PART 13
Miko mengemasi barang-barang milik Denis .
Sesuia rencana , Denis akan ikut Miko pulang ke Jakarta.
Bukan Miko yang memaksa Denis , tapi Denis sendirilah yang memintanya .
Flasback
"Mam , mami boleh istirahat di rumah . Biar daddy yang jaga Denis. " Ucap Denis , ia sebenarnya sangat ingin dimanjakan maminya saat kondisinya seperti ini .
Namun lagi-lagi keinginan tak ingin menyusahkan maminya membuat Denis mengurungkan niatnya , Denis berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia bisa tanpa mami disisinya.
Dengan berat hati , Adam dan Felicia akhirnya memutuskan untuk pulang .
Mereka tidak menolak keinginan Denis , mereka berharap dengan adanya Miko dapat mempercepat pemulihan Denis .
Setelah Felicia dan Adam pergi , Denis lebih memilih memejamkan matanya lagi .
Banyak tidur,mungkin itu dapat mengurangi rasa sakit di kepala dan kakinya .
Ia juga tak ingin lama-lama berbasa-basi dengan Miko , tadi yang ia lakukan semata-mata agar Felicia tidak terlalu mengkhawatirkannya .
Setelah beberapa kali mencoba memejamkan mata , Denis sama sekali tidak dapat tertidur .
Ia memikirkan maminya , apa lebih baik ia ikut daddy-nya saja ke Jakarta?
Dengan begitu ia akan mengurangi beban Felicia yang harus merawatnya , ia tak ingin maminya kesusahan.
"Dad, " panggil Denis .
Miko mendekat, "ada apa nak ?"
"Setelah keluar dari sini , boleh aku ikut daddy ke Jakarta?"
Mata Miko membola , seakan tak percaya dengan apa yang diucapkan Denis .
"Benarkah ?" Denis mengangguk mantap .
"Bagaimana dengan mamimu ?"
"Justru ini demi mami , aku tak mau terus-terusan menyusahkan mami . Daddy mau kan mengurusku?" ucap Denis .
Dalam hatinya ia ingin menangis , ia tak ingin jauh dari maminya .
Tapi ini untuk kebaikan maminya juga , agar maminya bisa hidup tanpanya yang terus membebani seperti apa yang dikatakan Adam kepadanya .
"Oke , daddy akan mengurusmu sampai sembuh jagoan. " Miko tersenyum sumringah.
Flasback off
Keputusan Denis sudah bulat , ia tak ingin berubah pikiran lagi.
Di sana juga Denis akan mendapatkan pengobatan lanjutan , Miko menginginkan pengobatan terbaik untuk putranya .
Semuanya selesai , barang-barang keduanya telah diberesi .
Dokter pun sudah memperbolehkan Denis pulang , dengan catatan ia harus melakukan terapi untuk mempercepat penyembuhan Denis yang tentunya akan di lakukan di Jakarta.
Mata Adam mengernyit. "Loh ? Denis sudah diizinkan pulang ?"
"Sudah ." Jawab Denis singkat , ia masih marah dengan Adam .
"Mami sudah tahu ?"
"Sengaja gue gak memberi tahu mami , gue akan pulang sama daddy ke Jakarta."
"Ke Jakarta?" ucap Adam membeo .
"Iya , daddy akan merawat gue. Ya kan dad ?" tanya Denis kepada Miko yang siap mendorong kursi roda yang saat ini diduduki Denis .
Adam masih kebingungan , kenapa mendadak Denis sangat dekat dengan Miko .
Padahal yang ia tahu Denis sama sepertinya , sama-sama benci kepada Miko .
Namun kenapa sekarang begitu akrab ? sampai-sampai Denis akan ikut ke Jakarta?
"Kenapa ?"
"Seperti yang Lo bilang , gue gak mau nyusahin hidup mami. "
Adam berlutut di depan Denis. "Gue minta maaf , gue tau gue salah . Tapi pliss , jangan tinggalin mami sendirian . Dia bisa sedih ,"
Denis tersenyum mencibir, "bukannya dengan adanya gue malah semakin membuat mami sedih ? Itu kan yang Lo katakan sama gue ? "
Kata-kata tajam Adam masih teringat jelas di ingatan Denis , masih sangat membekas di hati anak itu .
Adam tertunduk lemas , gara-gara ucapannya semuanya kacau .
Denis ikut Miko , itu akan membuat kesedihan yang mendalam bagi maminya .
Seperti saat ia memilih tinggal bersama Adit dulu , Felicia pasti merasa kesepian jika ditinggal Denis .
Tanpa sadar , Miko telah mendorong kursi roda Denis menjauh darinya .
Adam masih terpaku , ia tak menyangka ini akan terjadi .
Drtt...drtt...
Sebuah panggilan dari Edo , orang kepercayaan Adam yang melancarkan tujuannya.
"Kenapa Do ?"
"Gue berhasil naikin pembelian saham di perusahaan pak Miko , jadi 50%."
"Sudah dipastikan tidak ada yang curiga ?"
"Semua aman."
"Thanks bro , kerja bagus . Gue mesti ngurus adik gue dulu , urusan fee nanti gue transfer."
"Oke."
Tut...
Adam menyeringai , semakin mudah saja jalannya .
Semua ia lakukan demi Felicia dan Denis , enak saja si Yasmin itu bisa menikmati kekayaan Miko sendiri.
Adam mengejar Miko dan Denis , Denis sudah berada dalam taksi .
Miko kembali lagi ke ruangan untuk mengambil barang-barangnya dan barang Denis.
"Tujuan Anda apa lagi pak Miko ?"
Alis Miko mengkerut , ia tak paham maksud Adam ."Tujuan ?"
"Iya ! Setelah anda menghancurkan hidup mami dan mami sudah bangkit , Anda ingin mami saya kembali terpuruk !" ucap Adam sarkastik.
"Maaf , tak ada tujuan lain dari saya selain ingin menuruti keinginan anak saya, " Miko masuk ke dalam ruangan , mengambil barang-barangnya.
"Tetap biarkan Denis di sini , atau akan saya hancurkan hidup Anda !" Tantang Adam .
"Silahkan saja , bagi saya tak masalah ." Ucap Miko melewati Adam begitu saja .
Tangan Adam mengepal erat , ia tak akan bercanda dengan kata-katanya kali ini .
Sekali lagi pria itu membuat maminya menangis , ia akan balas lebih kejam dari yang Miko perbuat .
Lihat saja nanti pak Miko yang terhormat ! Batin Adam .
Dada Adam naik turun , menahan emosi yang bisa saja meledak kapan saja .
Ia duduk di bangku untuk meredakan emosinya , menutup wajah dengan kedua tangannya.
Ia merasakan seseorang duduk di sampingnya .
"Hey , kenapa ?" suara mungil terdengar ditelinga Adam .
Adam hanya diam ,ia sedang tak ingin diganggu .
"Ada apa?" suara itu kembali terdengar.
Adam mendengus kesal , orang itu tak tahu jika mood Adam sedang buruk.
Ia bisa saja meluapkan kekesalannya pada gadis yang sekarang berada di sampingnya itu . Clarissa , Clarissa lah yang kini ada di samping Adam .
Adam mendelik ke arah Rissa. "APA !"
Rissa bergidik ngeri , tatapan Adam seolah ingin menelannya bulat-bulat.
"Gue minta tolong kayak yang kemarin, " ucap Rissa takut.
"Gak ada urusan lagi sama lo , gue pusing ! " Adam beranjak dari duduknya .
Saat akan melangkah , Rissa berlutut di depan Adam membuat langkah Adam terhenti.
"Gue mohon , kali ini saja . Mama terus ngedesak gue nikah sama Alex , gue mau Lo yakinin Mama kalau kita beneran pacaran." Mohon Rissa , ia mendongak . Menatap Adam dengan tatapan memohon .
Adam melihat tatapan itu , ia merasa iba .
"Tapi gue harus susulin adik gue , gue bisanya nolongin Lo besok. " Ucap Adam final .
Rissa berdiri , saking girangnya tanpa sadar ia mengecup pipi Adam .
"Makasih , gue mau ambil obat dulu buat Mama," ucap Rissa dengan senyum yang mengembang .
"Ya." Adam berbalik , lalu melangkah ke parkiran .
"Eh tunggu , gue minta nomor ponsel Lo dong. "
Adam memutar bola matanya malas , bilang saja gadis itu mau minta nomornya pakai ada drama terlebih dahulu.
"Udah , gue pulang dulu." Pamit Adam .
Rissa melambaikan tangannya , meski hanya punggung Adam yang melihatnya.
_____
Felicia sengaja pulang awal dari cafenya , ia ingin menemani Denis di rumah sakit siang ini .
Felicia masuk ke dalam rumah , saat sebuah taksi berhenti di depan rumahnya ia memicingkan matanya memastikan siapa yang bertamu .
Seorang pria turun dari taksi itu ,
"Miko. " Gumam Felicia.
Miko membuka pintu bagian samping , dibantunya Denis turun dari mobil .
"Denis!" pekik Felicia senang , karena anaknya sudah diperbolehkan pulang.
"Kamu sudah pulang Denis ?" Felicia berjongkok di depan kursi roda yang diduduki Denis , dibingkainya wajah putranya .
Denis hanya memandangnya datar , seolah tak ada ekspresi senang bisa pulang ke rumah Felicia.
"Mari masuk, " ajak Felicia , tak menghiraukan tatapan Denis .
"Mam , Denis mau pamit . Denis ikut daddy ke Jakarta." Ucap Denis masih dengan ekspresi datarnya , ada kesedihan yang disembunyikan Denis .
Felicia terpaku , otaknya berhenti bekerja sepersekian detik .
"Kenapa ?" tanya Felicia sesaat setelah bisa menguasai dirinya .
Ada kesedihan dari pancaran mata teduh Felicia , matanya berkaca-kaca namun ia berusaha untuk menahannya.
Semua demi mami , Denis mau mami hidup bahagia tanpa Denis mi . Batin Denis , sejujurnya ia sama terlukanya.
"Maaf mam , Denis pergi sekarang. Mami jaga diri baik-baik ya. " Ucap Denis .
Ia meminta Miko membantunya masuk kembali ke dalam taksi , sementara Miko berpamitan terlebih dahulu kepada mantan istrinya.
"Kami pamit , jangan khawatir aku akan menjaga Denis mu " ucap Miko , ia sebenarnya tidak tega melihat Felicia. Namun semua ini sudah menjadi pilihan Denis .
Tubuh Felicia terasa lemas ketika taksi itu berjalan meninggalkan rumahnya , tubuhnya limbung. Beruntung Adam yang baru saja pulang dari rumah sakit cepat menopang tubuh maminya , jika tidak kepala Felicia sudah terbentur lantai .
Adam membawa maminya masuk ke dalam rumah , ia mencoba untuk menenangkan hati Felicia.
Tak ada air mata yang mengalir , Felicia berhasil menahannya .
Ia sudah terlalu banyak menangis dalam hidupnya , saat ini ia berusaha ikhlas menerima kenyataan.
Walaupun ia harus jauh dengan Denis , putra bungsunya .
Felicia berjalan lunglai ke kamarnya , menyendiri mungkin lebih baik untuk menenangkan hatinya .
Sialan ! Umpat Adam .
Ia kembali menyaksikan kepiluan yang dirasakan maminya , semua karena pria itu yang hadir kembali dalam kehidupan mereka.
Adam sudah bertekad , ia akan membalas apapun yang dilakukan Miko karena sudah menyakiti hati maminya lagi .
_____
Denis Pov
Aku menatap nanar ke arah jendela , pikiranku melayang .
Baru saja aku menyakiti hati mami , meski mami berusaha menyembunyikannya aku tahu ia terluka .
Tak ada yang bisa mami sembunyikan dariku , tak satupun hal kecil yang bisa ia tutupi .
Seperti tadi , mami berusaha terlihat baik-baik saja. Namun aku tahu , saat ini ia tengah kecewa .
Maafkan Denis mi , ini demi mami .
Denis janji , setelah Denis sembuh Denis bakalan pulang lagi ke rumah mami .
Aku menoleh ke arah samping , ada seorang pria yang bisa ku sebut sebagai daddy ku.
Lama tak pernah tahu wajah daddy , membuatnya seperti orang asing bagiku .
Aku tak ingin berlama-lama bersama orang ini , hanya sebentar mi . Mami yang kuat ya .
Kini aku telah sampai di bandara Ahmad Yani Semarang , daddy....
Daddy ? Lidahku terasa asing memanggil sebutan itu .
Daddy mendorong kursi rodaku , lalu kami naik lift khusus buat yang naik kursi roda sepertiku.
Kami berdua duduk berdampingan , rasanya sangat canggung berada di dekat orang asing meskipun ia daddy ku sendiri .
Waktu beberapa hari bersama tak membuat hubunganku dengannya berubah , tetap sama seperti sebelum aku bertemu dengannya. Sebatas orang baru yang tidak saling mengenal , hanya saja status kami anak dan ayah .
Pesawat lepas landas , membawaku pergi dari kota ini .
Kota penuh kenangan , penuh perjuangan .
Mam , pegang janjiku. Aku akan segera pulang , secepatnya!
*****