bc

Alat Kontrasepsi Di Kamar PutraKu

book_age18+
19
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
HE
arranged marriage
kickass heroine
drama
city
secrets
like
intro-logo
Uraian

Vany seorang single mom yang harus berkerja keras menafkahi kedua anaknya Sasy dan Kendra pasca suaminya meninggal beberapa tahun lalu. Kesibukan Vany membuatnya jarang berada di rumah terlebih untuk menghabiskan waktu pada 2 anaknya yang sudah beranjak dewasa. Sampai suatu hari Vany menangkap glagat aneh putrinya Sasy, seiring berjalannya waktu Vany mendapatkan fakta yang membuat dunianya hancur.

chap-preview
Pratinjau gratis
Kenapa Ada Benda Seperti Ini?
Bab 1. Matahari belum meninggi tapi aku sudah berkutat dengan perkerjaan rumah. Seperti biasa sebelum pergi ke butik aku lebih dulu membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan untuk anak-anak ku, di usiaku yang tak lagi muda semua terasa cukup melahkan terlebih setelah suamiku meninggal 2 tahun lalu, aku harus menjadi orang tua tunggal untuk 2 orang anak ku. “Kendra,” panggilku seraya mengetuk pintu kamar putra pertama ku yang kini berusia 22 tahun yang sudah duduk di bangku kuliah. Tak ada sahutan dari dalam kamar, aku yakin Kendra masih meringkuk di balik selimut. “Kendra ayo bangun, kamu kuliah kan hari ini?” Tetap tak ada sahutan aku pun membuka pintu kamar yang tidak terkunci. “Kendra?” Bola mataku memutar, tak ada Kendra di dalam kamar, hanya terlihat ranjang yang tampak berantakan. Aku menggeleng lalu mulai merapihkan tempat tidurnya. Prank! Pandangaku spontan teralihkan ke arah lain melihat benda jatuh saat aku menyibakan selimut tebal di ranjang. “Ini?” Aku membungkuk mencoba melihat benda dengan kotak kecil berwarna merah, sebagai wanita yang sudah menikah tentu aku tak asing dengan benda itu ‘Alat kon-trase-psi’ Aku meraih benda itu, masih memandanginya tak percaya. “Kenapa Kendra punya benda seperti ini?” gumamku. Sebagai pria yang sudah dewasa rasanya hal yang wajar jika putraku sudah memiliki kekasih tapi aku tidak bisa terima jika Kendra melakukan hubungan in-tim di luar nikah terlebih aku selalu membekalinya dengan pendidikan agama sedari dini. “Mah,” Suara bariton itu mengangetkanku, buru-buru aku sembunyikan alat kon-trase-psi itu di saku dasterku. “Kendra?” Tampak Kendra yang sudah berdiri di dekat pintu. “Mama sedang apa di kamarku?” “Oh, ini tadi Mama hanya ingin merapihkan tampat tidurmu.” “Aku bisa merapihkannya sendiri.” Aku tersenyum, Kendra memang sering melarangku untuk membersihkan kamarnya. “Oh baiklah, kamu sarapan dulu ya, sudah Mama siapkan.” Gegas aku keluar dari kamarnya. Pagi itu seperti biasa aku menyantap sarapan pagi bersama Kendra dan Sasy putri keduaku yang baru saja berusia 19 tahun yang baru duduk di bangku kuliah. “Sasy kamu sakit nak?” tanyaku melihat Sasy yang tampak lesu pagi itu. Sasy hanya menggeleng. “Yasudah, cepat kamu habisakan sarapanya nanti kesiangan, Kak Kendra juga ada mata kuliah pagi ini.” Ujarku sebelum Kendra mengantarnya ke kampus Sasy seperti biasanya. “Aku pergi sama temanku saja Mah,” “Siapa?” “Sama Kakak saja, ayo cepat.” Sela Kendra. “Sudah kendra mungkin Sasy sedang ingin pergi dengan temannya.” “Aku-“ “Sudah ayo cepat!” Aku dan Sasy tersentak mendengar Kendra yang meninggikan suaranya. Ya, sebagai Kakak Kendra memang kerap marah jika Sasy tidak mendengar perkataannya, tapi aku tau jika Kendra sangat menyayangi adiknya. “Yasudah Sasy kamu pergi sama Kak Kendra saja ya.” Sasy pun mengangguk pelan lalu menyusul langkah Kendra yang lebih dulu keluar rumah. Setelah keduanya pergi gegas aku merapihkan meja makan lalu kembali mamandangi alat kon-trase-psi yang tadi aku sembunyikan. Aku kembali masuk ke dalam kamar Kendra dan kembali meletakan alat kon-trase-psi tersebut di sana. Sepanjang malam itu aku tidak bisa tidur, memikirkan apa yang putaku sembunyikan? Apa dia benar-benar melakukan hubungan in-tim diluar nikah? Rasanya tidak mungkin karena setahuku Kendra tidak memiliki pacar, keluar rumah pun ia jarang. Pagi menjelang aku kembali mencoba kembali mengetuk pintu kamar Kendra dan tidak ada sahutan dari dalam, aku pun kembali masuk ke dalam kamarnya, tidak ada Kendra di dalam. Pandangaku langsung tertuju ke arah nakas dekat ranjang tempat di mana aku meletakan alat kon-trase-psi kemarin. Dan benar, benda itu masih ada di sana dengan cepat aku membukanya lalu melihat kembali isinya, masih ingat betul jika kemarin alat kontrasepsi itu berisi 4pcs di dalamnya. Mulutku seketika mengangga tak percaya melihat jumlah dalam box tersebut hanya terisa 2pcs alat kon-trase-psi di dalamnya. Apa maksudnya? Apa semalam Kendra menggunakannya? Dengan siapa? Jelas semalam putraku tidak keluar rumah. “Mah..” Samar terdengar suara Sasy dari dalam kamarnya yang tak jauh dari kamar Kendra. Aku pun bergegas menghampirinya. “Mah, bisa tolong bisa ambilkan aku minum,” pinta putriku yang masih terbaring lemas di ranjangnya. “Iya Nak, tunggu sebentar ya.” Aku pun segera mengambilkan segelas air putih untuknya. “Ini Nak,” lalu duduk di tepi ranjang. “Kamu sakit Nak?” tanyaku dengan nada khawatir menatap wajahnya yang tampak pucat pasi. “Kamu demam?” Kupegang dahinya yang terasa panas. “Sas,” Kendra tampak masuk ke dalam kamar. “Ini bubur kesukaan kamu, ayo di makan.” Menyodorkan kantong kersek berisi kantong kresek yang di bawanya. “Ayo makan,” Dengan cekatan Kendra duduk di tepi ranjang lalu berusaha menyuapi Sasy. “Aku mau di suapi Mama saja,” “Kamu itu manja sekali.” Kendra terlihat kesal. “Sudah biar Mama saja yang suapi Sasy, putri Mama ini memang manja.” Ujarku seraya tersenyum. “Kamu ada mata kuliah kan hari ini Ken?” Kendra hanya mengangguk lalu keluar dari dalam kamar. “Kamu istrirahat saja ya, Mama harsu ke butik, tidak apa apa kan?” “Iya tidak apa-apa.” Selesai menyuapinya dan membereskan rumah aku pun bergegas pergi ke butik, mencari uang seperti biasanya. Malam menjelang rasanya aku gelisah sekali memikirkan alat kon-trase-psi di kamar putraku. Aku bingung apa yang harus aku perbuat, haruskah aku bertanya hal sensitif ini padanya? Tapi aku lebih penasaran bagaimana bisa jumlah alat kon-trase-psi itu berkurang, dengan siapa dia melakukanya sedang aku tidak melihatnya keluar rumah. Tidak ingin terus menerka-nerka aku pun memilih mengintip kegiatan putraku di malam hari dengan mengendap-ngendap bak maling aku menuju kamarnnya, aku lihat dari celah pintu tidak ada Kendra di dalam. “Kemana dia?” gumamku saaat membuka kamarnya. Benar, tidak ada Kendra di kamarnya. Aku mencoba mencarinya ke toilet lantai bawah juga ke toilet kamarnya tetap tidak ada. “Apa dia keluar?” Kulirik jam yang sudah menujukan pukul 02.00 dini hari, tidak mungkin ia keluar tengah malam seperti ini, ia juga tidak meminta kunci rumah juga kunci cadangan padaku. “Sakit..” Samar terdengar suara rintihan wanita, indra pendegranku mengarah pada kamar Sasy.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
102.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
192.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
209.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.9K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook