PART 14
Adam pov
Ku pandangi foto ku bersama dengan Denis , masa kecil kita berdua yang sangat mengesankan.
Dulu , pernah berpikir hadirnya Denis sebagai adik akan menggeser posisiku sebagai prioritas mami , namun aku salah mami tetap seperti mami sebelum ada Denis . Ia tetap menyayangiku , tak ada yang berubah .
Kami tumbuh bersama , bagiku punya adik seperti Denis sangat menyenangkan.
Walaupun kadang ia menyebalkan , tapi aku sangat menyayangi adikku yang bandel itu .
Kini hubungan kami berdua sangat renggang , aku tak tahu harus mulai bicara darimana kepada mami kalau hubungan kami sedang tidak baik-baik saja .
Huh..aku tak mau mami membenciku , tapi aku juga tidak mau mami kecewa kepadaku. Sungguh pilihan yang sulit . Batinku .
Sebuah ketukan dari pintu depan mengalihkan fokusku , terdengar suara pria dari luar.
Dengan langkah berat , aku menuju pintu depan untuk membukakan pintu untuk tamu itu .
Seorang pria dan putri kecilnya yang berseragam TK , siapa ? Kenalan mami ?
"Selamat sore, " ucapnya .
Aku mengernyit , tak kenal siapa orang yang kini berdiri di hadapanku "sore "
"Maaf , benar ini rumah Felicia?" tanyanya .
"Benar , siapa ya ?"
"Reihan , dan ini Putri saya Tiara." Ia mengenalkan diri kepadaku , ku persilakan mereka berdua masuk dan duduk di sofa .
"Silahkan duduk , aku panggilkan mami dulu. " Pamitku , aku menuju kamar mami .
Sejak kepergian Denis tadi , mami mengurung diri di kamar .
Aku tahu , pasti ia tengah menangis .
"Mi , ada tamu." Teriakku dari luar kamar mami .
Tak lama , mami membuka pintu .
Wajahnya terlihat segar , sepertinya baru saja mencuci muka agar tidak terlihat kalau ia habis menangis .
Satu kebiasaan mami yang selalu ku ingat , ia akan menyembunyikan kesedihannya dari anak-anaknya .
"Siapa ?"
"Reihan katanya ." Mami mengangguk , ia melangkah ke ruang tamu menemui Reihan dan Tiara .
Lebih baik ku siapkan minum dan camilan untuk tamu mami .
Saat aku keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi minuman dan camilan , ku lihat bocah kecil itu duduk di pangkuan mami .
Terlihat sangat dekat , aku jadi penasaran siapa mereka ?
"Tante , Tiara kangen sama Tante . Maaf ya , beberapa hari ini Tiara tidak ke cafe . Ayah ada tugas di luar kota , Tiara diajak . Jadi tidak bisa makan ice cream di cafe Tante, " ucapnya manja .
Sepertinya mereka sudah saling kenal , jadi anak itu sangat dekat dengan mami .
Lebih baik aku nonton tv saja , biarkan mami mengobrol dengan mereka berdua .
Agar ia bisa melupakan Denis sejenak , ku lihat mami tersenyum mendengar celotehan anak yang bernama Tiara itu .
______
Reihan pov
Aku mendatangi rumah Felicia , Tiara merengek minta bertemu wanita yang ia panggil Tante itu .
Sudah lama juga aku tak bertemu dengan Felicia , urusan pekerjaan memaksaku pergi keluar kota beberapa hari lalu .
Aku melihat seorang pemuda berada di rumah Felicia , siapa dia ?
Tampan , apa calon pacar Felicia ?
Dengan sopan pemuda itu menyilahkan aku masuk ke dalam rumah , lalu memberikan suguhan buat kami berdua .
Siapa sebenarnya dia ?
Tiara tiba-tiba duduk di pangkuan Felicia , mungkin ia merindukan sosok ibu yang telah meninggal 2 tahun yang lalu saat ia masih berusia 3 tahun .
Melihat Felicia yang menyambut hangat Tiara , membuatku yakin kalau dia calon ibu yang cocok bagi anakku.
Tapi aku tak mau banyak berhayal , belum tentu dia mau menerimaku .
Oh iya , aku sampai lupa .
Aku tadi mampir ke cafe dan bilang Felicia pulang ke rumahnya , Aku minta alamat rumah Felicia sekalian menjenguk anaknya yang kecelakaan.
Katanya sudah dibawa pulang , namun aku tak melihat tanda-tanda adanya orang lain selain Felicia dan pemuda tadi .
Sebelum aku bertanya ,Tiara terlebih dahulu menanyakan apa yang ingin aku tanyakan .
"Tante , kakak yang sakit ke mana ?"
Felicia seperti tersentak , raut wajahnya berubah.
"Kakaknya ke Jakarta." Ada kesedihan dalam ucapan Felicia.
"Ke Jakarta?" Tak sadar aku membeo .
"Iya , ikut daddy-nya."
Daddy ? Ah , mungkin yang ia maksud mantan suaminya .
Semakin kecil sepertinya kesempatanku untuk mendapatkan Felicia , ia saja masih berhubungan dengan mantan suaminya.
"Terus kakak yang tadi siapa Tante ?" tanya Tiara .
Lagi-lagi , ia mendahului ku menanyakan hal itu .
"Itu anak Tante , namanya mas Adam. " Ucap Felicia.
Ah , aku lega . Hilang satu sainganku , tinggal mantan suaminya.
Tuhan , semoga tidak ada CLBK diantara mereka.aamiin .
Tiara terlihat senang ku ajak berkunjung ke rumah Felicia , sama seperti ku , aku juga senang .
Meskipun kami baru mengenal , tak ada salahnya kan kalau aku berharap lebih ?
Status ku duda , dia janda .
Sah-sah saja kan jika aku dan dia suatu saat menjalin cinta ?
sudah cukup lama setelah istriku meninggal aku tak main cinta-cintaan , aku terlalu sibuk mengurus bisnis dan putri kecilku yang ceriwis itu .
Tak terasa sudah hampir Maghrib , sebaiknya aku pamit pulang.
"Sudah sore , pulang yuk Tiara. " Ajakku kepada Tiara .
Ia cemberut , masih ingin berlama-lama dengan Felicia.
Aku harus bisa membujuknya , jika tidak , bisa saja nanti tertangkap jepretan henpon jadul para ibu-ibu di kompleks ini .
Nanti malah tersebar berita yang tidak-tidak , padahal kami tidak berbuat apa-apa.
"Tante Cia , ayah ngajak pulang . Tiara pulang dulu ya ?" pamitnya kepada Felicia.
"Iya , sudah sore . Besok-besok main ke cafe Tante lagi ya ?" ucap Felicia.
Aku tersenyum kecil , itu suatu undangan kan buat kami ?
Tentu saja Felicia ,tanpa kamu suruh pun aku akan sering main ke cafemu .
"Kami pamit dulu ya , see you. " Ucapku , ia mengantar kami sampai di depan rumahnya.
Sudah seperti istri yang akan mengantar suaminya pergi kerja saja , hihihi mikir apa aku ini .
Aku masuk ke dalam mobilku setelah terlebih dahulu Tiara masuk , ku nyalakan mesin mobilku.
Ku acungkan dua jariku , padahal tadi aku ingin melambaikan tangan.
Kadang salah tingkah membuatku seperti orang bodoh , aku segera menjalankannya mobilku sekalian menyembunyikan rasa malu ku .
Bodoh kamu Reihan ! Aku merutuki diriku sendiri.
Untung saja Tiara tadi tak melihat gerakan tanganku , jika iya pasti aku sudah ditertawakan bocah kecil kesayanganku ini .
Perlahan tapi pasti , mobilku keluar dari kompleks perumahan Felicia. Aku membawa mobilku ke arah rumahku.
Author pov
Felicia masuk ke dalam rumah setelah mobil Reihan yak terlihat lagi , ia tersenyum.
Hadirnya Tiara barusan bisa mengobati sedih hatinya , melupakan sejenak Denis yang telah tinggal bersama Miko .
"Mi,"
Felicia menoleh. "Iya ?"
"Tadi siapa ?" tanya Adam dengan tatapan menyelidik.
Ia curiga , apa pria itu yang dimaksud Denis "pacar" maminya ?
"Te..te..teman mami, " ucap Felicia terbata .
Adam beranjak dari duduknya, "bener cuma temen ?"
Felicia mendengus kesal , kenapa juga ia tergagap di hadapan Adam .
"Iya , anaknya itu langganan cafe mami." Felicia duduk di sofa , ia menunggu diintrogasi Adam .
Ia paham jika tatapan anaknya sudah begitu , pasti Adam akan menanyainya macam-macam.
"Sejak kapan ?"
"Sebulan.. dua bulan yang lalu." Felicia mengingat-ingat.
"Oh , ya udah . Adam pesen , mami jangan mudah terbuai . Takut disakitin lagi. " Ucap Adam memperingatkan.
Felicia menatap bingung , apa maksud Adam ?
"Maksudnya?"
"Cepat atau lambat , status temen bisa berubah jadi demen mi . Adam gak mau kayak yang sudah-sudah , mami mesti hati-hati." Ucap Adam. Ia beranjak ke kamar mandi, meninggalkan maminya yang tengah meresapi kata-katanya.
Masih terlalu dini bagi Felicia untuk mengubah status temen jadi demen , toh mereka baru saling kenal .
Belum ada getaran di hati Felicia , ia masih butuh waktu untuk kembali membuka hatinya .
*****