Ngambek

947 Kata
"Sayang" is calling... Adam melirik hapenya yang berdering di atas meja lalu kembali bercengkrama dengan teman-temannya. Sebelum keberangkatannya untuk lomba futsal besok pagi, ia memutuskan untuk hangout bersama teman-temannya. Adam akan berada disana selama 1 minggu.  Adam tidak ingin egois karena menghabiskan waktunya untuk Hanin saja. Maka dari itu ia berada di cafe bertitel Happy Place sore ini. Sebenarnya ada alasan lain mengapa ia tidak mengangkat telepon kekasihnya. Pada faktanya, Adam sedang mode ngambek karena kemarin malam ia tidak menemukan Hanin dirumahnya. Hanin tidak bisa dihubungi dari sore hingga tengah malam. Lalu tau-tau Hanin ternyata sedang berada di club malam bersama teman-temannya. Walaupun teman Hanin perempuan semua, tapi mendapati gadisnya berada di tempat yang bahkan Hanin sendiri melarangnya untuk mengunjungi membuat ia emosi setengah mati. Beruntung Adam tidak memberi tahu mama Hanin sebagai alat balas dendam.  Jadi, biarlah sudah.  Biar Hanin mencarinya hingga ujung dunia karena Adam tidak memberi kabar sama sekali. "Tumbenan lo gak bawa Hanin?" suara Aldo, teman sekelasnya, membuat Adam kembali dari lamunan. Adam mengedikkan bahu saja. Ia mengambil pemantik api dari sakunya lalu menghidupkan rokok yang sedari tadi bertengger diantara bibirnya. "Bocah banget lo pake marahan segala," Kali ini suara Gilang. "Ngaca, anjing. Yang paling sering marahan sama pacar tuh gue apa lo dah?" tanya Adam pada laki-laki berhoodie didepannya. "Eit. Jangan salah. Gue udah ga pernah berantem sama pacar gue, dong." Lalu datang Regan membawa satu botol alkohol ditangan kanannya. Laki-laki nomor satu idaman sekolah itu memilih duduk disamping kiri Adam dan membuka botol. "Iyalah gak pernah gelut. Lo kan dah putus sama Mia." ujar Regan yang disambut u*****n Gilang. Regan menoleh pada Adam sebelum menuangkan alkohol ke gelas Adam. Adam menggeleng, membuat Regan mengernyit, "Gak minum lo?" Adam menggeleng lagi, "Males kobam." Aldo menaruh gelas yang sudah ia habiskan dalam satu teguk, "Males apa takut sama nyonya?" ledek Gilang. Adam diam tak berniat menyahuti. Ia mengambil handphone nya dan berniat menghubungi Hanin saja. Gak kuat ngambek lama-lama. Adam   : Ngapain nelpon Sayang : ngilang kemana sih Sayang : abis darimanaa Adam   : Ngapain nanya Adam   : Penting banget nanyain kabar aku? Sayang : dih ngambek Sayang : kamu dmn deh Adam   :  Happy place Adam   :  Aku masih marah ya Sayang : iya marah aja Read. Adam mengacak wajahnya frustasi. Hanin nih kenapa santai-santai aja sih kalau Adam lagi ngambek? Aldo berdiri dari tempat duduknya. Membuat ketiga temannya menoleh ke arah cowok itu. Adam mengangkat sebelah alisnya, bertanya lewat tatapan mata. "Jemput cewek gue," ujar Aldo sambil mengambil kontak mobil di meja lalu bersalaman dengan teman-temannya. "Cih cewek gue. Friendzone baru iya." ledek Gilang membuat Aldo melotot. "Mending masih ada yang bisa diuyel-uyel, lah elo?" balas Aldo sewot. "Bacot, t*i. Minggat sana, lo!" Aldo tertawa mengejek, lalu menoleh pada Adam, "Gue cabut duluan ye, sukses futsal lo." Adam mengacungkan jempolnya. "Gan, cewek lo noh." Regan lalu menoleh ke arah yang ditunjuk Gilang, "Nya!" Adam melirik sebentar ke arah belakang, melihat Anya yang kebingungan. Mungkin sedang mencari tempat duduk Regan. Adam dan Gilang berdecak melihat Regan tanpa sungkan mengecup bibir Anya. Bukan apa-apa, hanya saja sekarang kondisinya Gilang sedang jomblo dan Adam sedang tidak ada Hanin. Melihat pasangan berciuman didepannya jelas membuat Gilang dan Adam jadi... pengen ngecup cewek juga. Anya menyandarkan kepalanya pada bahu Regan, dengan tangan kanan Regan yang berada di pinggang perempuan lugu itu-- dulu, Anya emang polos dan kelihatan seperti bocah, tentu sebelum kenal Regan dan jadi kayak sekarang. "Lo sama siapa kesini, Nya?" tanya Gilang memecahkan keheningan. "Sama Hanin tadi, tapi kayaknya dia masih di toilet-" Adam menoleh cepat, "Hanin? Hanin gua?" Anya mengangguk. "Mana?" Gilang berdecak untuk yang kesekian kalinya di hari ini, "s****n. Kalau gini caranya mah gue disini jadi nyamuk b**o, anjir." Anya tertawa, "Santai ajalah." Gilang memasukkan hapenya di saku jaket lalu berdiri, "Gue cabut dulu aja dah. Mau nganterin nyokap juga sih ke RS." Adam mengulurkan tangannya untuk bersalaman, "Ngapain nyokap lo?" "Jengukin temennya. Sukses futsal, bro." Adam mengangguk saja. Kemudian Adam menyenderkan bahunya ke sofa dan memainkan game di hapenya. Daripada ngeliatin Anya sama Regan pacaran, kan? Belum sempat ia memencet tombol start pada game-nya, ia merasakan pahanya diduduki seseorang. Adam mengernyit melihat Hanin didepannya, lebih tepatnya duduk di pangkuannya. Kedua tangan Hanin bergerak melingkar pada leher Adam. "Ngapain kamu disini?" "Menurut kamu?" "Turun." "Ish, ngambeknya masih aja." Adam tidak bergeming. Ia malah mengambil hapenya yang sempat ia letakkan di samping tubuh. Adam melanjutkan gamenya, seolah tidak terpengaruh dengan Hanin yang berada di pangkuannya walaupun tangan gadis itu sudah tidak melingkari lehernya. Padahal didalam hati, sebenarnya Adam udah pingin cium-cium. Tapi, tidak.  Kali ini Adam ingin marah dulu hingga Hanin meminta maaf dan merajuk padanya. "Yang," panggil Hanin yang tidak direspon oleh laki-laki yang didudukinya. "Ish. Adam!" "Apa sih, Nin?" "Udah dong marahnya. Aku tuh kemarin ga ngapa-ngapain di kelab, seriusan deh. Tanya aja deh sama teman aku. Aku kemarin kesana sama Mia sama Anya juga beneran pure gak aneh-aneh!" Hanin mencubit-cubit pipi Adam. Namun Adam tetap menulikan telinganya. "Kemarin aku sengaja gak ngehubungin kamu soalnya aku tau kamu pasti gak kasih ijin, ya, kan?" lanjut Hanin. Adam mempause game-nya, lalu melihat ke arah Hanin. Namun dia tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Hanya mengangkat sebelah alisnya. Hanin menciut., bibir bawahnya maju memberengut, membuat Adam mengumpat dalam hati karena pacarnya malah terlihat menggemaskan saat memasang wajah seperti itu. Hanin memeluk leher Adam erat-erat dan menempelkan badannya pada Adam, "Iya deh aku salah. Maafin, dong. Janji gak gitu-gitu lagi." Perlu digaris-bawahi bahwa Adam paling tidak tega kalau sama Hanin. Jadi yang ia lakukan adalah membalas memeluk pinggang Hanin dengan kedua tangan kekarnya dan mengusap punggungnya. "Janji gak bakal ke club lagi kalau gak sama aku?" Hanin mengangguk. "Janji bakalan ngabarin aku terus dan gak bakal ngilang-ngilang kayak kemaren?" Hanin menganggukkan kepalanya lagi, "Iya." Adam melepaskan pelukannya, membuat Hanin menjauhkan diri. "Yaudah deh, dimaafin." "Serius gak marah lagiiiii?" Adam terkekeh sambil menggeleng, "Gak bisa marah lama-lama aku tuh kalau sama kamu." Hanin mengecup pipi Adam, "I love you." "Me too, Yang." Hanin melingkarkan kedua tangannya lagi pada leher Adam, "Boleh cium kamu gak?" "Boleh dong." Hanin menggigit bibir bawahnya, "Di bibir?" Adam terkekeh lagi, kedua tangan laki-laki itu tak hentinya mengusap punggung Hanin naik turun. "Ada syaratnya." "Apa?" Adam menyeringai, ia menempelkan keningnya pada kening Hanin. "Yang lama. Pake lidah." Kemudian Hanin menegakkan badannya dan menarik tengkuk Adam yang disambut cowok itu menarik pinggang Hanin mendekat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN