Keano telah bersiap untuk pergi menuju ke tempat di mana biasanya ia dan teman-temannya berkumpul. Dia memakai jaket, dan segera mengambil kunci motornya yang terletak di atas meja.
Ia menuruni anak tangga lantai kamarnya dengan sedikit berlari. Saat setelah sampai di lantai bawah, Anya yang melihat anak lelakinya itu langsung menghadang Keano.
"Mau kemana malam-malam?!" tanya Anya sambil mematikan siaran tv yang tadi ia tonton.
Keano seketika berhenti, dan menolehkan kepalanya menjadi menatap Anya dengan menyengir.
"Anu Bun, Keano mau ngambil buku matematika yang tadi dibawa sama Anta. Emang tuh anak rada gak tahu diri," ucap Keano mencari-cari alasan.
Anya memincingkan kedua matanya menatap anak laki-laki pertamanya itu. Ada rasa tidak percaya dan khawatir didiri wanita hamil tersebut.
"Udah Bun, Keano nggak ngapa-ngapain kok." Imbuh Raffa lagi.
"Yaudah kalau gitu. Tapi awas kalau kamu jam 9 nggak pulang. Bunda akan kunci semua pintu dan uang jajan kamu Bunda potong lagi! Paham?!" ancam Anya dengan tajam.
Mata Keano membulat sempurna, apa-apaan itu barusan yang diucapkan Bundanya? Seriuskah orang tuanya tega mengunci dirinya di luar rumah?
"Bunda tega?" tanya Keano polos.
"Tegalah!"
Keano menghela nafas pasrah, dia hanya berharap agar dia bisa pulang sebelum jam yang telah ditentukan oleh Ibunya tersebut. Karena jujur sekali, Raffa itu tidak berani berjanji. Karena dia tidak mau memberikan janji apa pun, percumah juga berjanji, kalau nantinya akan dia langgar lebih baik dia langsung membuktikannya. Karena prinsip seorang Keano Alkenzo Aditama itu adalah,
'Cowok itu nggak usah banyak obral janji kalau nggak bisa untuk menepati.’
"Okelah terserah Bunda aja, yaudah kalau gitu Keano mau ke rumahnya Anta dulu. Bye Bun," pamit Keano.
Anya tersenyum samar saat mendengar jawaban pasrah anaknya, itu berarti anak laki-lakinya itu tidak berani memberi harapan-harapan palsu atau hanya sekedar janji.
* * *
"Ke lo tahu nggak perbedaannya Matematika sama Sejarah?" tiba-tiba Anta yang tengah bermain game mobile lagend itu menanyakan hal yang sama sekali tidak penting kepada Keano.
"Ngitung sama ngehafal, maybe." Jawab Keano dengan hendikan bahunya acuh.
"Salah," jawab Anta dengan wajah cengonya.
"Apaan?" tanya Keano masa bodo.
"Nih ya gue kasih tahu, bedanya tuh karena memperhitungkan masa depan nggak semudah mengenang masa lalu." Kata Anta santai.
"Goblok." pekik Keano.
"Bodo amat. Daripada lo, kek orang b**o dari tadi ngomong sendiri,’ celetuk Anta.
"Kapan gue ngomong sendiri?"
"Sok pikun lo."
Ya, Keano sekarang sudah berada di rumah sahabatnya yaitu Anta. Tujuan Keano datang kesana adalah untuk mengambil buku matematika yang dari satu minggu yang lalu dipinjam oleh Anta namun tak kunjung-kunjung dikembalikan. Memang dasar Anta saja yang pelupaan, buku matematika milik Keano dia pinjam sampai berhari-hari dan sama sekali belum dia salin catatannya.
"Udah deh nggak usah basa-basi. Mana buku matematika gue?" tanya Keano sambil bersedekap d**a.
"Eits, sabar bosku. Buku lo ada kok," jawab Anta.
Keano memutar kedua bola matanya malas. "Ya terus mana buku gue, Anoa." geram Keano.
"Gini Ke, kemarin kan gue lupa buat nyalin nah---" ucapan Anta terhenti saat Keano memotong kalimatnya.
"Lo belum nyalin?!"
"Nah, itu masalahnya." jawab Anta.
"Bodo amat, gue kesini mau ngambil buku gue. Cepet kasih gue, dikasih waktu banyak lo sia-siain. Kek hati gue," ujar Keano santai.
"Halah modelan lo. Bilang aja gagal move on dari Alea,"
"Bacot lo."
"Realita."
"Ambil sekarang buku gue!" suruh Keano.
"Iya-iya sabar,"
Anta yang melihat wajah Keano yang menatap tajam dirinya itu seketika langsung ngancir menuju ke dalam kamarnya bertujuan untuk mengambil buku milik cowok itu yang sudah dia pinjam behari-hari itu.
"Ngimpi apa gue punya temen kek gitu," pikir Keano dengan menggelengkan kepalanya heran.
Sambil menunggu Anta yang mengambilkan buku miliknya itu, Keano melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. "Jam 8 lewat 20 menit." gumam Keano.
Masih ada waktu sekitar 40 menit lagi, Keano mengetuk-ngetukkan jarinya di atas sofa ruang tamu Anta. Lama banget ngambil buku satu doang. Pikir Keano. Cowok itu sesekali menghela nafasnya gusar.
"Nih," ucap Anta yang tiba-tiba datang dengan menyodorkan buku yang bertuliskan Matematika punya KeanoA. Itu kepada yang punya.
Dengan cepat Keano mengambil dengan menatap tajam ke arah Anta, "Lama amat sih lo?!" tanya Keano sarkastik.
"Ya maaf njir, buku lo tadi hilang." Jawab Anta santai.
Pletak!
Karena geram dengan tingkah sahabatnya itu, akhirnya dia memukul kepala Anta menggunakan bukunya tadi.
"Kenapa sih lo? Biasanya aja juga bodo amat sama tugas? Tuhkan cinta mengubah segalanya, Hezek." Cerocos Anta panjang lebar.
"Allahuakbar, bacot banget deh lo Nta." Keano menepuk keningnya.
"Orang tua lo kemana sih? Sepi amat tumbenan rumah lo?" tanya Keano karena dia baru sadar kalau kedua orang tua Anta sejak tadi tidak kelihatan. Biasanya kalau Keano datang pasti kedua orang tua itu akan histeris dan heboh.
"Tau tuh. Gue bangun-bangun mereka berdua udah kabur. Jahad banget!" ucap Anta melas.
"Mampus lo, haha." jawab Keano dengan tertawa.
"Ketawa lo ketawa aja sampai ngakak. Sampai tuh mata sipit." ketus Anta.
Tiba-tiba tawa Keano berhenti karena ponselnya itu berdering, menandakan ada yang menghubungi dirinya. Keano langsung melihat siapa yang menghubunginya.
Satu pesan muncul dilayar ponselnya, dan dengan sigap Keano langsung membacanya.
Gara nyariin lo Ke sambil bawa-bawa nama cewek. Alea gtu.
Pesan dari Dino itu membuat rahang Keano langsung mengeras dan segera dia langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket dan berjalan keluar rumah Anta.
Sebelum benar-benar pergi, Keano berpamitan kepada sang punya rumah. "Gue pulang."
Anta yang masih bingung dari perubahan sifat dari wajah sahabatnya itu terus menatap cengo punggung Keano.
Motor ninja hitam itu melaju dengan kecepatan kencang, Keano tidak tahu apa maksud Gara, kenapa dia membawa-bawa nama Alea ke dalam masalahnya.
* * *
Keano melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi menuju kesebuah tempat di mana ada Gara di sana. Cowok itu memang suka sekali mencari masalah kepadanya. Keano yang biasanya hanya diam, kini dia ikut ambil alih semuanya karena nama seorang gadis yang amat Keano jaga dan lindungi itu ikut masuk dalam masalah yang diciptakan oleh Gara.
Tidak lama kemudian motor itu memasuki sebuah gudang yang sudah tidak terpakai lagi, dia memarkirkan motornya didalam sana. Seketika semua pandangan orang-orang yang ada didalam gedung itu beralih menjadi menatap Keano. Sedangkan Gara, dia menatap Keano dengan seringaiannya.
"Ada masalah apa lo sampek nyangkut pautin Alea?!" Keano berjalan dengan santai sambil bersedekap d**a ke arah Gara yang tengah berdiri bersandar di samping mobilnya.
Gara yang mendengar pertanyaan dari Keano barusan justru terawa. Ternyata memang benar, kelemahan cowok itu hanyalah Alea.
Mengingat hal itu Gara malah tersenyum miring.
"Gue denger-denger lo ditolak Alea kan?" tanya Gara dengan seringainya.
"Bukan urusan lo." Jawab Keano tenang tapi tajam. Lagipula kenapa cowok itu julid sekali bahkan sampai mengalahkan kejulidan ibu-ibu komplek rumahnya.
Dino, Arya, dan Lucas pun merasakan ada aura yang mencekam di antara kedua laki-laki itu.
"Santai aja Keano. Itu cewek nggak suka sama lo! Dia cuma suka sama Fahri. Camkan itu!" ejek Gara dengan senyum miringnya.
"Dan lo, lo cuma dianggap pelarian sama Alea. Kasian banget gue lihat lo," lanjut Gara seolah-olah tengah mengompori Keano.
Diam-diam Keano mengepalkan kedua tangannya. Tenggorakkannya tercekat dan rahangnya mengeras seketika. Telinganya tiba-tiba mendadak panas, ingin sekali Keano menghantam wajah Gara dan membuatnya babak belur saat ini juga.
"Jaga mulut lo!" Peringatnya.
"Kenapa? Lo takut patah hati?!" tanyanya lagi.
Keano menghela nafasnya kasar, "Mau lo apa datang ke sini anjing?!" geram Keano.
"Eitss, selow aja bro." Gara terkekeh.
"Anjing!" umpat Keano berusaha mengontrol dirinya.
"Sabar Ke, mungkin dia butuh nutrisi," celetuk Dino memberi Keano ketenangan agar di antara kedua cowok itu tidak terjadi adegan baku hantam.
Tatapan Gara tertuju ke arah Dino dengan tajam, Dino yang merasa ditatap itu langsung mendelik kesal. "Apa lo lihat-lihat?! Gue colok mata lo!" ketusnya.
Gara malah ingin menghantam wajah cowok sok ganteng Dino. Tapi dia tahu tujuannya kesana adalah untuk membuat Keano panas.
"Asal lo tahu Gar, gue nggak tahu apa mau lo. Kenapa lo tiba-tiba nyangkut pautin Alea dalam masalah ini?! Dan gue sendiri juga nggak tahu apa masalah lo sama gue! Tapi gue harap lo nggak bakal nyentuh Alea sedikit pun. Sampai terjadi sesuatu sama Alea," ucapan Keano memelan ke arah Gara. Kini dia berbisik dengan tajam.
"Gue nggak bakal segan-segan ngehancurin lo. Karena lo belum tahu siapa gue sebenernya!"
Kita lihat, siapa yang akan hancur. Gue atau lo! Karena lo udah berani ambil sesuatu yang berharga dalam hidup gue! Batin Gara sinis.
Keano menepuk bahu Gara pelan.
"Mending lo pulang, percumah lo di sini buang-buang waktu aja," ucap Keano tajam.
"Inget Ke, lo masih baru di sini. Lo nggak tahu apa pun tentang gue." Jelas Gara sinis.
"Lo yang harusnya ngaca. Lo belum tahu siapa gue, jangan sok belagu lo!"
"b*****t," umpat Gara dan akhirnya cowok itu pergi dengan mengendarai mobilnya keluar dari gudang tua itu.
Sedangkan Keano masih memikirkan ucapan yang barusan diucapkan oleh Gara. Apakah memang benar Alea mencintai Fahri? Dan apakah dia harus menyerah begitu saja? Padahal perang saja belum dimulai.
"Lo kenapa Ke? Ada masalah yang sulit lo hadapin?" tanya Arya dengan menepuk pundak cowok itu.
Sontak saja Keano menoleh, laki-laki itu tersenyum dengan paksa, "Enggak. Cuma ada hal yang lagi gue pikirin aja." jawabnya.
"Emang apa yang lo pikirin sih Ke? Lo bisa cerita sama kita?" imbuh Lucas.
"Masalah cewek?" tebak Dino yang sejak tadi diam sambil memperhatikan mimik muka Keano.
Keano hanya diam dan diamnya Keano pertanda iya.
"Udah gue duga." Tebak Dino sambil berjalan dengan bersedekap d**a ke arah Keano berada.
"Lo duga apaan?" tanya Lucas cengo.
"Diem deh lo Luc. Muka lo tuh merusak suasana yang serius." imbuh Dino.
"Salah lagi,"
"Emang salah lo anjing." cetus Dino.
Arya hanya geleng-geleng kepala saat melihat kedua sahabatnya malah saling beradu argumen sendiri itu.
"Jadi lo masih ragu sama perasaan lo ceritanya?" tanya Arya.
"Enggak."
"Jangan bohong."
"Gue nggak bohong!"
Arya menghela nafasnya dia masih heran dengan Keano padahal persahabatan mereka sudah hampir satu tahun. Tapi cowok itu masih sulit terbuka mengenai perasaan dan hatinya.
"Lo bisa cerita kapan aja, karena itu gunanya temen." Arya tersenyum sembari menepuk pundak sohibnya itu.
Keano tersenyum, walaupun beda angkatan kekompakkan mereka masih saja terus berlanjut hingga sekarang.
"Kalau gue udah siap, gue bakal cerita kekalian. Karena gue tahu, sahabat gunanya buat berbagi kesenangan dan kesedihan." Jawab Keano.
Keano diluarnya saja bisa tertawa dan tersenyum, tapi dia tidak bisa menyembunyikan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam dari hatinya. Dia merasa gagal dan putus asa karena dengan terang-terangan orang yang ingin dia lindungi dan ingin dia perjuangkan dengan sepenuh hati itu tidak mau dia perjuangkan.
Apakah ini yang dinamakan cinta? Siapa yang kuat dia akan bertahan, dan siapa yang lemah dia akan melepaskan dan melupakan.
* * *
Sinar matahari perlahan-lahan mulai memasuki celah kamar seorang gadis yang sejak tadi masih bergelung dengan selimut tebal itu.
Gadis itu mulai merenggangkan otot-otot tubuhnya, dia mulai mengerjab-ngerjabkan matanya sambil diselingi dengan gerakan mengucek kedua bola matanya. Sesekali dia juga menguap lebar-lebar, betapa lelahnya dia semalaman. Sampai-sampai dia bangun agak siang.
Entah kenapa tiba-tiba Alea mengambil ponselnya yang berada di samping sisi tempat tidurnya. Dia melihat beberapa notif, dan perasaan kecewa mulai hinggap dihatinya ketika seseorang yang dia harapkan tidak menghubunginya sama sekali.
"Apa gue keterlaluan ya sama Keano? Tapi kenapa? Guekan cuma nganggap dia temen gue aja," gumam Alea.
Alea menghendikkan bahunya acuh dan dia kini berjalan menuju ke kamar mandi dan bersiap untuk ke sekolah.
Yang gue suka tuh kak Fahri, bukan Keano.
Di tempat lain, kini seorang laki-laki tengah meringkuk di dalam selimut tebal seperti bayi yang tengah bersembunyi di dalam dekapan ibunya.
Keano sesekali menggigil dan memejamkan matanya, cowok itu entah kenapa tiba-tiba bisa demam.
Anya memasuki kamar anaknya dengan wajah khawatir, tidak hanya khawatir tapi dia sangat amat khawatir terhadap keadaan anaknya.
Anya membawa sebaskom air hangat beserta kompresannya, dia menyisihkan rambut Keano dan mulai mencelupkan kompresan itu ke dalam baskom yang berisikan air hangat, Anya kemudian memerasnya hingga tidak ada air yang terlalu banyak di dalam kompresan itu dan mulai meletakkannya didahi Keano.
"Maafin Bunda ya Ke, gara-gara Bunda kamu jadi sakit kayak gini." ucap Anya merasa bersalah terhadap anaknya tersebut.
Memang benar Anya kemarin malam membuktikan ucapannya kepada Keano, dia dengan tega mengunci pintu dan menyebabkan Keano tertidur hampir pagi di kursi teras rumahnya. Untung saja ada Mbok Sri yang membuka pintu dan melihat Keano tengah tertidur di teras rumah dengan keadaan menggigil. Keano itu diam-diam mempunyai suatu rahasia yang besar, dan dia hanya akan membaginya dengan seseorang yang sangat berarti dan berharga di dalam hidupnya. Kecuali orang tuanya. Karena mereka sudah tahu apa rahasia Keano tersebut.
"Bunda nggak salah, Keano yang salah. Karena pulang malam." Jawab Keano dengan suara seraknya.
Anya tersenyum, "Anak Bunda udah bertanggung jawab. Bunda percaya sama Keano." wanita itu menitihkan air matanya.
Seharusnya dia tidak berbicara seperti itu, seharusnya dia mengingat keadaan putranya itu.
Raffa memasuki kamar anaknya dan melangkah masuk ke dalam, "Kita ke dokter ya, kamu siap-siap Keano." ucap Raffa dengan mengacak rambut anaknya.
Keano tersenyum sekilas dia sangat beruntung mempunyai Ayah yang perhatian seperti Ayahnya itu dan dia juga beruntung memiliki Bunda yang sangat menyayanginnya dengan tulus seperti ini.
"Iya Yah," jawab Keano lemas.