bc

Terjebak Pesona CEO Brutal

book_age18+
2
IKUTI
1K
BACA
dark
HE
badboy
boss
heir/heiress
tragedy
bxg
city
office/work place
assistant
like
intro-logo
Uraian

Demi menebus rumah kenangan yang digadaikan ibu tirinya, Nirana terpaksa bekerja pada seorang CEO yang terkenal brutal, kasar dan tanpa ampun. Biasanya, hanya sehari saja sekretaris perempuan betah bekerja pada Kaivan. Namun, Nirana menahan semuanya. Tidak hanya kata-kata kasar Kaivan yang sanggup dia tahan, tetapi juga sifat buas Kaivan yang datang saat alter egonya muncul. Mampkah Nirana menahan semuanya sampai akhir? atau ... diakah sosok yang bisa mengubah Kaivan menjadi lebih manusiawi?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
“Apa kamu yakin mendaftarkan diri untuk pekerjaan ini?” tanya seorang perempuan berkaca mata bulat yang sedang mewawancarai calon pekerja itu. Nirana menganggukkan kepalanya dengan resah. Dari nada suara perempuan yang sedang mewawancarainya itu, Tampaknya ada sesuatu yang serius dengan pekerjaan yang akan dia lamar. “Yakin, Bu. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini,” jawab Nirana tanpa rasa ragu. “Biasanya, para sekretaris yang bekerja dengan Pak Kaivan akan langsung mengundurkan diri di hari pertama. Saat ini, Pak Kaivan ingin mencari orang yang benar-benar serius bekerja dengannya. Tekanannya memang sangat tinggi. Tapi, sepadan dengan bayarannya. Kalau memang kamu tidak berniat serius untuk bekerja, lebih baik kamu tidak melamar. Untuk kali ini, Pak Kavan menerapkan standar yang sangat tinggi dan akan mem-backlist siapapun yang tidak bisa bekerja baik dengannya,” jelas Seruni lagi, membuat Nirana semakin pias. “Blacklist? Apa maksudnya itu, Bu?” gaya Nirana dengan nada khawatir. “Karena kecewa dengan sekretaris baru yang terus-menerus resign padahal baru satu hari bekerja, Pak Kaivan berencana akan memasukkan nama sekretaris baru yang langsung berulah di hari pertama ke daftar blacklist perusahaan ini, yang diumumkan di website perusahaan secara resmi dan bisa diakses oleh siapapun, termasuk perusahaan lain. Tentu saja perusahaan sebesar ini saat mem-backlist karyawan, maka karyawan tersebut dipastikan tidak akan bisa menemukan pekerjaan di tempat lainnya,” jelas Seruni panjang lebar. Nirana merasakan jantungnya berdebar begitu kencang. Melamar pekerjaan ini, seperti sedang memasang taruhan yang tinggi. Kalau dia berhasil bertahan, maka dia akan mendapatkan gaji dan fasilitas yang fantastis. Sementara kalau dia tidak mampu bertahan, maka dia tidak akan bisa bekerja di manapun lagi sebab namanya sudah di-backlist. “Apa boleh saya pikir-pikir dulu, Bu?” tanya Nirana mencoba melakukan negosiasi pada ketua HRD itu. Seruni menatap gadis muda yang tengah diwawancarai itu dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Nirana sejujurnya gugup diperhatikan seperti itu. Namun, dia harus mampu melawan rasa gugup itu. “Tidak bisa. Kalau memang kamu tidak sanggup, kamu bisa mundur dari sekarang.” Nirana menghela napasnya dengan lelah. Kalau seperti ini caranya, sepertinya memang tidak ada pilihan lain selain menerima apapun yang disyaratkan. Nirana memejamkan matanya sesaat. Bayang-bayang rumah milik keluarganya yang akan disita kalau dia tidak bisa membayar cicilan setiap bulannya, membuat gadis itu meneguk ludahnya dengan kasar. “Tidak! Aku tidak boleh kehilangan rumah itu,” batin Nirana berbicara. “Boleh saya tanya tentang gaji yang ditawarkan? Kalau memang gajinya sesuai, mungkin saya bisa bertahan dengan segala tekanan yang ada,” tanya Nirana mencoba memberanikan diri. Gadis itu banyak membaca komentar di media sosial yang mengatakan kalau tidak etis menanyakan gaji di saat baru melamar pekerjaan. Namun karena konsekuensinya adalah di-backlist ketika tidak sanggup bekerja di perusahaan ini, dia pikir lebih baik dia bertanya tentang benefit yang akan dia dapatkan terlebih dahulu. “Tentu saja. Gaji kamu sebesar 20 juta, kamu juga dapat asuransi kesehatan dari perusahaan. Selain itu, makan siang ditanggung perusahaan karena di sini kita memiliki kantin khusus karyawan sendiri.” Segala pikiran berkelindan dalam benak Nirana. 20 juta adalah uang yang lumayan untuk perbulannya. Dia bisa mencicil biaya rumah itu sebesar 10 juta setiap bulannya dan dia pasti bisa menabung dan membiayai ayahnya yang sudah tua renta. “Bagaimana? Apa kamu mau bekerja di sini setelah saya membeberkan benefit apa yang akan kamu dapatkan nantinya?” tanya Seruni sambil menatap Nirana dengan tatapan tajam. Nirana menganggukkan kepalanya dengan tegas. Gadis itu sudah sangat yakin dengan keputusannya. “Baik, Bu. Saya mau bekerja di perusahaan ini,” ucap Nirana membuat Seruni memberikan balasan dengan anggukan kepala. “Kalau gitu, kamu bisa bekerja terus hari ini juga. Ruangan Pak Kaivan ada di lantai 3. Kamu bisa langsung ke sana. Saya akan menghubungi Pak Kaivan sekarang dan memberitahu kalau sekretaris barunya sedang menuju ke ruangan beliau,” tukas Seruni membuat jantung Nirana berdebar begitu kencang. “Baik, Bu. Saya permisi dulu.” Setelah Nirana keluar dari ruangan kepala HRD itu selepas tanda tangan kontrak, Seruni segera mengabarkan kepada sang CEO kalau sekretaris baru yang terpilih sedang menuju ke ruangan laki-laki itu. Seperti biasanya, Kaivan hanya menjawab dengan singkat dan langsung mematikan telepon itu. Sementara itu, Nirana benar-benar merasa gugup. Langkah kakinya terasa berat menyusuri setiap jengkal lorong di perusahaan ini. Gadis itu berhenti di depan lift. Ada sebersit rasa ragu di dalam hatinya. Namun saat membayangkan wajah sang ayah, rasa ragu itu lekas luntur tak bersisa. “Aku pasti bisa. Aku yakin Pak Kaivan tidak semengerikan rumor yang digambarkan,” celetuk Nirana seraya menekan angka tiga pada tombol lift itu. Lift segera berguncang dan jantung Nirana juga merasa tidak aman karenanya. Setelah lift berhenti dan pintunya terbuka, Nirana menggelar napasnya dan berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. “Aku yakin pasti bisa. Aku mampu bekerja dan menaklukkan Pak Kaivan.” Lalu, Nirana segera mengetuk ruangan itu. “Masuk.” Suara bariton itu terdengar tajam menusuk. Nirana bisa merasakan atmosfer yang berbeda ketika dia membuka pintu ruang kerja sang CEO. Jangan tanya betapa resahnya hati gadis itu saat ini. Namun, Nirana sudah terlanjur terperangkap di tempat ini. Tatapan mata segarang elang langsung menyambut Nirana. Laki-laki itu tampak sangat tampan, tetapi memiliki aura bengis yang membuat Nirana terpaksa menundukkan kepala. “Angkat kepalamu dan tatap aku!” Nirana mengangkat kepalanya dan tatapan mereka bertemu. Kaivan segera menelisik penampilan gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wajah Kaivan datar saja tanpa ekspresi apapun, membuat Nirana tidak bisa menebak apa kira-kira pikiran laki-laki tampan itu ketika melihatnya. “Ganti pakaianmu dengan pakaian yang tersedia di lemari itu. Aku juga mau kamu memakai heels, bukan flatshoes memuakkan itu. Lihat tiang besi di sana? Hibur aku dengan aksimu di sana.” Mata Nirana membulat mendengar permintaan itu. Kaivan bisa melihat penolakan dari raut wajah Nirana saat ini. “Kenapa? Keberatan? Silakan keluar sekarang juga!” Namun, Nirana segera menggelengkan kepalanya. Gadis itu justru menuju ke lemari itu dan membuka pintunya dengan tangan gemetar. Setelah memegang salah satu pakaian yang berada di sana, Nirana mendekat ke arah Kaivan. “Di mana toiletnya, Tuan? Saya ingin berganti pakaian,” pinta Nirana. “Tidak perlu. Langsung ganti di sini saja!” titah Kaivan membuat Nirana terbelalak kaget.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook