Prolog
“Mau menikah denganku atau aku akan membunuh ayahmu?”
Karla tercengang mendengar tawaran pria dengan hidung mancung dan irish coeklat dingin itu. Ancamannya tidak main-main, tentu. Dia adalah pria dengan segala kekejamannya. Ayah jelas berhutang banyak padanya dan omset Library Cafe milik Karla nyaris bangkrut. Dia tidak akan bisa melunasi hutang ayahnya yang pemabuk itu.
Karla menelan ludah. “Aku punya pacar, dan pacarku berniat menikah denganku.” Karla berdusta. Dia tidak bisa menikah dengan pria yang memiliki banyak mainan wanita ini. Kalau Ayah terbunuh sebenarnya beban Karla berkurang, tapi... dia adalah seorang anak. Dia berkewajiban melindungi ayahnya walaupun ayahnya tak pernah melindunginya dan ibu.
“Kamu tidak mau menikah denganku? Oke, ayah dan pacarmu akan ditemukan polisi dengan keadaan yang sangat menyedihkan. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Jas berwarna kremnya dilepas. Dia menyungging miris.
“Aku tahu kamu membenci ayahmu, Karla. Dan aku bisa membunuhnya hari ini juga.”
“Leon, stop! Aku akan menikah denganmu.” Akhirnya Karla menyetujui tawaran gila bos properti yang tampak seperti iblis itu.
***
Karla mengerjap membayangkan masa lalunya itu. Setahun yang lalu. Ya, usia pernikahannya kini sudah satu tahun dan tidak ada yang berubah dalam kehidupannya. Dia hanya makin menderita. Leon mungkin tampak seperti suami idaman di mata teman-temannya, tapi baginya, Leon tak lebih dari iblis yang terperangkap dalam tubuh seorang pria muda berusia 28 tahun yang begitu menawan bagi para kaum hawa. Kini, dia menyesal telah menyetujui tawaran sinting untuk menikah. Karla hanya bisa mengelus d**a menyaksikan Leon yang pulang malam ditemani beberapa w************n yang penampilannya menyerupai model.
Dering ponsel menginterupsinya. Tertera nama di layar Rangga.
***