"Kamu pulang terlambat?" Megumi mengangguk. Dia melepas aksesorisnya setelah itu masuk ke dalam kamar mandi tanpa menatap ke arah Sebastian. Setelah mengobrol dengan Rosie, Megumi merasa jauh lebih baik. Saat dalam perjalanan pulang Megumi merasa tenang namun ketika Megumi masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan Sebastian. Megumi merasa tertekan. Lagi-lagi Megumi tidak bisa menyukai perasaan yang ia rasakan.
"Megumi, jangan berani mengabaikanku!" seru Sebastian namun Megumi tetap melakukannya. Megumi tetap tidak menjawab Sebastian. Megumi menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi. Berusaha untuk kembali menangkan dirinya namun dinginnya air yang mengalir dari puncak kepala sampai ujung kakinya sepertinya tidak memberikan pengaruh apapun pada Megumi. Megumi tetap merasa tidak tenang. Dadanya terasa sesak.
"Sebenarnya ada apa denganmu?" tanya Sebastian. Pria itu berdiri di samping kamar mandi. Megumi menatap Sebastian sekilas lalu tetap keluar dari kamar mandi tanpa menjawab.
"Kamu sudah makan malam?" tanya Megumi. Megumi hendak keluar dari kamar namun Sebastian menahan tangannya. Tatapan Sebastian tajam. Raut wajah Sebatian terlihat sangat kesal padanya. Megumi mendadak menyukai ekspresi itu. Senang melihat Sebastian merasa kesal padaya.
"Jawab aku, Megumi!" Suara Sebastian meninggi.
"Aku bertanya kamu sudah makan malam Sebastian? Jika belum aku akan menyiapkannya sekarang."
"Aku sudah makan."
"Oke." Megumi duduk di sofa. Membuka laptopnya. Lebih baik hanyut dalam pekerjaan dari pada bertengakar dengan Sebastian.
Sebastian terlihat menarik nafasnya. Megumi mengabaikan Sebastian. Megumi sudah terlampau kesal.
"Megumi, ada apa denganmu? Kamu tahu aku sangat benci jika seseorang mengabaikanku."
"Kamu seharusnya juga tahu. Aku sangat benci jika seseorang mempermainkan ku."
"Siapa yang mempermainkanmu?"
"Seharusnya tanpa bertanya kamu juga tahu jawabannya, Sebastian!"
Nada suara mereka sama-sama meninggi. Tatapan mereka tajam satu sama lain.
"Aku bilang padamu aku tidak mempermainkanmu. Aku tidak pernah main-main dengan pernikahan kita."
"Tapi kamu tidur dengan wanita lain di luar sana!" Megumi menutup laptopnya. Menatap Sebastian tajam.
"Aku tidak tidur dengan siapapun."
"Bahkan setelah aku mengirim video mu dengan seorang wanita di kamar hotel. Saling berpelukan. Berciuman. Bahkan melakukan hal lebih dari itu. Kamu masih bilang tidak tidur dengan siapapun? Sebastian, kamu pikir aku orang bodoh?"
"Megumi, aku tidak ingin bertengkar denganmu."
"Kamu tidak ingin bertengkar denganku tapi kamu membuat masalah. Kalau kamu ingin berselingkuh dan bersenang-senang. Kenapa kamu menikah denganku?" Kesabaran Megumi pada Sebastian sudah habis sepenuhnya. Megumi tidak ingin menderita karena pura-pura bahagia lagi.
"Megumi, apa yang kau katakan? Bukannya kau tahu jelas alasan kita menikah? Selain kita saling mencintai jelas kita ingin membangun S&M Strategy Consultans dengan baik. Aku sama sekali tidak melupakan tujuan kita menikah jadi berhenti menuduhku berselingkuh."
Megumi tersenyum miring. "Terserah kamu saja. Sebastian, aku sudah lelah menghadapimu."
"Kamu pikir aku tidak lelah?" tanya Sebastian. Pria itu mengambil jaketnya. Pergi meninggalkan kamar. Megumi tersenyum miris. Malam ini dia akan tidur sendiri lagi. Sebastian sudah di pastikan tidak akan pulang jika pria itu keluar rumah pukul sepuluh malam.
"Aku ingin cepat-cepat pergi dari rumah ini."
***
Menjadi istri Sebastian Matthew Holand sama dengan harus hidup sesuai ritme keluarga Holland. Pagi ini, di hari libur. Megumi sudah berada di lapangan golf. Menemani ibu mertuanya berkumpul dengan teman-teman sosialita.
Megumi sudah menyiapkan diri untuk mendengar ucapan saling merendahkan satu sama lain tersebut. Obrolan mereka tetap sama setiap kali Megumi menemani nyonya Holland untuk berkumpul dengan teman-temannya.
Mereka akan membicarakan tentang bisnis, saham dan pencapaian keluarga jangan lupakan barang-barang mewah yang mereka gunakan. Itu tidak akan luput dari perbincangan.
"Nyonya Holand. Bukannya Sebastian dan Megumi sudah menikah selama satu tahun. Apakah mereka sudah berencana untuk memiliki anak?" Megumi terbatuk.
"Aku pikir saat pesta anniversary pernikahan mereka beberapa hari yang lalu. Mereka akan mengumumkan kehamilan anak pertama."
Megumi merapatkan bibirnya. Dia melirik nyonya Holland sedikit takut. Bukan hasil tes kehamilan yang akan Megumi berikan pada mereka namun surat cerailah yang akan segera datang.
"Sebastian dan Megumi masih fokus membangun S&M Strategy Consultant. Perusahaan belum sepenuhnya stabil. Mereka sangat sibuk. Jika jadwal mereka tidak terlalu padat. Mereka pasti akan mempersiapkan kehamilan dengan baik. Bukannya tidak perlu terburu-buru?" Megumi sangat bersyukur memiliki ibu Mertua seperti nyonya Holland. Walaupun wanita itu terkesan sangat dingin dan angkuh namun jika sudah berkaitan dengan Sebastian. Nyonya Holland akan berdiri paling depan dan akan membela putra bodohnya itu habis-habisan.
"Benar, apa yang dikatakan oleh ibu Mertuamu, Megumi?"
Megumi langsung mengangguk. "Sangat benar, aku dan Sebastian masih fokus membangun perusahaan. Jadwal terlampau padat. Kami tentu saja ingin memiliki seorang anak namun bukan sekarang waktunya. Ibu-ibu pasti sangat mengerti bagaimana posisiku saat ini. " Pertama kali Megumi dengan geng sosialita itu. Megumi terkejut. Obrolan mereka itu sangat di luar jangkauan Megumi. Butuh selama sebulan bagi Megumi untuk memahami mereka.
"Itu juga masuk akal." Megumi menghembuskan nafas nya ketika topik tentang dirinya di tutup. Ibu-ibu itu mulai sibuk membicarakan tas mewah yang Megumi tidak mengerti dimana letak sisi menariknya.
Mereka meninggalkan lapangan golf ketika matahari mulai naik. "Kalian sudah pernah berdiskusi tentang anak?" Mobil melaju perlahan. Megumi tersenyum pada nyonya Holland.
"Sebenarnya tidak pernah benar-benar membicarakannya."
"Kau dan Sebastian harus mulai membicarakannya. Bukannya satu tahun sudah sangat cukup untuk kalian menyesuaikan diri satu sama lain? Jangan ditunda lagi. Mama dan Papa ingin memiliki cucu."
Megumi menggigit bibir bawahnya. Megumi tidak tahu apa yang akan dilakukan keluarga Holland ketika mereka tahu Megumi mengajukan cerai ke pengadilan.
"Kenapa diam, Megumi?" Megumi menggelengkan kepalanya. Tangannya bergerak memegang perut.
"Aku sedikit lapar." Nyonya Holland tersenyum.
"Mama sudah menyiapkan makan siang di rumah. Mari makan bersama di rumah keluarga." Megumi mengangguk patuh. Lagi pula tidak ada yang perlu Megumi takutkan ketika dia mengunjungi rumah keluarga Holland. Mereka bersikap baik padanya. Hanya Sebastian yang bersikap seperti b******n.
"Jangan lupa minta Sebastian untuk datang."
"Aku akan menghubungi Sebastian."
"Bagaimana hubungan kalian belakangan ini? Saat kita makan siang bersama saat itu. Mama merasa hubungan kalian kurang baik." Megumi menggenggam kedua tangannya. Mendadak merasa gugup.
"Hari itu memang sedikit ada masalah antara aku dan Sebastian tapi kami sudah menyelesaikannya. Mama tidak perlu khawatir."
"Baguslah. Apapun masalahnya. Selesaikan dengan cepat. Jangan sampai bercerai. Kau tahu bukan. Tidak ada sejarah perceraian dalam keluarga Holland. Jika itu sampai terjadi. Kau pasti sangat tahu pihak mana yang paling dirugikan."
Megumi mengangguk. Detak jantungnya menggila. Megumi merasa sangat gugup.