bc

Save Me From Myself

book_age18+
413
IKUTI
4.2K
BACA
forbidden
drama
sweet
abuse
lonely
tortured
love at the first sight
wife
stepmother
bodyguard
like
intro-logo
Uraian

Menjadi pengawal pribadi dari wanita yang pernah terlibat cinta satu malam dari seorang Galan membuat pekerjaan yang awalnya hanya karena ingin membantu seorang kawan, malah membuatnya terjebak dalam perasaan yang semakin mendalam dengan wanita yang nampak terlihat telah sangat berbeda tersebut.

Hidup Tiana, begitu ia biasanya dipanggil sebelum menjadi seperti saat ini, adalah seorang wanita berusia 28 tahun yang kini mengubah nama panggilannya menjadi Zara.

Apakah Galan bisa menyelamatkan Tiana dari hidup dan dirinya sendiri? Ataukah ia harus merelakan wanita tersebut dan tetap terjebak dalam pernikahan dan kehidupan kelamnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Zara
Seorang wanita berusia 26 tahun itu nampak duduk tenang menatap pantulan dirinya di cermin dan hanya menunggu para penata rias untuk memoles wajah cantiknya hingga selesai. Bayangan akan kejadian semalam dan juga kejadian malam- malam sebelumnya membuat ia sedikit menyunggingkan senyumnya dengan sinis. Hal yang pasti tidak akan pernah bisa disangka oleh siapapun selain ia dan Frans, pria yang menikahinya 2 tahun lalu dan berusia 15 tahun lebih tua darinya. Terkadang ia ingin menanyakan mengapa nasibnya bisa seperti ini, namun ia tahu itu tidak akan ada gunanya dan hanya akan membuat ia semakin sedih dan terluka. Seolah nasib buruk sudah mematoknya sejak kecil untuk selalu seiring sejalan hingga ia merasa nasih buruk itu sudahlah hal yang biasa dalam hidupnya. Bahkan, untuk menangis saja terkadang ia sudah tak mampu dan hanya menertawakan kemalangannya. " Mbak Zara, 25 menit lagi ya." ucap salah seorang crew wanita yang menginformasikan tentang jadwal pentasnya sore ini. Zara hanya mengangguk dan sama sekali tanpa ekspresi apapun seolah ia akan melakukan apapun yang orang inginkan. " Sudah selesai, mbak. Mbak Zara cantik sekali." ucap salah satu penata rias yang biasa membantunya tersebut sekaligus satu- satunya orang dimana ia biasa bercerita hal- hal yang dilaluinya. " Makasih, Nad." " Bisa tinggalin kami sebentar? Mbak Zara mau ganti pakaian" tanya Nadya pada rekannya yang juga telah selesai menata rambut indah sang majikan. " Oke." jawabnya santai lalu meninggalkan dua orang tersebut. " Mbak baik- baik aja?" tanya Nadya dengan membantu Zara melepaskan jubahnya. " Aku nggak pernah benar- benar baik- baik aja. Dan kamu tahu itu." jawab Zara. " Maaf, mbak. Hanya saja... Mbak kelihatan murung." " Bukannya selalu seperti ini?" " Sabar ya, mbak. Suatu hari nanti mbak pasti akan menemukan kebahagiaan yang luar biasa. Nggak ada kesedihan yang akan sia- sia. Dan nggak akan ada kesedihan yang abadi. Semuanya akan bergantian, mbak." ucap Nadya dengan mengancingkan gaun yang akan dipakai Zara untuk tampil. " Andai aku nggak menyanyi, aku juga pasti sudah gila sejak lama. Ini satu- satunya hiburan buatku. Satu- satunya dimana aku bisa melampiaskan apa yang aku rasakan. Karena itulah aku nggak mau terikat dengan pihak label, satu album dan lebih suka lagu orang lain. Aku bisa bebas memilih lagu yang saya suka untuk saya nyanyikan. Aku nggak butuh pengakuan dari siapapun tapi aku hanya mau menyalurkan apa yang aku rasakan." ucap Zara menatap lebam di lengannya yang kini mulai nampak memudar. Dan kini Nadya tengah memoleskan foundation untuk menutupinya. " Dan kebahagiaan yang kamu bilang itu nggak akan pernah menyapa aku. Akupun sudah berhenti menunggunya sejak lama. Andai bukan karena Tommy, aku sudah akan bunuh diri sejak lama." sambung Zara dengan tatapan nanar menatap pantulan tubuhnya. " Mbak, jangan ngomong gitu..." ucap Nadya ikut sedih. " Tommy harus berhasil dan aku akan terus bertahan sampai dia menjadi orang yang sukses." " Mbak, kenapa mbak nggak pernah kepikiran untuk melaporkan semuanya ke polisi?" tanya Nadya dengan berbisik dan hati- hati namun Zara malah tersenyum sinis. " Ke polisi yang mana? Yang kepalanya semua adalah rekan Alan? Atau ke media yang semuanya bisa dia beli? Atau lari? Semua surat berharga aku ada sama Alan. Semua nggak ada gunanya dan aku hanya harus menunggu ajal saja." " Mbak Zara ih... Jangan ngomong gitu. Aku yakin suatu saat, akan ada yang menolong mbak untuk keluar dari semua ini. Tapi yang jelas, ada aku dan Tommy yang akan selalu ada untuk mbak. Dan kami sayang sama mbak." ucap Nadya. Zara pun hanya tersenyum singkat mendengarnya. " Sudah?" tanya