Setelah satu minggu tidak menampakkan batang hidungnya di sekolah. Kini laki-laki itu berjalan dengan santainya sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya sembari menebar senyum kesemua orang.
"Kumat nih anak," tiba-tiba Anta yang melihat punggung sahabatnya itu langsung berdiri di sampingnya dengan melihat wajah Keano dengan pandangan bingung.
"Kesambet setan apaan lo Ke? Masih waraskan lo?" tanya Anta dengan memperhatikan wajah cowok yang kini tengah cengar-cengir disebelahnya itu.
"Alhamdulilah masih," jawab Keano santai.
Anta mengangguk, dan kini Keano malah bersiul-siul dengan wajah berseri mungkin bagi siapa pun yang melihat tingkah Keano sekarang, mungkin saja mereka akan menganggap Keano tengah mendapat hadiah mobil sport.
"Btw lo udah sembuh bener?" tanya Anta.
"Udah, kalau belum sembuh ngapain gue masuk oneng!” jawab Keano.
"Iya sih, oh iya lo nggak pengen tahu perkembangan---" ucapan Anta terhenti saat matanya menangkap pemandangan yang tidak asing di depan matanya.
Langsung saja Anta menepuk pundak sahabatnya yang berada di sampingnya itu dengan brutal.
"Apaan sih lo anjir," karena risih Keano menjauhkan tubuh laki-laki itu dengan mendorong bahunya.
"Seminggu nggak ada lo Si Fahri gaspol sama Alea. Lo sih kenapa pakek sakit lama-lama?! Nah si Alea jadi digebet sama anakan buaya kan!" cerocos Anta panjang lebar kepada Keano. Ucapan Anta seperti layaknya ibu yang sedang memarahi anaknya karena ketahuan memaling sebuah mangga milik tetangganya.
"Siapa juga sih yang mau sakit? Gue juga nggak mau kali." Ketus Keano.
"Kan tumben aja lo nggak masuk sampai seminggu, biasanya lo tuh paling nggak betah kalau nggak masuk." ucap Anta
"Alah kepo lo." jawab Keano.
"Gimana sama Alea?" tanya Keano berusaha mengalihkan pembicaraannya.
"Oh iya, sumpah gue gedek banget waktu liat si Fahri modus sama Alea, najis parah gayanya. Sok ganteng lagi. Gantengan gue juga kemana-mana." cibir Anta.
Keano memutar kedua bola matanya malas, "Up."
"Trus nih ya, setiap kali kayak pulang sekolah si Fahri nyuruh Alea buat nungguin dia latihan basket. Gue lihat juga wajahnya Alea kayak mulai jengah sama risih gitu, itu artinya ada kesempatan buat lo masuk ke hati Alea." tutur Anta yang mulai sok bijak.
Keano berpikir sejenak, apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu ternyata ada benarnya juga. "Oke boleh juga ide lo, tapi beberapa hari ke depan gue masih sibuk sama urusan gue." jawab Keano dengan menghela nafas gusarnya.
"Sok sibuk lo." cibir Anta.
"Emang gue orang sibuk, mau apa lo?!" jawab Keano dengan menaik turunkan alisnya.
"Kutil badak,"
Entah apa karena kebetulan atau tidak, saat berjalan Keano dan Anta berpapasan dengan Alea serta Fahri. Tatapan dari Alea mengisyaratkan ada kerinduan saat pertama kali bertemu dengan Keano setelah dia menolak laki-laki itu beberapa hari yang lalu. Berbeda halnya dengan Alea yang dengan terang-terangannya menatap Keano, kini cowok itu malah tersenyum dan berjalan berlalu begitu saja disamping Alea.
Sedangkan Alea malah menghela nafasnya pasrah. Mugkin Keano sedang marah dengannya, pikir Alea.
***
Jam masih menunjukkan pukul 10.10 tandanya itu jam menunjukkan waktu untuk istirahat dimulai, semua murid yang berada di kelas Alea berbondong-bondong pergi keluar kelas dan you knowlah kemana selanjutnya?? Yap, Kantin.
Tere menyenggol lengan Alea yang tengah ia gunakan untuk menopang dagunya, Alea kini tengah melamun.
"Lo kenapa deh Al?" tanya Tere bingung sendiri kepada Alea yang sejak jam pertama tadi hanya melamun.
Sontak gadis itu langsung menegakkan badannya, "Nggak apa-apa." Jawabnya dengan mengulum senyum.
Tere menyipitkan matanya dia menatap Alea dengan pandangan memincing, "Jangan bohong! Lo sahabatan sama gue dari SMP!" ketus Tere.
Alea menghela nafasnya, mau bagaimana pun dia berusaha menutup-nutupi masalahnya Tere pasti akan tahu, gadis itu terlalu peka dengan keadaan.
"Ayo cerita!" paksa Tere.
Alea malah tersenyum, "Gue laper mau ke kantin dulu, bye!" setelah mengucapkan kalimat itu dia pergi dengan sedikit berlari meninggalkan Tere yang mendadak menatap cengo sahabatnya barusan.
"Ye nih anak." gerutu Tere dan setelah itu dia mengejar Alea yang sudah hilang dari pandangannya.
Alea melangkahkan kakinya dengan lambat, dia menyusuri koridor dengan bergumam tidak jelas dan sesekali dia menolehkan kepalanya ke arah lapangan. Tepat di sana, tidak disengaja pandangannya jatuh ke arah siluet seseorang yang tengah memakai baju olah raga dan sedang memantulkan bola basket dan setelah itu dia lempar hingga masuk ke dalam ring.
"Anjirr masih jadi adek kelas aja si Keano udah kece parah." Pujian itu terlontar dari segerombolan kakak kelas perempuan yang berdiri di sebelahnya.
"Emang, tapi gue denger-denger dia itu ditolak sama cewek. Sok cantik banget tuh cewek yang udah nolak cowok kayak Keano." Kalimat bagian terakhir yang ia dengar membuatnya merasa tersindir.
"Hei!" tepukan dipundak Alea membuat gadis itu menolehkan kepalanya menjadi menghadap ke arah belakang.
"Kayak setan deh lo muncul tiba-tiba!" gerutu Alea dengan menatap sebal Tere.
"Lo aja kali yang keasikan liatin Keano mulu. Orang gue udah dari tadi ada di belakang lo tapi lo nggak noleh-noleh," cibir Tere dengan memanyunkan bibirnya sebal.
"Apaan sih? Gue nggak lihatin Keano, gue lagi lihat anak main basket," elak Alea.
Tere menahan senyumnya ketika dia berhasil membuat Alea salah tingkah karena Keano.
Gue tahu Al hati lo tuh udah bisa milih Keano, tapi lo nya aja yang gengsi. Batin Tere.
"Yaudahlah lupain, mau ikut gue nggak? Atau lo mau liatin Keano terus?" tanya Alea.
"Ya ikut lo lah Alea sayang. Kan gue nggak suka nikung!" jawab Tere.
Alea menahan tawanya dan kini dia menarik tangan Tere untuk mengajak gadis itu ke kantin.
***
"Sebenernya lo sekarang pacaran sama hape ya?! Gara-gara ditolak Alea lo jadi kayak gini? Ya allah, Alea harus tanggung jawab ini!" Anta panik sendiri karena sejak tadi Keano hanya tertawa dan sesekali tersenyum dengan ponselnya.
Keano melotot tajam ke arah Anta yang histeris, "Lo bisa diem nggak?!" seketika cowok itu langsung diam dan malah menganggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Anta kemudian malah nyengir, "Habis aneh banget lo dari tadi main hape mulu." Protes Anta layaknya seorang cewek yang sedang cemburu.
KRING! KRING!
Bel pulang sekolah dengan tiba-tiba berbunyi, semua murid bergegas untuk pulang kebetulan juga kelasnya Keano saat ini tengah jam kosong sehingga dia tidak usah terlalu lama berada di dalam kelasnya.
"Ta gue duluan!" teriak Keano yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya.
"Aneh tuh bocah," gumam Anta dan kemudian dia berjalan mengikuti Keano.
Hari ini Keano tidak membawa motor atau pun mobil, tapi dia tadi diantar oleh seseorang dan sekarang dia tengah menunggu seseorang di depan gerbang sambil bercengkrama dengan satpam sekolah.
Tidak lama kemudian sebuah mobil sedan hitam berhenti dan sang pengemudi itu keluar dari dalam mobil dan berlari menuju ke arah Keano dan langsung memeluk tubuhnya dengan beg erat.
"KEANOO UCHH KANGEN!!" peluk gadis itu dengan semangat.
Keano terkekeh dia membalas pelukan gadis itu dengan mengelus kepalanya dengan kerinduan yang mendalam.
"Me too," balas Keano.
Dari kejauhan ada sepasang mata yang melihat kejadian itu dengan d**a yang bergemuruh hebat, rasa sesak dan mata yang memanas. Tidak dia sadari tangannya terkepal hebat.
"Lo menang Ke. Gue akuin gue udah jatuh cinta sama lo."
* * *
Alea berjalan memasuki dapur untuk mengambil minum. Entah kenapa tiba-tiba tenggorokkannya terasa kering dan gatal. Dia menuangkan air ke dalam gelas dan setelah itu dia meminumnya hingga tandas.
Setelah selesai meminum airnya, Alea pun berjalan menuju ke arah sofa ruang keluarga. Perempuan itu menghela nafasnya dia merasa kesepian, kedua orang tuanya beberapa hari ada di luar kota sedangkan dirinya di rumah hanya bersama dengan Bik Ros---pembantu Alea. Gadis itu mengambil ponselnya dan dia membuka aplikasi musik dan mencoba mencari lagu yang pas, ingin lebih menghayati lagunya, Alea pun mencari di mana letak headset. Setelah menemukan benda tersebut dia kemudian menyumpalkannya ke dalam telinga dan mulai memutar lagu tersebut.
Lagu dari Lavina---Pilihan Hatiku itu mulai mengalun di dalam telinga Alea. Dia memejamkan matanya seranya menikmati lagu tersebut.
Bayangan-bayangan di mana semua kebaikan dan ketulusan yang diberikan oleh Keano secara tiba-tiba melintas begitu saja dipikirannya. Kalau sudah bergalau seperti itu, Alea menjadi sulit menentukan pilihannya. Kini yang dia butuhkan itu adalah sebuah saran. Padahal Tere---Sahabatnya itu telah memberinya saran secara terus menerus tapi dia acuhkan.
"Keano marah nggak ya sama gue?" pertanyaan itu dia lontarkan begitu saja.
Alea tiba-tiba langsung menegakkan badannya begitu saja, kenapa dia tidak mencoba untuk menghubungi Keano saja?
Raut wajah gadis itu tiba-tiba berseri dan terlihat begitu antusias. Alea melepas headset yang menyumpal ditelinganya dan mematikan lagu yang mengalun dengan itu.
Kini dia langsung mencari nomor ponsel Keano dan segera ia menelfonnya. Setelah menunggu akhirnya Keano mengangkat panggilan tersebut, tidak disangka oleh Alea bahwa jantungnya berdegup dengan sangat kencang, rasanya seperti jantungnya tengah berlari mengelilingi lapangan.
"Hallo Al ada apa?" tanya suara bariton itu dari sebrang telfon.
Alea tersadar dari lamunannya, "Eh, anu Ke emm---" rasanya suara Alea seperti tercekat ditenggorokan dan menjadi gugup seketika.
"Al? Lo baik-baik aja kan?" tanya Keano berusaha memastikan.
"Iya Ke maaf-maaf ya hehe, oh iya lo mau nemenin gue ke toko buku nggak?" Alea bertanya dengan nada secepat kilat untuk menghindari rasa gugupnya.
"Iya boleh."
"Serius Keano?!" jerit Alea dan setelah itu dia membekap mulutnya sendiri saat menyadari bahwa dia berteriak senang.
Di sebrang sana Keano terkekeh akan tingkah Alea yang berubah itu. "Iya Alea. Yaudah gue jemput jam 2 ya?" tawar Keano.
"Iya Ke. See you," ucap Alea.
"Iya Al, See you too." balas Keano. Dan setelah itu panggilan tersebut sudah dimatikan. Alea langsung melemparkan ponselnya di samping tempatnya duduk tadi. Dia kali ini jingkrak-jingkrak sendiri sambil memejamkan matanya, dia mulai bisa menerima Keano dan lebih parahnya, mungkin dirinya sudah mulai jatuh cinta kepada cowok itu.
***
Sejak tadi Alea terus-terusan mematut dirinya di depan cermin besar di dalam kamarnya. Dia sesekali tersenyum saat melihat penampilannya sendiri, tidak jarang juga dia menertawakan dirinya, sudah jelas-jelas dulu dia menolak Keano dan sekarang? Dia ingin mengulang waktu ketika di mana Keano menembak dirinya, dan dengan senang hati dia akan menerima Keano.
Alea cukup tahu, bahwa ini adalah karmanya, Karma di mana dia telah menyia-nyiakan seseorang yang sangat baik bahkan mencintainya dengan begitu tulus hanya karena masalah hatinya yang belum yakin. Huh, sungguh miris sekali.
Suara ketukan pintu dari luar kamar membuat Alea langsung tersadar dari lamunannya itu, dan dengan segera dia merapikan penampilannya sekali lagi.
"Non dicari temennya di bawah," ucap Bik Ros sambil mengetuk pintu bercat putih itu.
"Iya Bik, suruh tunggu aja dia ya." teriak Alea.
Alea kemudian memakai parfum dan setelah itu dia mengambil tasnya dan mulai berjalan keluar kamar miliknya.
Keano melajukkan mobilnya menuju ke sebuah perumahan yang ditinggali oleh seorang gadis yang sangat membuatnya jatuh hati. Ya, siapa lagi kalau bukan Alea.
Keano membelokkan stir mobilnya sebuah rumah yang bercat hitam putih itu, dia memberhentikkan mobilnya pas di samping sebuah mobil yang dia kenal. Tapi Keano masa bodo, toh mobil seperti itu juga banyak yang punya.
Tanpa berpikir lama lagi, cowok itu memasuki rumah Alea dengan tergesa karena dia sudah memencat bel dan memanggil-manggil nama Alea tapi tidak ada jawab dari dalam sana sehingga dia memutuskan untuk masuk begitu saja ke dalam rumah tersebut.
"Alea gue suka sama lo, gue tahu lo juga sukakan sama gue? Jadi itu lo mau jadi pacar guekan Al?" pertanyaan itu membuat Keano menegang.
Di sana dia melihat Fahri dan Alea yang membelakanginya, tangan Keano terkepal kuat dan rahangnya mengeras. Apa maksud dari gadis itu untuk menyuruh dirinya datang kesana? Apa Alea sengaja menyuruhnya kesana hanya untuk melihat adegan live dirinya sedang ditembak oleh orang yang dia cintai dan begitu sebaliknya? Lalu ia hanya membuat alibi untuk menyuruhnya menemani dirinya ke toko buku. Kalau memang Alea risih dengannya yasudah bilang saja, tapi jangan sampai membuat dirinya seolah-olah pengemis cinta yang sedang dikasihani.
"Gue---" ucapan Alea terpotong ketika Keano angkat suara.
"Jadi lo nyuruh gue kesini cuma buat lihat lo ditembak secara langsung sama orang yang lo sayang dan orang yang selama ini yang lo harapkan?!" pelan, tajam, dan kecewa. Ketiga hal itu bercampur menjadi satu di dalam diri cowok tersebut.
Alea langsung membalikkan badannya, dia menatap Keano dengan gelengan kepala. Sulit rasnya ketika ingin mengatakan bahwa ini semua hanyalah sebuah kesalah pahaman. Dan semua ini tidak seperti yang Keano pikirkan.
"Ke ini---" ucapan Alea terhenti ketika laki-laki itu menyuruhnya diam.
"Oke gue ngerti, gue salah sama perasaan gue Al. Gue kira lo udah mulai suka sama gue, tapi apa? Lo malah nyuruh gue dateng ketika lo udah bahagia. Selamat, lo udah bisa buat gue jatuh cinta sekaligus jatuh ke dalam keterpurukan." Keano mengucapkan itu dengan penuh guratan rasa sakit yang menancap tepat diulu hatinya.
"Satu lagi, gue bakal berusaha lupain lo!" cowok itu berlalu pergi dengan penuh kekecewan yang cukup dalam, tidak menyangka bahwa Alea setega itu dengannya.
Ucapan Keano itu terus terngiang dikepalanya. Alea menggeleng lemah kepada laki-laki itu bahwa apa yang dia lihat tidak benar.
"Keano gue udah mulai jatuh cinta sama lo," lirihnya hampir mirip dengan bisikan.
Sedangkan Fahri? Dia menatap Alea dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.
"Mending kakak pulang, aku butuh waktu buat sendiri." setelah mengucapkan kalimat barusan Alea pergi dari hadapan lelaki tersebut.
“Tapi Al?”
“Kak please,” mendengar permintaan yang dilontarkan Alea untuknya membuat lelaki itu paham dan langsung pulang. Sedangkan Alea, sebuah bulir air mata menetes begitu saja. Tidak ada niatan sama sekali untuk ia membuat Keano sakit hati. Karena Alea juga mencintai Keano Namun sayangnya cinta itu datang dan hadir di waktu yang salah.