Dentuman keras nan memekakkan itu tak surut membuat semua orang yang ada di dalamnya berjoget ria seolah tidak ada hari esok. Tak lupa satu paket dengan minuman yang bisa membuat siapapun yang menyentuhnya hilang kendali, dipenuhi dengan fantasi yang mereka ciptakan. Begitu juga dengan Daniel Putra Mahesa, pewaris tunggal Mahesa group. pria itu tenga menikmati malam ini ditemani beberapa wanita penghibur yang sedari tadi sibuk meraba-raba bagian sensitif dari tubuhnya.
Hanya saja Daniel bukan pria yang mudah tergoda pada wanita seperti itu, hasratnya dengan mudah menghilang mengingat tangan-tangan halus mereka semua yang sudah terkontaminasi banyak tubuh p****************g.
Dan benar saja, kali ini wanita itu pergi begitu saja dengan wajah kusutnya meskipun segepok uang sudah menggembung di antara belahan dadanya, secara tidak langsung Daniel mengusir para wanita itu dengan cara halus, namun penuh sindiran.
“Masih belum ada yang bisa memenangkan sisi jantan mu bro?” tanya Yoga pada sahabatnya yang masih sibuk dengan ponselnya.
“Aku tidak tertarik barang bekas, mereka terlalu mudah untuk ku pakai kapan pun, dan aku tidak pernah tertarik pada hal-hal yang ku anggap gampangan," tutur Daniel dengan mudahnya.
“Sejujurnya aku meragukan dirimu di hadapan wanita,” ucap Yoga membentuk gelombang asap dari mulutnya.
“Sepertinya kau harus membeli kaca yang besar untuk melihat dimana kau berada brother, kau berharap wanita baik-baik, sedangkan kebiasaan mu di tempat seperti ini jangan bermimpi,” lanjut Yoga mengomentari kesombongan sahabatnya satu itu.
“Siapa yang tau?” Daniel menenggak dengan kasar minumannya langsung dari botol hingga tandas tak bersisa.
“Aku pulang, pakai lah untuk membayar semua wanita yang kau pakai,” lanjut Daniel sambil memberikan sebuah kartu pada sahabatnya.
“Hei! ayolah ini masih pagi, bahkan b*****g belum keluar, dan kau mau pulang?”
“Besok aku ada presentasi penting. jadi cukup buat malam ini.” Daniel menunjukkan botol yang sudah tandas ia minum, dan meninggalkan tempat laknat itu.
***
“Terimakasih anda masih mempercayai kami dalam menangani proyek-proyek hotel yang sedang anda garap."
“Kamu mempunyai semangat dan kreativitas tinggi, wajar jika kami mempercayai proyek ini pada dirimu. Tapi kenapa kamu bekerja pada orang lain? padahal kamu pewaris sah Mahesa Group.” Daniel terdiam sejenak, ia sering ditanyai pertanyaan serupa, tapi tak sekalipun ia menjawabnya dengan serius.
“Saya masih harus banyak belajar dan mendapatkan pengalaman, sebelum terjun langsung memimpin, dan mendapatkan kepercayaan dari papi murni karena saya mampu, bukan karena pewaris."
"Selain cerdas, kau benar-benar mirip Bagas muda yang selalu memiliki pemikiran yang berbeda, aku seperti melihat bintang bersinar pada diri mu, dan aku tidak sabar melihatnya."
____
Sorak-sorai memenuhi ruangan yang sengaja disewa oleh Daniel. Pria itu merayakan kemenangannya di sebuah kelab ternama satu paket dengan beberapa wanita dan minuman berserakan serta asap yang mengepul dari sahabat-sahabatnya.
“Dengar kabar wanita yang sedang menggerayangi Daniel barang baru dan dijamin masih tersegel.”
“Aku yakin Daniel bahkan tak merasa apa-apa. Setelah ia puas, giliran kita merasakannya.”
"Lepas!" sentakan Daniel tak hanya mengagetkan sang gadis, melainkan seluruh orang meski tak lama karena itu bukan pemandangan pertama bagi mereka melihat Daniel mencampakkan para gadis begitu saja ketika ia sudah muak.
"Ada apa tuan?"
“Ikut aku!” dengan penuh rasa ketakutan sang gadis mengikuti langkah Daniel yang entah pergi ke mana.
setelah menutup pintu cukup keras, Daniel mengamati gadis yang tadi tampak profesional kini tengah menekuk wajah tirusnya yang dipoles make-up menor membuat ia terlihat lebih dewasa dari umurnya.
“Kenapa kau seperti kucing ketakutan?” tanya Daniel, sembari melepas kancingnya.
“Tadi kau tampak seperti w*************a yang profesional, kalau sampai kau ku dapati tidak perawan, kau akan mendapat ganjaran setimpal beraninya menipu ku.”
Daniel menarik paksa gadis yang belum ia ketahui namanya hingga menyamai tinggi mereka, memperhatikan lekat-lekat struktur wajah yang diperkirakan masih berusia kisaran 20-an awal, atau mungkin masih belasan tahun.
“Maaf tuan, jangan lakukan itu pada saya, saya mohon." Daniel tersenyum miring.
“Lalu kenapa kau tadi berani menggoda ku? kemana perginya keberanian mu tadi?”
“Maaf kan saya tuan, saya hanya mendengar rumor kalau anda tidak tertarik pada wanita, walaupun saya bertelanjang sekali pun.”
Mendengar itu Daniel menghentikan kegiatannya, menoleh sekilas.
"Sepertinya kau terlalu mendengarkan rumor tidak mendasar."
“Kalau begitu kau bisa mengatakan yang sebenarnya setelah ini, kalau kau telah menghabiskan malam panas dengan ku, aku yakin setelah ini tarif kau akan mahal karena berhasil menggoda ku dan membantah rumor tak berdasar itu." mendengar itu sang gadis menggeleng cepat, air matanya semakin deras membasahi pipi.
“Saya mohon tuan, jangan lakukan itu saya mohon. Maafkan saya tuan saya mohon.” wanita itu memberanikan diri dengan bersujud di kaki Daniel.
Seketika Daniel bergeming, dunia seolah berputar pada belasan tahun yang lalu bayangan adiknya yang meronta meminta belas kasih terus menghantuinya.
“Bangun!” titah Daniel menepuk kuat dadanya, berusaha menetralkan deru napasnya.
“Mohon jangan lakukan itu tuan saya mohon,” ucap gadis itu masih dengan posisi yang sama.
“Aku bilang bangun atau aku akan merawani kau malam ini juga!” bentaknya cepat menarik kakinya sebelum ia benar-benar menendang wanita itu.
Benar saja wanita itu bangun meski dengan ketakutan mendominasi wajahnya, tubuhnya bergetar hebat.
“Bersihkan wajahmu yang kacau itu!” untungnya perempuan itu mengangguk dan menuruti ucapannya.
Daniel bisa bernafas normal kembali saat perempuan itu berjalan kearah kamar mandi. pusingnya sedikit berkurang, bayang-bayang adiknya pun lambat laun menghilang.
Daniel mencoba mengalihkan pikiran dengan rokok yang selalu sedia di saku celananya. Hampir satu bungkus rokok yang telah ia habiskan, tapi sepertinya belum ada tanda-tanda wanita itu akan keluar, akan sangat merepotkan jika wanita itu bunuh diri di dalam sana.
dengan tergesa-gesa Daniel kembali kedalam kamarnya, mengetuk pintu kamar mandi dengan cepat.
"Keluar sekarang atau pintunya ku dobrak!”
Daniel mematikan rokoknya ketika melihat gadis itu keluar dari kamar mandi, ia bisa bernapas lega.
“Tuan, mohon tuan lepasin saya.”
“Ini bayaran mu buat malam ini.” Daniel memberikan cek dengan nominal yang fantastis untuk ukuran wanita bayaran.
“Tapi ... tapi saya.” Perempuan itu tampak kebingungan pasalnya ia tak melakukan apapun.
“Dengan satu syarat, kau harus mengatakan kalau aku laki-laki yang hebat, meskipun aku meragukan harga dirimu.” Meski mulut pedasnya tak berkurang, wanita itu hanya menganggukkan wajahnya lagian siapa yang percaya pada wanita seperti dirinya?
“Baik tuan, terimakasih. kalau gitu saya permisi.” Wanita itu berjalan keluar dari kamar yang telah dipesan Daniel.
“Siapa yang menyuruhmu keluar?”
“Lalu saya harus bagaimana, tuan?” gadis itu bertanya penuh ketakutan.
"Terserah, kau bisa keluar tiga jam lagi, jangan coba-coba kabur atau kau akan benar-benar menyesal."
"Tidak pernah terbayangkan oleh ku harus menampung perempuan murahan antah berantah seperti kau."
gadis itu hanya bisa menunduk dalam ketika lagi-lagi ucapan pedas Daniel menghinanya. “Saya berharap maut segera menjemput, saya tidak sanggup menatap matahari besok pagi.” lagi-lagi Daniel menyunggingkan senyum smirk andalannya.
“Kau bisa pergi ke jembatan terdekat dan menceburkan diri."
“Dosa saya masih banyak tuan.”
Daniel berdehem pelan.
"Aku tidak pernah melihat kau sebelumnya." Daniel kembali melepas kancing kemejanya, bahkan kali ini benar-benar melepas kemejanya membuat gadis itu terlihat ketakutan.
"Aku akan memegang kata-kata ku untuk tidak menyentuh mu, sebagai gantinya kau ceritakan kenapa kau bisa melacur di sana."
Gadis itu menunduk dalam, hatinya ngilu mendengar fakta menjijikkan itu.
"Aku biasanya tidak pernah sebaik ini pada perempuan asing."
"Karena kau terlihat sepertinya." batin Daniel melanjutkan.
"Terima kasih tuan,"
"Itu tidak gratis, kau harus membayarnya dengan menceritakan siapa kau sebenarnya."
“Ah kau belum menyebutkan nama mu."
“Nama saya Dinda tuan, saya sudah tamat tiga tahun yang lalu, saya tamatan tata boga.” Daniel terkejut mendengar nama wanita itu, bagaimana bisa namanya sama persis dengan nama kembarannya yang telah meninggal.
“Kau pintar memasak?” tanya Daniel mencoba mengalihkan ingatan tentang adiknya.
“Menurut anak panti masakan saya lumayan enak.”
“Baiklah, lain kali kita membicarakan ini saya ingin tidur, tapi ingat! kau keluar tiga jam lagi. satu lagi, tinggalkan aku nomor kau yang bisa ku hubungi, untuk berjaga bila kau mengambil kesempatan untuk mencuri ketika aku tidur."
“Baik tuan, sekali lagi terimakasih."
***
Di belahan bumi lain seorang wanita tengah melahap popmie langsung dari cup nya, seakan ada seseorang yang akan merebut mie tersebut darinya. Tugasnya menjadi seorang dokter terkadang membuat pola makannya menjadi tidak teratur.
Kencannya bersama dokter Dimas gagal total karena pihak rumah sakit menelponnya, terjadi tabrakan beruntun paska longsor kemarin.
“Pelan-pelan saja makan mienya Nadine, tidak akan ada yang ingin merebut mie itu darimu.”
“Uhuk ...” Nadine terbatuk mendengar suara dokter Dimas yang entah kapan tiba.
“Pelan-pelan saja Nadine, ini minum dulu.”
“Iya dok terima kasih .” Nadine tersenyum kecil, tidak tahu harus berbuat apa.
“Nadine, karena tugas kita, jadinya kita gagal kencan, ujung-ujungnya kita mengenakan jas putih ini lagi.” Mendengar penuturan dokter Dimas, Nadine hanya menganggukkan kepala, ia bingung harus menjawab apa.
“Aku tadi pesan nasi padang, untuk kita makan malam bersama, tapi sepertinya kau sudah makan.”
"Eh, saya baru makan sedikit kok dok, jadi kalau hanya menghabiskan satu bungkus nasi Padang, perut saya masih sanggup kok," dusta Nadine. sebenarnya perutnya sudah kenyang, tapi untuk malam ini pengecualian.
***.