DIANA’s POV.
Siapa sih yang menginginkan pengkhianatan, apalagi kalau melibatkan orang yang kita percaya sepenuhnya? Aku pun tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Mimpi buruk untuk setiap pasangan, terutama yang sudah menikah. Remaja pun tahu betapa sakralnya janji pernikahan, tetapi kenapa banyak orang berani melanggarnya hanya karena ‘sesuatu yang baru’?
Sayangnya, takdir memang tidak bisa diprediksi atau mengikuti keinginan siapa pun. Selalu ada hal buruk yang kemudian diharapkan menjadi pembelajaran hidup. Lalu, apa yang kudapati dari perselingkuhan suamiku dengan sahabatku sendiri? Jangan percaya sepenuhnya pada siapa pun. Orang yang paling dekat adalah yang paling berbahaya, bahkan kalau mereka tidak memiliki senjata.
Ada saat-saat di mana aku ingin bangun dari mimpi buruk ini, ingin berteriak kalau sebenarnya aku hanya bermimpi. Aku bisa dengan mudah menjadi gila, tetapi memaksa tetap waras demi Ica. Ya, demi anakku satu-satunya. Siapa lagi yang akan menyayanginya kalau bukan aku? Ayahnya sendiri tega membuangnya untuk seseorang yang ‘menarik’.
“Bunda!”
Pisau yang kugunakan mengiris bawang diletakkan sementara aku pergi menghampiri anakku. Ica suka sekali berteriak, bahkan kalau tidak ada hal yang genting. “Ada apa, Ca? Bunda lagi masak.”
“Bunda, bulan depan kata temen Ica hari ayah. Dia mau ngasih kado ke ayahnya. Kita kapan, Bunda? Ayah Ica di mana?”
Sontak aku memejamkan mata erat, menahan emosi. Harus kubilang berapa kali pada Ica kalau ayahnya tak akan kembali? Anak kecil itu terus saja melupakannya dan bertanya. Tidak mungkin kalau aku harus melampiaskannya lagi atau masa kecil anakku akan penuh dengan bentakan.
“Ica gak punya ayah.”
“Tapi kata Kania semua orang punya ayah, Bun. Ayah Ica kok gak pernah pulang?”
Sabar. Tarik napas, Diana. Dia anak kamu.
Tanganku mengepal semakin erat. d**a mulai sesak karena menahan emosi. Bahkan saat aku tidak begitu sakit hati, rasa sesaknya tetap sama. Aku tetap tak bisa melupakan pengkhianatannya.
“Jangan buat Bunda marah, Ca.”
Sudah setahun aku memisahkan diri dan menetap di sebuah perkampungan, kenapa Ica tidak juga lupa kalau dia pernah punya ayah? Apa ingatannya masa kecilnya begitu kuat sampai susah dibohongi?
“Ya kalau gitu di mana ayah Ica, Bun?”
Bohong kalau aku berkata tidak sedih sama sekali. Aku anak yatim, tahu persis bagaimana rasanya tidak memiliki ayah. Aku tak pernah mau Ica tak mendapatkan kasih sayang ayahnya, tapi apa boleh dikata? Bahkan aku sendiri tak bisa mencegah itu terjadi. Ada begitu banyak takdir yang tak bisa diatur, ini adalah salah satunya.
Sudut bibirku terangkat, membentuk senyum kecil. “Ayah lagi kerja, Ca.” Suaraku terdengar tercekat dan bergetar di saat yang bersamaan. “Jangan ditanyain lagi ya. Atau gak ayah gak bakal pulang lagi.”
Ica mendongak dari mainannya, menatapku dengan mata besarnya. “Jadi Ica beneran punya ayah ‘kan, Bun? Yes! Ica mau bilangin ke Kania!” Tanpa bisa kucegah, Ica sudah berlari keluar—mungkin ke temannya.
Aku lemas terduduk di kursi dengan bahu terkulai. Mataku perih ingin menangis, tapi tak ada setetes air mata pun yang tumpah. Terlalu banyak air mata yang sudah keluar, menyisakan amarah yang tak berkesudahan.
“Aku gak akan maafin kalian,” gumamku dengan tangan terkepal. Kalian, dua orang yang tak ingin kutemui lagi seumur hidupku. Pergi saja sejauh mungkin ....
***
Sebenernya sumpah gak niat bikin ginian, cuma karena cerita ini udah signed, jadi part yang terlanjur update gak bisa ditarik dan yang gak sengaja ke-update itu part 14. Gak enak banget liatnya kalau acak-acakan jadi maafkan aku bikin beginian. Bingung juga asli mau ngomongin apa. Ini juga gak nyambung ke chapter sebelumnya, tapi setahun pas Diana cerai dari Dimas.
Jadi, sebelumnya aku minta maafkan kalian bilang mau daily update tanggal 1 Maret tapi ternyata ada banyak hal yang di luar wacana. Waktu itu lagi banyak ujian sih jadi maaf banget maaf banget enggak jadi update dan ternyata telat 2 bulan. Aduh bingung aslimu ngomongin apa soalnya harus 200 kata.
Sihir Sang Pembenci akan daily update dimulai tanggal 1 Mei. Mudah-mudahan lancar ya ya apalagi bakal kepotong lebaran. Aku aku gak yakin sih kalian bakal lanjut baca soalnya cerita ini rumit banget sih. Tapi kalau kalian nekat pengen ngerti bisa kok, ceritanya nggak bakal serumit yang dipikirkan.
Oh ya, aku mau ingatin bakal banyak banget flashback. Mengingat cerita ini alurnya campuran jadi kadang sewaktu-waktu bisa flashback. Untuk keseluruhan masa lalunya bakal dibahas sesudah masuk ke konflik utama.
Kalau kalian pembaca cerita aku dari karma, mungkin tahu kalau diceritain itu banyak yang ngeritik. Boleh kok, boleh banget malah. Asal menggunakan bahasa yang sopan dan mengandung saran, kalau nggak ada sarannya itu itu kayak hujatan. Okee