"Bening—" Galang melambaikan tangannya pada sang istri yang baru saja keluar dari lobby kantor. Dia bersandar pada mobilnya dan di tangannya ada bucket bunga lily yang cukup besar. Tak lupa, dia tersenyum sangat lebar—senyum yang sudah lama tidak muncul di wajahnya. Bening berhenti melangkah begitu melihat Galang. Ekspresinya berubah dari datar menjadi sedikit bingung. "Mas, kenapa jemput? Kan aku udah bilang kalau bawa motor," ujar Bening. Galang berjalan menghampiri sang istri, lalu menyodorkan bucket bunga lily kepada Bening dengan senyum yang sama sekali tak memudar. “Aku tahu. Tapi aku tetap mau jemput,” ujarnya lembut. “Lagipula, motormu bisa ditinggal di kantor. Besok pagi aku antar kamu.” Bening menatap bucket bunga di tangannya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Mas Galang ke

