"MEGUMI HARPER!" Megumi tersentak ketika Sebastian masuk ke dalam ruang kerjanya. Sebatian mendorong pintu dengan kasar. Semua tatapan karyawan tertuju pada mereka. Megumi menatap Sebstian penuh perningatan namun Sebasian mengabaikannya.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa berteriak? Sebastian kamu harus ingat dimana kamu berada saat ini? Kamu ingin menghancurkan semuanya?" Megumi berdiri. Menutup pintu ruang kerjanya. Megumi tidak ingin ada kekacauan yang lain terjadi di perusahaan.
"Bukannya kamu yang ingin menghancurkan semuanya? Apa yang kamu lakukan?" Sebastian memperlihatkan selembar kertas pada Megumi. Megumi terdiam. Akhirnya surat yang ia tunggu-tunggu sampai juga ke tangan sebastian. Surat cerai.
"Tanda tangan," ucap Megumi. Dia kembali duduk di kursinya. Menatap lurus pada Sebastian yang masih berdiri di hadapannya. Sebastian terlihat semakin emosi. Sebastian memegang pinggiran meja kuat.
"Aku sudah mengatakan padamu. Tidak akan pernah ada perceraian Megumi. Mau seberapa banyak surat cerai yang datang. Aku tidak akan pernah menyetujuinya."Sebastian menyobek surat cerai itu di hadapan Megumi lalu melempar sobekan surat cerai itu ke wajah Megumi membuat potongan kertas itu berterbangan.
Megumi terkejut. "Sebastian bukannya ini yang kamu inginkan selama ini? Bercerai kemudian kamu bisa hidup dengan bebas. Berganti pasangan sesuka hatimu."
"Tidak akan pernah ada perceraian. Megumi, kenapa kamu sangat keras kepala?" Sebastian semakin emosi.
"Aku tidak keras kepala. Aku hanya ingin berhenti pura-pura bahagia di hadapan semua orang. Sebastian, kamu tahu apa yang aku sesali dalam hidupku?" tanya Megumi. Walaupun saat ini detak jantung Megumi menggila namun dia tidak ingin diam lagi.
"Aku benci padamu. Aku benci pernah percaya kamu akan berubah namun nyatanya kamu tetap berselingkuh di belakangku. Sekarang terserah kamu saja. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Aku tidak peduli lagi." Megumi memejamkan matanya. Menarik nafas berulang kali. Megumi sangat membenci Sebastian. b******n seperti Sebastian seharusnya mati di tangannya. Megumi tidak ingin mengampuni Sebastian.
"Apa yang kamu katakan? Kau membenciku? Kamu tidak peduli lagi dengan apa yang aku lakukan?" Sebastian berdiri di sampingnya. Mencengkram rahang Megumi dengan tangan dengan sangat kuat.
Megumi menggigit bibirnya. Cengkraman tangan Sebastian terasa sakit. Namun Megumi tidak akan menyerah dengan mudah pada Sebastian. "Benar. Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Aku tidak peduli lagi denganmu, Sebastian. Aku akan mengirim surat cerai lagi padamu. Jika kamu merusaknya lagi. Aku akan mengirimi surat cerai lagi sampai kau benar-benar menandatangani nya. Aku sangat muak melihatmu. Aku tidak ingin hidup bersama dengan b******n sepertimu." Megumi melepaskan tangan Sebastian dari rahangnya.
Sebastian tertawa. Pria itu mengangguk berulang kali. "Baik, jika kamu ingin main-main denganku. Maka kamu sendiri yang akan rugi, Megumi. Ingat aku bisa melakukan sesuatu yang lebih darimu. Aku harap kamu tidak menyesal karena sudah mencari masalah denganku."
"Aku tidak akan menyesali apapun. Kamu hanya perlu menandatangani surat cerai. Kita selesai."
"Kamu pikir akan semudah itu membebaskan diri dariku?" Sebastian tersenyum miring. "Dalam mimpimu, Megumi. Perceraian tidak akan pernah ada di antara kita."
***
"Bagaimana?" Rosie duduk di samping Megumi. Suasana kantor menjadi sangat heboh setelah Sebastian meneriaki nama Megumi. Mereka mulai bergosip satu saja lain. Menduga-duga apa yang terjadi.
"Dia menyobek surat cerai nya." Megumi mendongak. Megumi berpikir setelah surat cerai itu keluar, Sebastian akan melepaskan nya dengan mudah namun yang terjadi justru sebaliknya.
"Sebenarnya apa yang Sebastian inginkan?" Rosie memberikan satu cup kopi pada Megumi. Mereka sengaja makan di luar kantor siang ini karena tidak ingin mendengar gosip terlalu banyak walaupun pada akhirnya berita tentang perceraian Megumi dan Sebastian akan tersebar.
"Entah, aku bahkan mengerti apa yang Sebastian pikirkan."
"Keluarga Holland pernah membicarakan tentang perceraian?"
"Dalam keluarga mereka tidak pernah ada perceraian. Selama ini aku sangat tahu. Sebastian tidak pernah mengikuti aturan keluarga nya. Entah apa yang membuat Sebastian menolak bercerai."
"Warisan?" Megumi menatap Rosie.
"Itu mungkin saja menjadi salah satu alasannya. Tapi aku rasa Sebastian hanya ingin balas dendam."
"Sebastian masih cemburu pada Raphael?"
"Mungkin. Tapi itu tidak masuk akal. Semenjak Raphael memutuskan pindah ke Finlandia. Aku tidak pernah lagi berhubungan dengan Raphael."
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"
"Aku akan tetap berusaha untuk bercerai."
"Megumi, bagaimana jika keluarga Holland mendengar ini?"
"Aku punya alasan mengapa meminta cerai walaupun aku sangat yakin. Pihak yang akan paling dirugikan adalah aku."
"Kenapa kalian harus berakhir seperti ini?"
"Karena aku menikah dengan pria b******k, Rosie—" Ucapan Megumi terhenti ketika Sebastian tiba-tiba menarik tangannya.
"Sebastian!" seru Megumi. Sebastian mengabaikan Megumi. Pria itu menarik Megumi keluar dari restoran. Megumi terus berontak.
"Sebastian, apa yang kamu lakukan?" Megumi menyentak tangannya dari Sebastian. Menatap pria itu tajam.
"Apa yang kamu inginkan? Bukannya kamu selalu mengingatkanku untuk menjaga sikap di hadapan semua orang? Kenapa kamu bersikap sangat konyol? Tidak hanya ada dirimu di sini, Sebastian!" Nafas Megumi naik turun. Dia menatap Sebastian penuh amarah.
"Kau ingat apa yang aku katakan. Tidak akan pernah ada perceraian di antara kita. Dan satu hal lagi yang harus kamu ingat. Keluarga Holand tidak boleh sampai mendengar perceraian yang kau inginkan."
"Kenapa mereka tidak boleh dengar? Kamu takut mereka akan mengusirmu atau kamu takut tidak akan mendapatkan apapun?"
"Megumi, kenapa kamu sangat keras kepala?" Sebastian frustasi. Megumi tertawa.
"Aku juga tidak tahu kenapa kamu sangat b******k. Sebastian, kamu tahu. Sejak aku tahu kamu berselingkuh. Aku selalu merasa jijik dan mual setiap kali kamu menyentuhku!" seru Megumi.
Sebastian menatap Megumi tajam. Sebastian maju. Mengikis jarak di antara mereka kemudian mencium Megumi cukup kasar.
"Bagaimana? Kau mual Megumi?" Sebastian tersenyum miring. Megumi mengepalkan kedua tangannya erat.
"Sebastian, kamu benar-benar b******n!"
"Aku tahu Megumi. Kamu yang memutuskan untuk menikah dengan b******n ini tapi kau tidak memiliki hak untuk membuangku begitu saja."
Megumi melihat sekelilingnya. Cukup banyak pasang mata yang melihat mereka.
"Aku tidak ingin bicara denganmu, Sebastian."
"Tapi aku masih ingin bicara denganmu." Sebastian menggenggam tangan Megumi. Membawa Megumi masuk ke dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari restoran tersebut.
Megumi berontak berulang kali namun Sebastian mengabaikan semuanya.
"Sebastian, kamu gila?"
"Bukannya kamu sudah tahu itu sejak dulu Megumi tapi kenapa kamu masih berani bersikap tidak tahu diri?"
"Tidak tahu diri?" Megumi menatap Sebastian takjub. "Bukannya kamu yang selalu bersikap tidak tahu diri, Sebastian?"
"Megumi, tutup mulutmu!"
"Tidak akan pernah. Aku ingin memaki pria b******n sepertimu seumur hidupku."
"Maka jangan pernah bercerai dengaku. Kamu bisa melakukannya seumur hidupmu."