Zara. " Sudah, mbak. Mbak cantik sekali." " Terima kasih." jawab Zara dengan senyum datarnya. Senyuman yang entah sejak kapan telah hilang. *** Zara memegangi stand micropone di hadapannya dengan mulai mengatur nafasnya agar bisa membawakan lagu yang akan ia nyanyikan dengan baik. Ribuan pasang mata dan kilatan cahaya dari kamera dan ponsel para penonton dan wartawan kini tidak lagi membuatnya gugup. Tatapan penuh puja dan takjub yang diberikan para penonton sama sekali tidak membuatnya terlena ataupun melenakannya. Karena pada kenyataannya, ia malah memimpikan kehidupan yang berbanding terbalik dengan apa yang ia miliki saat ini. Ia hanya ingin hidup sesuai kemauannya. Semua yang ia miliki saat ini hanyalah hiasan dan semu belaka. Hanyalah hal yang menyilaukan mata untuk apa yang terlihat di permukaannya. Lantunan music intro oleh para pemain musik dari lagu Never Enough yang akan ia nyanyikan membuatnya memejamkan mata sesaat. Hal yang selalu ia lakukan untuk menghayati lagu yang sebagian besar adalah pilihannya sendiri. Dan setelah ia mulai menyanyikannya, ia selalu merasa jika ia sedang menyampaikan isi hatinya yang tentu tidak diketahui oleh semua orang. Bahkan ketika suara berjenis Soprano yang mencapai 3 oktaf tersebut menyanyikan bagian reffrain, semua mata bahkan nampak sangat kagum dan bergetar mendengarkan lagu yang ia bawakan tersebut dan beberapa orang juga bertepuk tangan penuh takjub akan lagu dan suara Zara yang menyentuh hati mereka. Hingga ketika lagu tersebut selesai Zara nyanyikan, semua orang berdiri untuk bertepuk tangan dan bahkan tak sedikit dari para penonton wanita yang menyeka air mata mereka. Hal yang biasa terjadi setiap kali Zara membawakan lagu bernada sendu. Dan seperti biasanya, Zara juga hanya memberikan senyuman manisnya sambil menatap para penonton yang sepertinya menyukai penampilannya malam ini. " Mbak Zara luar biasa sekali tadi." puji Nadya yang langsung menyambut Zara ketika muncul dari balik panggung dan melepaskan anting yang tengah di pakainya. " Makasih, Nad. Aku mau langsung pulang saja." ucap Zara sambil sesekali melemparkan senyum datar pada beberapa orang yang menyapanya sebagai bentuk kesopanan. Ia benar- benar tidak mood untuk tersenyum saat ini, sama seperti hari- hari biasanya. " Tolong bilang pak Syam untuk menunggu di lobby." sambungnya lagi yang langsung diangguki Nadya yang kadang memang merangkap menjadi manager sang penyanyi. Zara lalu terus berjalan menuju ruang ganti ketika sesorang menyapanya dan membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya. " Halo, Zara..." sapa wanita yang sepertinya juga siap untuk tampil malam ini. " Halo, Jane." jawab Zara lalu menyambut uluran tangan wanita tersebut yang menempelkan kedua pipi mereka secara bergantian. " Lama nggak ketemu, Z. Kamu apa kabar?" " Baik. Seperti biasa." " Kamu kok jarang banget sih nge post foto atau kegiatan kamu. Apa kek gitu... Kamu juga nggak follow aku balik di sosmed." " Apa yang mau aku post kalau aku nggak ngapa- ngapain." " Yakali istri calon anggota dewan dan pengusaha sebesar Frans nggak punya kegiatan. Aku lihat kemarin kamu ada di acara amal." " Oh... Kamu abis ini?" tanya Zara yang malas membahas panjang lebar obrolan mereka. " Iya, nih. Kamu tadi bagus banget." " Ya udah, kamu siap- siap dulu." " Iya, sayang... Sampai ketemu lagi." " Bye..." ucap Zara lalu berjalan kembali menuju ruang gantinya. " Dia nggak suka sama aku dan aku pastikan dia pasti sedang menatap sinis ke arah kita." ujar Zara yang langsung membuat Nadya menoleh sekilas dan benar saja jika Jane memang sedang menatap mereka dengan sinis dan berbisik dengan managernya. " Dia selalu keberatan kenapa pengikut saya di sosmed lebih banyak dari dia yang memang penyanyi sungguhan dan setiap saat punya postingan." jelas Zara seolah tahu isi kepala sang make up artist. " Aneh..." ucap Nadya yang kini membukakan pintu untuk Zara. " Ada banyak hal aneh dan tidak masuk akal di dunia ini, Nad. Dan itu memang terjadi." " Iya, mbak. Ng... Iya, mbak... Mbak Zara benar." " Udah, nggak usah di perhatikan. Ambilkan saja pakaian aku." ucap Zara ketika sadar jika pandangan Nadya tertuju pada lebam di pahanya yang tetap membuat Nadya merasa tidak nyaman, meski itu bukan luka pertama ataupun kali pertama ia melihatnya. " Iya, mbak." jawab Nadya dengan lesu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.1K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
53.4K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook