Pematik

1781 Kata

"Sudahlah, Mbak Sulis. Kalau menghayal jangan terlalu tinggi. Mbak cari pasangan yang seumuran aja, yang kira-kira bisa diajak buru-buru buat nikahin Mbak." Nesa menatapku dari ujung kaki hingga kepala, bibirnya sedikit mengernyit tampak meremehkan. Aku yang sedari tadi terdiam tambah tak berkutik, pikiranku tiba-tiba kalut. Semua perasaan sedih bercampur satu. Mungkin saat ini, aku telah sampai pada batas kemampuan menahan gempuran kesakitan yang menyesakkan. Kata-kata Nesa sungguh membuatku tak dapat menahan air mata. Walaupun aku sudah mati-matian menahan sakit hatiku. "Terima kasih, Nes." Cepat aku menunduk seraya menghapus kesedihanku, lalu sejenak aku memejamkan mata untuk menguatkan hati agar tak terlihat lemah di hadapan Nesa. "Oya, satu lagi. Aku juga tahu cerita Om-mu sama

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN