Hari itu berlalu dengan cepat, dan tidak terasa kini sudah waktunya Haru dan Mugi meninggalkan tempat tinggal mereka. Keduanya saling tatap, lalu bibir melengkungkan senyuman indah. Mereka sedang menanti sang atasan yang akan menjemput, setelah itu pergi keluar kota untuk mengikat janji sehidup semati. Kali ini Haru mengenakan gaun putih, hanya sebatas lutut. Rambut indahnya tergerai, lalu polesan make-up tipis yang begitu anggun menjadi pilihannya. Ia terlihat begitu cantik, bagaikan bunga mawar putih yang baru saja mekar. Sedangkan Mugi, ia mengenakan setelan jas berwarna putih, terlihat begitu tampan dan menawan. Pemuda itu juga sangat tampan, wajahnya seperti membawa banyak sekali kebahagiaan. “Kau sudah siap, Haru?” tanya Mugi yang bingung harus mengatakan apa lagi. Ia ingin memu

