Daren melepas masker dan sarung tangannya. Operasinya berjalan lancar dan Daren bersyukur tidak terlambat datang. Ia menghela napas, menarik rambutnya dengan telapak tangan ke belakang. Daren berdiri di depan mesin pembuat kopi. Ia menyilangkan kedua tangannya sambil menunggu kopi miliknya. Setelah selesai mengambil kopinya, Daren berjalan menuju kantornya. Masih dengan pakaian operasi, Daren merebahkan tubuhnya di sofa. Tubuhnya terasa pegal dan sakit. Ia juga kurang tidur semalam karena harus meminta maaf pada Sily. Jika dipikir, aneh juga. Padahal harusnya Sily yang minta maaf. Jelas-jelas Sily yang salah karena bisa-bisanya meminta orang lain membayar makanan yang gadis itu pesan. Daren tidak habis pikir. Seseorang mengetuk pintunya, membuatnya menoleh. "Masuk aja," kata Daren yang ten

