Bab 3

507 Kata
“Kenapa say.. kok lesu gitu..?” ucap Valdo yang kemudian menyedot jus alpukat di gelasnya. Maya mendengus kesal, “Dikelas ada dosen baru.. nyebelin ih..” “Udah.. diminum dulu jusnya.. nanti enggak enak loh..” Valdo mengelus punggung tangannya, “Jangan marah lagi ya..” “Oke...” Setelah mencari kesana kemari Lisa menemukannya sedang berduaan di kantin, “May...!” panggilnya setengah berteriak. “Hm... apaan..?” “Ih.. gila loe... loe dipanggil sama dosen BK tuh keruangannya..” Maya menyedot jus mangganya, “Ogah.. loe aja sana yang gantiin gw..” Lisa menepuk keningnya sendiri sembari menggeleng, “Astaga.. udah gak waras loe.” *** Setengah jam bu Astrid (dosen BK) dan Brian menunggu Maya diruangannya namun tak kunjung datang, “Pak Brian maaf sepertinya Maya tidak datang...” Brian tersenyum, “Tidak apa-apa.. kalau boleh tahu dimana alamat rumahnya..?” Setelah mendapatkan alamat rumah Maya, iapun segera menuju ke alamat itu. Setengah jam kemudian Brian sampai di kediaman Maya, ia menatap kertas yang bertuliskan alamat itu “Bener ini rumahnya..?” Iapun segera turun dari mobil dan melangkahkan kakinya di rumah sederhana itu, toktok... “Permisi..” ucapnya dengan suara nyaring. “Siapa..?” suara itu terdengar bergetar, seorang nenek renta membukakan pintu, mata keriput itu menatap seksama memperhatikan Brian dari rambut hingga kaki, “Kamu siapa..?” “Nek.. saya dosen pengajar di kampusnya Maya.. saya datang kesini ingin bertemu dengan orangtuanya..” ia tersenyum ramah, meskipun tidak menyukai wanita tapi bukan berarti dia akan bersikap tidak hormat terhadap seorang nenek. Nenek menggeleng, “Maya tinggal sama nenek sejak dia kecil.. ayah dan ibunya sudah meninggal.. apakah dia berbuat onar seperti yang sudah-sudah..?” Brian mengangguk, “Maaf nek.. tapi saya harus mengatakannya..” “Kamu masuk dulu.. dari tadi berdiri di luar..” nenek mempersilahkannya untuk duduk di sofa sederhana itu, “Siapa nama kamu..?” “Brian nek..” Nenek mengangguk, kemudian tersenyum. *** Usai jam kuliah bukannya pulang Maya malah lebih memilih untuk menemani pacarnya bermain bilyard. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 19.00, sementara itu nenek dan Brian masih menunggunya dengan setia di rumah. “Sayang.. udah malem nih, pulang yuk..” ajak Maya pada Valdo. “Bentar sayang.. tanggung nih, 5 menit ya..” Dari tadi 5 menit melulu.. “Oke.. Cuma 5 menit..!” Tak tak tak.. suara langkah kaki yang memakai high heels, “Valdo... kamu Valdokan..? wah udah lama kita gak pernah ketemu..” “Irene.... wah.. cantik banget kamu..” mereka berduapun berpelukan dan cipika cipiki, melihat pemandangan seperti itu tentu saja Maya tidak tinggal diam. Ia menarik tangan Valdo, “Apaan sih kamu pake peluk-pelukan segala sama cewek lain..” Ekspresi Irene mendadak berubah tidak suka, ia menatap jengah pada Valdo, “Aku duluan..!” “Ren.. tunggu..!” Valdo menepis tangan Maya, “Apaan sih kamu jangan berlebihan bisakan..?” “Apa..? kamu bilang aku berlebihan? Terus yang barusan kamu lakuin itu apa? Aku harus maklumin kamu gitu, iyaa..?” mendadak Maya nyolot dan tak mau kalah. “May.. cukup..! terus aja kamu kayak gitu.. kita putus..!” bentak Valdo membating stik bilyard itu dihadapannya. *** Brengsek loe Val... awas aja.. pasti gw bales loe..! Entah sudah berapa jam Brian dan nenek menunggunya dirumah, yang jelas ini sudah larut malam dan Maya belum juga pulang. Nenek mulai resah nafasnya mulai tersengal-sengal, “Nek.. nenek kenapa..?” Brian menuangkan air di gelas dan meminumkannya. “Tidak apa-apa nak...”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN