PART 14

1296 Kata
PART 14 Adam pov   Ku pandangi foto ku bersama dengan Denis , masa kecil kita berdua yang sangat mengesankan. Dulu , pernah berpikir hadirnya Denis sebagai adik akan menggeser posisiku sebagai prioritas mami , namun aku salah mami tetap seperti mami sebelum ada Denis . Ia tetap menyayangiku , tak ada yang berubah . Kami tumbuh bersama , bagiku punya adik seperti Denis sangat menyenangkan. Walaupun kadang ia menyebalkan , tapi aku sangat menyayangi adikku yang bandel itu . Kini hubungan kami berdua sangat renggang , aku tak tahu harus mulai bicara darimana kepada mami kalau hubungan kami sedang tidak baik-baik saja . Huh..aku tak mau mami membenciku , tapi aku juga tidak mau mami kecewa kepadaku. Sungguh pilihan yang sulit . Batinku . Sebuah ketukan dari pintu depan mengalihkan fokusku , terdengar suara pria dari luar. Dengan langkah berat , aku menuju pintu depan untuk membukakan pintu untuk tamu itu . Seorang pria dan putri kecilnya yang berseragam TK , siapa ? Kenalan mami ? "Selamat sore, " ucapnya . Aku mengernyit , tak kenal siapa orang yang kini berdiri di hadapanku "sore " "Maaf , benar ini rumah Felicia?" tanyanya . "Benar , siapa ya ?" "Reihan , dan ini Putri saya Tiara." Ia mengenalkan diri kepadaku , ku persilakan mereka berdua masuk dan duduk di sofa . "Silahkan duduk , aku panggilkan mami dulu. " Pamitku , aku menuju kamar mami . Sejak kepergian Denis tadi , mami mengurung diri di kamar . Aku tahu , pasti ia tengah menangis . "Mi , ada tamu." Teriakku dari luar kamar mami . Tak lama , mami membuka pintu . Wajahnya terlihat segar , sepertinya baru saja mencuci muka agar tidak terlihat kalau ia habis menangis . Satu kebiasaan mami yang selalu ku ingat , ia akan menyembunyikan kesedihannya dari anak-anaknya . "Siapa ?" "Reihan katanya ." Mami mengangguk , ia melangkah ke ruang tamu menemui Reihan dan Tiara . Lebih baik ku siapkan minum dan camilan untuk tamu mami . Saat aku keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi minuman dan camilan , ku lihat bocah kecil itu duduk di pangkuan mami . Terlihat sangat dekat , aku jadi penasaran siapa mereka ? "Tante , Tiara kangen sama Tante . Maaf ya , beberapa hari ini Tiara tidak ke cafe . Ayah ada tugas di luar kota , Tiara diajak . Jadi tidak bisa makan ice cream di cafe Tante, " ucapnya manja . Sepertinya mereka sudah saling kenal , jadi anak itu sangat dekat dengan mami . Lebih baik aku nonton tv saja , biarkan mami mengobrol dengan mereka berdua . Agar ia bisa melupakan Denis sejenak , ku lihat mami tersenyum mendengar celotehan anak yang bernama Tiara itu . ______ Reihan pov Aku mendatangi rumah Felicia , Tiara merengek minta bertemu wanita yang ia panggil Tante itu . Sudah lama juga aku tak bertemu dengan Felicia , urusan pekerjaan memaksaku pergi keluar kota beberapa hari lalu . Aku melihat seorang pemuda berada di rumah Felicia , siapa dia ? Tampan , apa calon pacar Felicia ? Dengan sopan pemuda itu menyilahkan aku masuk ke dalam rumah , lalu memberikan suguhan buat kami berdua . Siapa sebenarnya dia ? Tiara tiba-tiba duduk di pangkuan Felicia , mungkin ia merindukan sosok ibu yang telah meninggal 2 tahun yang lalu saat ia masih berusia 3 tahun . Melihat Felicia yang menyambut hangat Tiara , membuatku yakin kalau dia calon ibu yang cocok bagi anakku. Tapi aku tak mau banyak berhayal , belum tentu dia mau menerimaku . Oh iya , aku sampai lupa . Aku tadi mampir ke cafe dan bilang Felicia pulang ke rumahnya , Aku minta alamat rumah Felicia sekalian menjenguk anaknya yang kecelakaan. Katanya sudah dibawa pulang , namun aku tak melihat tanda-tanda adanya orang lain selain Felicia dan pemuda tadi . Sebelum aku bertanya ,Tiara terlebih dahulu menanyakan apa yang ingin aku tanyakan . "Tante , kakak yang sakit ke mana ?" Felicia seperti tersentak , raut wajahnya berubah. "Kakaknya ke Jakarta." Ada kesedihan dalam ucapan Felicia. "Ke Jakarta?" Tak sadar aku membeo . "Iya , ikut daddy-nya." Daddy ? Ah , mungkin yang ia maksud mantan suaminya . Semakin kecil sepertinya kesempatanku untuk mendapatkan Felicia , ia saja masih berhubungan dengan mantan suaminya. "Terus kakak yang tadi siapa Tante ?" tanya Tiara . Lagi-lagi , ia mendahului ku menanyakan hal itu . "Itu anak Tante , namanya mas Adam. " Ucap Felicia. Ah , aku lega . Hilang satu sainganku , tinggal mantan suaminya. Tuhan , semoga tidak ada CLBK diantara mereka.aamiin . Tiara terlihat senang ku ajak berkunjung ke rumah Felicia , sama seperti ku , aku juga senang . Meskipun kami baru mengenal , tak ada salahnya kan kalau aku berharap lebih ? Status ku duda , dia janda . Sah-sah saja kan jika aku dan dia suatu saat menjalin cinta ? sudah cukup lama setelah istriku meninggal aku tak main cinta-cintaan , aku terlalu sibuk mengurus bisnis dan putri kecilku yang ceriwis itu . Tak terasa sudah hampir Maghrib , sebaiknya aku pamit pulang. "Sudah sore , pulang yuk Tiara. " Ajakku kepada Tiara . Ia cemberut , masih ingin berlama-lama dengan Felicia. Aku harus bisa membujuknya , jika tidak , bisa saja nanti tertangkap jepretan henpon jadul para ibu-ibu di kompleks ini . Nanti malah tersebar berita yang tidak-tidak , padahal kami tidak berbuat apa-apa. "Tante Cia , ayah ngajak pulang . Tiara pulang dulu ya ?" pamitnya kepada Felicia. "Iya , sudah sore . Besok-besok main ke cafe Tante lagi ya ?" ucap Felicia. Aku tersenyum kecil , itu suatu undangan kan buat kami ? Tentu saja Felicia ,tanpa kamu suruh pun aku akan sering main ke cafemu . "Kami pamit dulu ya , see you. " Ucapku , ia mengantar kami sampai di depan rumahnya. Sudah seperti istri yang akan mengantar suaminya pergi kerja saja , hihihi mikir apa aku ini . Aku masuk ke dalam mobilku setelah terlebih dahulu Tiara masuk , ku nyalakan mesin mobilku. Ku acungkan dua jariku , padahal tadi aku ingin melambaikan tangan. Kadang salah tingkah membuatku seperti orang bodoh , aku segera menjalankannya mobilku sekalian menyembunyikan rasa malu ku . Bodoh kamu Reihan ! Aku merutuki diriku sendiri. Untung saja Tiara tadi tak melihat gerakan tanganku , jika iya pasti aku sudah ditertawakan bocah kecil kesayanganku ini . Perlahan tapi pasti , mobilku keluar dari kompleks perumahan Felicia. Aku membawa mobilku ke arah rumahku. Author pov Felicia masuk ke dalam rumah setelah mobil Reihan yak terlihat lagi , ia tersenyum. Hadirnya Tiara barusan bisa mengobati sedih hatinya , melupakan sejenak Denis yang telah tinggal bersama Miko . "Mi," Felicia menoleh. "Iya ?" "Tadi siapa ?" tanya Adam dengan tatapan menyelidik. Ia curiga , apa pria itu yang dimaksud Denis "pacar" maminya ? "Te..te..teman mami, " ucap Felicia terbata . Adam beranjak dari duduknya, "bener cuma temen ?" Felicia mendengus kesal , kenapa juga ia tergagap di hadapan Adam . "Iya , anaknya itu langganan cafe mami." Felicia duduk di sofa , ia menunggu diintrogasi Adam . Ia paham jika tatapan anaknya sudah begitu , pasti Adam akan menanyainya macam-macam. "Sejak kapan ?" "Sebulan.. dua bulan yang lalu." Felicia mengingat-ingat. "Oh , ya udah . Adam pesen , mami jangan mudah terbuai . Takut disakitin lagi. " Ucap Adam memperingatkan. Felicia menatap bingung , apa maksud Adam ? "Maksudnya?" "Cepat atau lambat , status temen bisa berubah jadi demen mi . Adam gak mau kayak yang sudah-sudah , mami mesti hati-hati." Ucap Adam. Ia beranjak ke kamar mandi, meninggalkan maminya yang tengah meresapi kata-katanya. Masih terlalu dini bagi Felicia untuk mengubah status temen jadi demen , toh mereka baru saling kenal . Belum ada getaran di hati Felicia , ia masih butuh waktu untuk kembali membuka hatinya . *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN