tanpa ekspresi. Hanya ada tatapan dingin yang kadang menoleh ke arah Reyna, seperti ingin menembus pikirannya.
"Dia tidak menyukaimu," pikir Reyna ..perasaannya merosot entah ke mana.
“Baik, Tuan David Prayoga, apakah Anda bersedia menerima Julia Maurita binti Ardi Sucipto sebagai istri sah Anda…?” suara penghulu menggema.
Reyna menahan napas. Nama yang disebut bukan namanya. Dia harus mengingat itu.
David menjawab tegas, tanpa ragu:
“Saya terima.”
Semua mata beralih ke Reyna. Jantungnya berdegup kencang. Ia menunduk sedikit, mencoba menutupi kegugupannya.
“Saya terima…” suaranya hampir bergetar, tapi ia berhasil mengucapkannya dengan cukup jelas.
Tepuk tangan dan ucapan selamat terdengar di seluruh ruangan. Senyum-senyum ramah menghampirinya, tapi Reyna tahu senyum itu bukan untuknya — melainkan untuk Julia Maurita, wanita yang sebenarnya seharusnya duduk di kursinya sekarang.
Saat sesi foto dimulai, David mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya rendah tapi menusuk.
“Siapa kamu sebenarnya?”
Reyna membeku. Ia mencoba tersenyum untuk kamera, tapi matanya tidak berani menatapnya.
“Aku… istrimu,” jawabnya singkat.
David hanya tersenyum tipis, namun tatapan matanya jelas mengatakan: Kita lihat saja berapa lama kebohonganmu bertahan.