"Aku tidak ingin mendengar kau mengatakan hal yang sama seperti semalam. Sampai kapanpun kita tidak akan pernah bercerai, Megumi," ucap Sebastian. Selama satu tahun ini. Mereka memang selalu sarapan bersama walau lebih sering tidak ada obrolan. Untuk makan siang dan malam. Mereka akan melakukannya sendiri-sendiri mengingat pekerjaan mereka.
"Jika kau tidak berhenti berselingkuh maka aku juga tidak akan berhenti meminta cerai." Megumi menatap Sebastian. Tidak peduli lagi pria itu akan menyiksanya seperti apa. Megumi akan menerima semua rasa sakit yang di berikan oleh Sebastian sampai Megumi benar-benar tidak kuat lagi menghadapinya.
"Megumi, kenapa kamu sangat keras kepala? Sudah berapa kali aku mengatakan. Aku tidak pernah berselingkuh." Megumi terkekeh sinis. Megumi berhenti menyantap sarapannya.
"Habiskan sarapanmu Megumi."
"Aku sudah tidak memiliki nafsu makan setelah mendengar kebohonganmu. Sebastian, kamu hanya perlu mengakui kesalahanmu. Setelah itu jika kamu ingin memperbaiki semuanya. Aku akan melupakan apa yang kau lakukan."
"Aku tidak berselingkuh darimu, Megumi."
Megumi menggelengkan kepalanya. Megumi memiliki bukti perselingkuhan Sebastian. Dia bahkan sudah mengirim bukti perselingkuhan itu pada Sebastian semalam namun pria itu masih tidak mengakui kesalahannya.
"Kalau begitu mari bercerai. Jika kau tidak ingin mengurus perceraian. Biarkan aku yang mengurusnya." Megumi mengambil tas nya. Meninggalkan meja makan. Tidak peduli dengan suara jatuhan piring di ruang meja makan dan Sebastian yang meneriaki nya. Megumi hanya ingin jauh lebih tenang pagi ini.
***
"Sekian meeting kita sore hari. Saya mengucapkan terima kasih atas kerja keras kalian. Mari lakukan yang terbaik untuk bulan selanjutnya." Megumi menutup meeting akhir bulan. Tepuk tangan terdengar memenuhi ruangan. Kalimat pujian mulai terdengar namun semua pujian itu bukan untuk Megumi namun untuk pria bodoh yang hanya duduk di ruang meeting sore ini sambil bermain game di ponselnya. Sebastian Matthew Holland.
"Pak Sebastian benar-benar sangat keren. Dia memberikan banyak kesempatan kepada ibu Megumi untuk terus berkembang."
"Kau benar, sangat jarang pria yang mendukung karir istrinya."
"Seharusnya pak Sebastian yang berbicara namun pak Sebastian selalu memberikan kesempatan itu pada ibu Megumi."
"Sungguh aku sangat iri. Bagaimana cara ibu Megumi mendapatkan pak Sebastian?"
"Tuhan, tolong sisakan satu Sebastian untukku."
"Pernikahan pak Sebastian dan ibu Megumi adalah impian semua orang."
"Kapan kesempatan untukku akan datang?"
"Pak Sebastian sungguh sangat tampan."
Megumi hanya tersenyum mendengar ucapan para karyawan S&M Strategy Consultants. Megumi sudah terbiasa mendengar itu. Sebastian memang sangat populer sejak dulu. Sebastian memiliki wajah tampan dan terlahir sebagai seorang anak miliarder terkenal di kota mereka.
"Mari makan malam bersama hari ini!" seruan Sebastian disambut dengan sangat gembira oleh semua orang. Kalimat pujian lagi-lagi tertuju pada Sebastian.
Megumi memilih meninggalkan ruang meeting dan masuk ke dalam ruangannya. Megumi merasa cukup tidak nyaman seharian. Dia menjadi pemeran utama dalam drama yang di ciptakan oleh Sebastian. Hari ini Megumi memerankan beberapa drama, siang hari mereka harus makan siang bersama kedua orang tua Sebastian. Megumi memainkan peran sebagai istri yang baik dan menantu yang baik. Sore hari Megumi lagi-lagi harus memainkan drama di hadapan para karyawan. Tentu saja drama seorang gadis biasa yang sangat beruntung menikah dengan seorang CEO sekaligus putra dari miliarder terkenal.
Megumi tidak pernah berpikir bahwa kehidupan yang dia perjuangkan mati-matian akan berakhir seperti ini. Megumi menarik nafas berat. Dia menyeduh kopi kemudian duduk di kursinya. Megumi terpekik ketika merasakan beberapa bagian tubuhnya sakit.
Sebastian benar-benar b******n.
***
"Kamu sakit?" Megumi menoleh. Rosie duduk di sampingnya. Menatapnya khawatir.
Acara makan malam bersama karyawan S&M Strategy Consultants diadakan di sebuah bar yang terkenal di dekat kantor mereka. Semua orang bersenang-senang termasuk Sebastian.
Megumi yang merasa tidak nyaman sejak tadi memilih duduk di sisi lain bar. Jauh dari lantai dansa.
"Aku baik-baik saja. Kamu tidak usah khawatir." Megumi tersenyum. Megumi menggenggam gelas jus dengan erat. Megumi memilih tidak menyentuh alkohol malam ini karena besok pagi dia harus bertemu dengan klien.
"Tapi kamu tidak terlihat seperti itu. Megumi, apa yang terjadi? Kenapa aku merasa kamu tidak senang?" tanya Rosie.
Rosie mengambil gelas jus jeruk yang sejak tadi di genggam oleh Megumi membuat perhatian Megumi tertuju pada Rosie.
Rosie teman Megumi sejak kuliah. Selain dari jurusan yang sama Rosie juga teman satu kamar Megumi saat mereka tinggal di asrama.
"Rosie." Megumi menatap Rosie. Megumi tersenyum tipis. Tatapan Megumi kemudian terpusat sepenuhnya pada Sebastian. Pria itu bersenang-senang seolah semuanya baik-baik saja.
"Ada apa? Megumi kondisimu terlihat sangat buruk. Kamu bertengkar dengan Sebastian?"
Megumi terkekeh namun mata Megumi memanas. Dia menatap lurus ke arah Rosie.
Rosie menatap Megumi khawatir. Megumi lagi-lagi terkekeh. Megumi merasa semakin menyedihkan. Sahabatnya bisa mengkhawatirkan kondisinya padahal mereka jarang memiliki kesempatan untuk mengobrol karena kesibukan masing-masing namun kenapa suaminya tidak bisa melakukannya. Padahal pria itu yang menciptakan luka untuknya.
"Megumi katakan sesuatu. Kenapa kamu tertawa? Megumi, aku khawatir." Rosie memegang pundak Megumi. Megumi menunduk ketika air matanya tiba-tiba mengalir. Megumi mengusapnya dengan cepat.
"Rosie." Megumi kembali menatap Rosie setelah dia merasa sangat yakin berhasil menyembunyikan air matanya dari Rosie.
"Katakan."
"Apakah kamu bahagia setelah menikah?" tanya Megumi.
"Cukup bahagia walaupun terkadang terjadi pertengkaran kecil dan perdebatan yang seharusnya tidak penting. Namun bukannya itu sangat normal. Tidak ada orang yang benar-benar akur ketika tinggal di rumah yang sama?"
Megumi terdiam. Megumi tiba-tiba memikirkan kapan terakhir kali dia dan Sebastian bertengkar karena mereka meributkan sesuatu yang tidak penting. Rasanya sudah lama sekali. Tidak ada lagi perhatian antara mereka kecuali itu untuk keuntungan Sebastian.
"Bukannya kamu dan Sebastian juga mengalami hal yang sama? Atau jangan-jangan kalian tidak pernah bertengkar karena Sebastian selalu mengalah dan memperlakukanmu layaknya seorang ratu?" Rosie menatapnya menggoda. Megumi tertawa. Menertawakan kesialannya.
"Rosie, kamu mempercayai pernikahan sempurna ku dan Sebastian?" Rosie menatapnya.
"Bukan seharusnya seperti itu. Kalian sudah bersama sejak kuliah. Perlakuan Sebastian tidak berubah. Megumi, apakah aku salah menilai selama ini?"
Megumi menggigit bibir bawahnya. Megumi memang tidak pernah mengeluh tentang hubungannya dengan Sebastian pada siapapun. Termasuk pada Rosie. Sangat wajar jika Rosie kebingungan.
"Rosie—" Megumi menunduk, menarik nafas. Dia menggenggam tangan Rosie erat, "Tidak ada yang baik-baik saja, Rosie. Sebastian selingkuh. Aku sudah menyaksikannya sebanyak tiga kali setelah menikah." Tangis Megumi benar-benar pecah setelah mengatakan itu.
Rosie memeluk Megumi erat. Rosie memejamkan matanya. Pada akhirnya hari ini datang juga. Hari dimana Sebastian tidak akan bisa bersembunyi dari Megumi.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Rosie. Dia memeluk Megumi erat. Rosie tahu seberapa besar pengorbanan Megumi untuk Sebastian selama ini. Rosie sangat tahu bagaimana Megumi berjuang keras membangun S&M Strategy Consultans. Rosie tahu semuanya.
Orang yang sangat Rosie benci di dunia ini adalah Sebastian Matthew Holland. Pria bodoh itu sungguh tidak pantas untuk menyakiti Megumi.
"Aku ingin bercerai. Aku ingin mengakhiri semuanya."