PART 16

1775 Kata
PART 16   Author pov Miko berjalan cepat menuju rumahnya setelah turun dari taksi , badannya terasa lengket ia ingin segera mandi . Ia pulang ke rumah setelah menitipkan Denis di rumah orang tuanya , belum saatnya ia membawa pulang Denis ke rumahnya sendiri. Banyak yang harus dipertimbangkan , belum tentu Denis mau tinggal di rumahnya jika tahu ada ibu tiri dalam rumah itu . Miko menghela napas berat , semoga secepatnya ia bisa membawa Denis pulang agar ia tak harus bolak-balik ke rumah Surya . Sampai di depan pintu , berulang kali memencet bel .Sepuluh menit ia berdiri di depan pintu , tapi belum ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka lalu ia mencoba menelpon bi Siti . "Halo bi , bisa bukain saya pintu ?" "Tuan sudah pulang ? Maaf saya ketiduran . Saya ke depan ya tuan. " Ucap bi siti tak enak , karena membuat majikannya menunggu . Tak lama , pintu terbuka . Miko segera melangkah masuk , diikuti bi Siti di belakangnya. "Yasmin tidak di rumah ?" ucap Miko sembari mencopot sepatu , lalu meletakkannya di rak sepatu . Saat masuk tadi , ia tak melihat mobil Yasmin . "Sudah beberapa hari ini nyonya tidak pulang tuan. " Ucap bi siti takut . "Ke mana dia ?" Gumam Miko . "Tuan sudah makan ? Mau saya bikinin minuman ?" tawar bi Siti , Miko menggeleng. Ia melangkah ke kamarnya , sebelum sampai di kamar ia mengecek keadaan Marsya . Marsya tengah tertidur pulas di ranjangnya , Miko menghela napas lega . Ia kasihan kepada anaknya itu , punya ibu namun seperti tak punya . Miko juga sibuk dengan urusannya sendiri , membuat Marsya lebih dekat kepada bi Siti pengasuhnya sejak bayi . "Maafin papa, "sesal Miko . Ditutupnya pintu kamar Marsya , lalu ia masuk ke dalam kamarnya. Mengguyur badan di tengah malam sepertinya dapat menghilangkan rasa capek di sekujur badan Miko , setelah itu ia bisa beristirahat dengan nyenyak. Setelah mandi , Miko naik ke atas ranjangnya . Ia menatap sebelah ranjangnya yang sudah lama kosong , andai saja ia masih bersama Felicia mungkin ranjang itu akan selalu terasa hangat . Mungkin ia manusia terbodoh di dunia , ia menyia-nyiakan yang tulus mencintainya . Miko menghela napas berat , adakah kesempatan untuknya bisa rujuk dengan Felicia? Ia menggeleng pelan , mana mungkin wanita itu mau dengan dirinya lagi . "Sudahlah Miko , terima nasibmu ini! " ucapnya pada diri sendiri. Ia memejamkan matanya , kemudian ia sudah nyenyak dalam tidurnya malam ini . _____ Denis telah bersiap , sesuai janji Miko hari ini mereka akan melakukan terapi untuknya . Sembari menunggu kedatangan Miko , Denis bercengkrama dengan Oma dan Opa nya. Kecanggungan telah hilang di antara mereka , kini mereka terlihat akrab . Pandangan Denis tertuju disebuah foto yang tergantung di dinding , seorang wanita dengan gaun putih melekat di tubuhnya. "Cantik " gumam Denis . Surya dan Maya mengikuti arah pandangan Denis , mereka tersenyum pahit mengingat kenangan itu . Kenangan di mana indahnya pernikahan Miko dan Felicia hanya berlangsung seumur jagung. "Itu ibumu waktu masih muda, " ucap Surya . Denis mengagumi kecantikan maminya , pantas saja maminya kini juga masih cantik bahkan semakin cantik . "Kami sengaja masih memasangnya , bagi kami ia adalah mantu kesayangan . Sampai sekarang pun Oma masih menganggap Felicia anak Oma. " Ungkap Maya sedih . Maya belum sempat bercerita lebih banyak , Miko sudah masuk ke dalam rumah dan menghampiri mereka . "Hai jagoan , ayo kita berangkat." Ucap Miko semangat. Denis memutar bola matanya malas , sok asik sekali daddy-nya ini . Denis hanya pasrah saat Miko mendorong kursi rodanya ke luar dari rumah Surya , jika saja bukan karena ingin terapi mungkin Denis akan menolak . Lebih baik ia di rumah bersama dengan Oma dan Opa nya , ketimbang harus pergi bersama lelaki yang menyebalkan itu. Miko mendudukan Denis di sebelahnya , sengaja ia tak memakai supir . Ia ingin mengakrabkan diri kepada Denis , agar hubungannya dengan Denis seperti hubungan ayah dan anak pada umumnya. Perlahan Miko melajukan mobilnya , sesekali ia melirik Denis yang hanya diam . "Denis," "Daddy, " ucap mereka bersamaan. "Aah, aku boleh minta nomer pak Yono ?" tanya Denis . Miko mengerutkan keningnya "Untuk apa ?" "Mau bilang ke pak Yono , nitip anak-anak." "Ohhh ." Miko menyerahkan ponselnya , Denis menerima ponsel itu. Saat ia menekan lockscreen , ia melihat wajah maminya yang tengah tersenyum . Buat apa daddy masih menimpan foto mami ? batinnya . Dengan cepat ia menyalin nomor posel pak Yono , ia tak ingin terlalu larut memikirkan maksud daddynya yang masih menggunakan foto maminya sebagai wallpaper . Ia mengembalikan ponsel Miko , lalu mengetikkan pesan untuk pak Yono . "Sejak kapan kamu kenal mereka ?" "Udah lama, " Jawab Denis yang masih fokus dengan ponselnya . ish , Kepo ! batin Denis . "Udah." "Di mana ?" Pertanyaan demi pertanyaan di lontarkan Miko , seperti saat ia mewawancarai calon karyawannya . Ia bingung mencari topik yang pas untuk berbicara dengan Denis . "Di jalanan." "Daddy minta tolong , kamu lebih selektif milih temen." "kenapa ? mereka baik , selama kenal mereka gak pernah jahatin aku." "Bukan begitu..." Denis memotong ucapan Miko "mereka tuh sama kayak aku , bedanya aku masih punya mami . kita sama-sama broken home , bagiku gak masalah berteman dengan mereka . tampilan mereka memang urakan , namun hatinya enggak . mami gak pernah ngajarin aku buat milih-milih temen , asalkan mereka gak membawa pengaruh buruk buat aku mami  tenang-tenang aja . Daddy jangan khawatir , aku sudah bisa milih mana yang baik mana yang enggak. Dan jangan pernah lihat orang dari tampilannya , kita gak bakal tahu aslinya orang itu sebelum kita saling mengenal ." Ucapan Denis membungkam mulut Miko ,ia tidak bisa berkata-kata lagi . Niat hati ingin menasehati anaknya , malah ia sendiri yang dinasehati . Miko melajukan mobil ke kantornya , bukan ke rumah sakit tempat Denis akan menjalani terapi . Hari ini ada meeting dengan jajaran direksi perusahaannya , membuat Miko terlebih dahulu membawa Denis ke kantornya . Daripada ia bolak-balik , mending sekalian saja . Tak ada protes dari Denis , ia menurut saja dengan apapun yang dilakukan daddynya . Mereka telah sampai di halaman parkir kantor Miko , ia mengitari bagian depan mobilnya untuk membantu Denis turun. Seorang satpam turut membantu Miko , namun ia sedikit bingung . Dengan siapa bosnya itu ? "Makasih pak Amir." Ucap Miko , pak Amir mengagguk dan kembali ke tempatnya . Miko mendorong kursi roda Denis , saat sampai di Lobby banyak karyawan menatap heran ke arah mereka . Baru kali ini Miko datang bareng dengan seseorang , jika dilihat orang itu masih berusia remaja . Miko denga cuek melewati mereka , sesekali membalas senyuman yang mereka lempar ke arahnya . Miko dan Denis menaiki lift , Miko memencet lantai 8 . Mereka telah sampai di lantai 8 , di mana ruangan Miko berada . Rudi yang tengah menyiapkan berkas-berkas , menoleh saat mereka berdua sampai di depannya. "Pagi pak Miko , sebentar lagi meeting akhir bulan akan segera dimulai, " Miko mengangguk mengerti . "Siapkan saja berkas-berkasnya , saya mau antar anak saya ke ruangan dulu. " Ucap Miko . ohh... Jadi itu anak pak Miko yang waktu itu kecelakaan . Batin Rudi. Ia kembali fokus dengan berkas .Berbeda dengan biasanya , kini tak pernah lagi melapor kepada Yasmin . Rudi melihat jam yang beradadi pergelangan tangannya , meeting akan segera dimulai . Nampak Aryo berjalan ke arahnya , ada Sera sang sekretaris di sampingnya . "Selamat pagi pak ," sapa Rudi . "Pagi , Miko sudah datang ?" Rudi mengangguk. Aryo dan Sera masuk ke dalam ruangan Miko , pandangan mereka sama-sama tertuju kepada Denis . "Siapa ?" tanya Aryo . Miko meremas kertas , lalu melemparkannya ke arah Aryo . "Lo ! Kebiasaan ! Ketuk pintu dulu sebelum masuk ke ruangan gue !" murka Miko . Aryo mengibaskan tangannya."Gue udah terlanjur masuk , btw bocah imut ini siapa ?" tanya Aryo . Ia berjongkok di depan Denis , dicubit kedua pipi Denis membuat bocah itu mengaduh . "Lepasin anak gue !" Teriak Miko . "Anak ?" Aryo mencoba meresapi ucapan Miko. "Anak Lo ? Berati dia anak Felicia ?" Kata Sera. Miko mengangguk. "Yups!" Kini giliran Sera yang berjongkok di depan Denis. "Kenalin , Tante Sera. Teman lama mamimu , lama sekali aku tak berjumpa dengan Felicia." "Denis Tante , jadi Tante temen mami ?" Sera mengangguk, ia sedikit meringis bekas jahitan di kening Denis. "Kamu abis jatuh ya ?" "Abis kecelakaan Tante, " ucap Denis . Miko dan Aryo tengah bersiap ke ruangan meeting . "Gue titip Denis ya ?" "Siap , gue bakal jagain Denis." Ucap Sera semangat , itu artinya ia terbebas dari meeting yang menurutnya sangat menyebalkan itu. "Honey ,jangan diapa-apain Denis nya ! Jangan macem-macem!" titah Aryo , ia memeluk pinggang Sera. Seakan tak perduli dengan kehadiran Miko dan Denis di sana , Aryo mengecup bibir Sera sekilas. Sera tersipu malu , adegan mereka ditonton oleh dua orang di depannya. "Udah sana !" Usir Sera . Sera mengajak Denis berkeliling , tetap di ruangan sampai meeting selesai akan sangat membosankan. Sesekali Sera berceloteh tentang kisahnya bersama Felicia dulu , ia terkekeh jika mengingat hal-hal lucu. Sampai di gerombolan staf-staf yang ngerumpi , bisik-bisik terdengar di telinga Sera dan Denis . "Siapa sih yang sama Bu Sera ?" "Ganteng ya , mirip pak Miko." "Anaknya pak Miko mungkin, " "Hah ? anak pak Miko sama PELAKOR itu ya ?" "Bisa jadi sih , pak Miko kan udah lama cerai sama Bu Felicia." "Sayang ya , ganteng-ganteng anak PELAKOR." Ucap mereka sahut-sahutan , Sera hanya meminta Denis tidak menghiraukan perkataan mereka itu. "Anak PELAKOR?" "Sudah.jangan dengerin," kata Sera . Ia tahu , pasti Felicia belum bercerita tentang alasannya bercerai dengan suaminya karena adanya orang ketiga jadi Denis sedikit bingung dikatain anak PELAKOR . Ponsel Sera berdering , satu panggilan masuk dari Aryo . "Halo." "Honey , meetingnya udah selesai." "Okey , aku ke sana." Setelah selesai meeting , Miko segera membawa Denis ke rumah sakit . Ia berharap dengan terapi , Denis bisa sembuh secepatnya. Tak tega melihat Denis yang hanya duduk di kursi roda , ia ingin anaknya bisa berjalan seperti biasa. Setelah terapi nanti , rencananya Miko akan mengurus berkas kepindahan sekolah untuk Denis . Sekarang mereka sudah berada di rumah sakit , mereka menunggu giliran Denis . Miko mengedarkan pandangannya, tak sengaja ia melihat Yasmin tengah bergandengan mesra dengan seorang pria . "Yasmin?" Gumam Miko . Belum sempat ia melihat wajah pria itu , perawat sudah memanggil Denis untuk masuk ke dalam ruangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN