BANDIT 4

1265 Kata
Siang ini aku sedang membantu Adit mengurus pernikahannya. Iya Adit mau menikah lho, akhirnya ada juga yang akan mengurus kakak kembarku yang satu ini. Oh iya soal kak Dave, sekarang sedang di Jerman. Jadi kak Dave sudah menikah lebih dahulu dan tinggal di Jerman karena membuka perusahaan di sana. Kami sempat bertemu di Jerman, namun karena kak Dave sibuk jadi sangat jarang, makanya waktu pulang ke Indonesia, kak Dave tidak bisa mengantarku. Kak Stephie juga sudah menikah, begitu pula kakak-kakak kami yang lain. Seperti kakaknya Aldric, dan juga kak Jessi anaknya Om Jacob. Kini giliran kami yang dibawah mereka. Baiklah cukup penjelasan tentang apa yang terjadi selama 6 tahun aku merantau ke negeri orang. "Bagaimana Dis?" Tanya Citra, calon istri Adit. Citra orangnya sangat baik dan bersahabat, cantik, manis, bahkan saat pertama kenal kami bisa dengan cepat akrab. "Keren deh Cit, cantik banget" pujiku jujur, Citra terlihat cantik dengan gaun pengantin yang sedang ia pakai saat ini. Kami sedang di sebuah butik pilihan mama, dan Citra sedang mencari gaun yang akan di pakainya. Adit masih sibuk mengurus yang lain, oleh karena itu akulah yang membantunya. "Kapan kamu nyusul Dis, Kevan udah siap lho" goda Citra setelah membayar gaun yang dipilihnya. "Tenang aja Cit, kan udah acara lamaran" ya beberapa hari lalu Kevan sudah melamarku di hadapan papa mama, namun kami belum merencanakan tanggal karena mau fokus dahulu dengan pernikahan Adit. "Jangan terlalu lama Dis kalau sudah siap" lanjut Citra, "Iya yang penting kalian dulu Cit" Kami masuk ke dalam mobilku, setelah ini aku akan menemani Citra ke salon untuk perawatan pengantin karena acara mereka hanya tinggal 3 hari lagi. Usai dari salon, aku mengantarkan Citra pulang ke rumahnya. Dan akupun juga pulang karena hari sudah hampir malam. "Kak Dave jadi datang Ma?" tanyaku saat jam makan malam, "Iya jadi kok sayang, mungkin besok sudah sampai" jawab Mama, senangnya bertemu lagi dengan kakak tersayangku itu. "Sudah kangen yah Adis?" tanya Papa, aku tersenyum lebar menjawab pertanyaan Papa, jelas saja aku sangat merindukan kak Dave,  "Iya lah Pa pasti Adis kangen, kan suka manja sama kak Dave" sindir Adit, aku memang lebih sering manja pada kak Dave sejak dulu dari pada dengan Adit. Mungkin karena usiaku dan Adit yang sama dan Kak Dave lebih dewasa. Usai makan malam aku dan Adit kembali ke kamar kami untuk beristirahat. Adit nampak masih sibuk menghubungi semua yang terlibat persiapan acara pernikahannya. Mungkin Kevan nantinya seperti Adit jika kami menikah, hehe jadi penasaran bagaimana nantinya aku dan Kevan sibuk mempersiapkan acara pernikahan kami. Eh jadi bahas ke sana, sudahlah lebih baik aku tidur, seharian ini lumayan lelah ikut membantu persiapan Citra. ....... Hari pernikahan Adit tiba, sejak pagi semua sudah sibuk. Rumah mendadak ramai karena beberapa keluarga Mama dan Papa yang tinggal di luar kota turut hadir. Adit juga sudah siap di kamarnya, aku yakin ia nervous saat ini. "Hai calon mempelai" sapaku pada saudara kembarku yang sedang bersiap sendirian di kamarnya. "Hai Dis" Nampak kegugupan di wajahnya. Bagaimana tidak, ini adalah acara tersakral dalam hidupnya di mana ia akan membentuk keluarga baru. Aku menepuk pundaknya pelan, Aditku sudah lebih dewasa saat ini. Tidak lagi seperti 6 tahun lalu. Ah aku jadi rindu masa-masa kami masih sekolah, di mana Adit lah tempat aku curhat, Adit yang sering peduli padaku, Adit yang selalu melindungiku saat dulu aku masih bermusuhan dengan Kevan, Adit yang selalu menghibur aku, Adit sebagai saudara kembar, kakak sekaligus sahabatku. Kini sudah berdiri di hadapanku sebagai Adit yang dewasa dan akan berumah tangga sebentar lagi. "Hei Dis kenapa lo yang nangis?"  Ah ya tanpa sadar aku meneteskan air mata saat menatap sosok saudara kembar yang ku lihat 6 tahun lalu masih memakai seragam putih abu-abu kini sudah memakai setelan jas pengantin. Aku tertawa garing lalu memeluk Adit, "sebentar lagi kita ngga akan bisa bareng kayak dulu Dit, lo udah akan punya tanggung jawab atas istri lo nanti, dan gue akan bersama Kevan, kenapa di saat seperti ini gue jadi kangen yah masa-masa sekolah dulu." Adit mengeratkan pelukannya, membenamkan wajahnya di bahuku, "semua ada waktunya Dis, mungkin dulu lo tanggung jawab gue dan kak Dave sebagai kakak lo, sebentar lagi lo akan jadi tanggung jawab Kevan begitu juga gue dan kak Dave udah ada tanggung jawab atas istri kami, tapi walau begitu gue akan tetap jaga lo meski melalui Kevan Dis, karena lo adalah adik, saudara kembar sekaligus sahabat tersayang gue." Adit benar, semua sudah ada waktunya sendiri. Ku lepaskan pelukanku, karena Mama sudah meminta Adit untuk segera keluar dari kamar. Di depan rumah sudah ada mobil yang akan mengantarkan Adit, sedangkan aku sudah dijemput oleh Kevan. Acara pernikahan berlangsung hikmat dan lancar hingga sampai pada resepsi.  "Sebentar lagi kita yang berdiri di sana" bisik Kevan menggodaku, wajahku memanas mendengar ucapannya, kenapa malah jadi tegang gini yah. "Ish jangan bahas dulu Van, jadi gugup nih" Kevan terkekeh lalu merangkul pinggangku serta mengajakku ke tempat Adit untuk memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru. Diantara para undangan tentunya ada para sahabatku, Edo dan Al, mereka juga menggandeng pasangan masing-masing. Jadi tidak sabar dengan kehidupan baru kami nanti. Malamnya, Kevan mengantarku pulang ke rumah. Papa dan Mama juga sudah sampai. Rumah masih nampak ramai karena beberapa saudara jauh Papa dan Mama menginap malam ini sebelum kembali pulang esok hari. Kevan langsung pamit pulang saat sampai di depan rumahku, ia juga pasti lelah seharian ini. Setibanya di kamar aku langsung merebahkan badanku di kasur, kamar Adit kosong karena dirinya dan Citra menginap di hotel tempat pelaksanaan resepsi tadi. Kak Dave tidur di kamar lamanya, sedangkan saudara yang lain di kamar tamu. Banyak kejadian yang mengharukan dan lucu hari ini, termasuk ketika salah satu dari tanteku alias sepupu Mama menanyakan kapan aku dan Kevan menyusul Adit? Dan dengan tenangnya Kevan menjawab "secepatnya kami kirim undangan tante," kalau aku sih lebih memilih diam, biarlah Kevan yang jadi juru bicaraku, haha. Malam semakin larut, mataku juga semakin berat, tak lama akupun terlelap tidur. ........ Aku terbangun saat merasakan guncangan kecil di tubuhku, ternyata Mama. Setelah mengumpulkan nyawaku, aku mendudukan diri di kasurku. "Ada apa ma?" tanyaku setengah menguap. "Kamu kan hari ini sudah mulai praktek sayang, masa lupa?" Astaga iya aku lupa, hari ini sudah dimulai praktekku sebagai dokter. Aku memang sengaja menunggu pernikahan Adit selesai baru memulai tugasku karena ingin terlibat membantu semua persiapannya. Mama langsung menyuruhku mandi dan bersiap-siap. "Bu dokter mau tugas nih?" goda kak Dave saat aku sudah bergabung di ruang makan. "Iya kak udah habis masa santainya" aku terkekeh begitu pula Papa, Mama, kak Dave dan Kak Sofia, istri kak Dave. "Kok rumah udah sepi ma? ke mana sepupu mama yang semalam disini?" tanyaku saat baru menyadari hanya kami berlima ditambah anak kak Dave di rumah. "Pagi pagi sekali mereka sudah berangkat, takut terkena macet ke bandara katanya" jelas Mama. Usai sarapan, aku langsung pamit berangkat ke rumah sakit. Mungkin Mama akan lebih jarang ke rumah sakit, karena Mama bilang setelah aku berumah tangga nanti, aku lah yang bertanggung jawab di sana. Mama mungkin akan membantu di bagian spesialis penyakit dalam, saat aku usia SD mama sudah mengambil spesialis, kalau aku sih nanti saja, mungkin akan seperti Mama dulu. "Selamat Pagi dokter Adis" sapa seorang suster saat aku masuk ke ruangan Mama yang nantinya juga akan ku pakai. "Pagi sus" aku balas menyapa, sejak dulu aku sering main di sini jadi beberapa suster dan karyawan lama banyak yang mengenalku. Termasuk dokter-dokter yang bekerja pada saat Mama baru menjadi salah satu dokter di sini. Aku mendudukan diriku di kursi besar yang biasa Mama pakai, menyapukan pandangan ke seisi ruangan. Di sinilah aku memulai tugasku sejak saat ini. Baiklah, selamat datang tugas baru. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN