Haru yang baru saja bicara dengan Mugi melalui telepon menghela napas panjang, ia kemudian menaruh ponselnya di atas meja, dan kembali merenung. Ada rasa yang aneh, seakan tidak percaya jika dirinya akan segera menikah hari ini juga. Rasa gugup menghampiri, dan membuatnya langsung menyandarkan kepada pada dinding caravan. ‘Aku akan menjadi istri seseorang, dan aku bukan lagi seorang gadis. Walau pun umurku masih remaja, aku akan menyandang gelar sebagai seorang wanita bersuami.’ Haru kemudian menatap gelas di hadapannya, ia mengingat tentang kenangan indahnya dan sang kakak. Saat mereka begitu dekat, saat mereka saling berbagi segala hal sebagai sepasang kakak dan adik. Rasa rindu menggebu, tetapi rasa sakit juga menghampiri dan melukai dirinya sangat dalam. Haru tahu betul jika rasa ya

