Arik dan Sienna tiba di apartemen Arik yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Walaupun Arik masih tinggal di mansion kedua orang tuanya dan masih belum boleh untuk tinggal sendiri sebelum lelaki itu mau menjadi pengusaha seperti papahnya. Lelaki itu memutuskan untuk menginap beberapa hari di apartemennya dan menghabiskan waktu berdua dengan Sienna seperti biasanya.
Di sana ada seorang ART yang selalu membersihkan dan merapikan apartemen itu untuk Arik. Walaupun ia tidak tinggal di sana, tapi sekali dalam seminggu Arik pasti menginap di sana untuk menyendiri. Menyendiri? Walaupun di mansion orang tuanya ia juga selalu sendirian. Tapi Arik lebih suka di apartemennya. Alasannya sebenarnya sederhana. Arik suka dengan langit, jika berada di ketinggian, Arik pasti akan senang memotret awan untuk ia abadikan. Jadi, jika sedang berada di apartnya, ia pasti akan banyak waktu untuk menghabiskan waktu untuk memotret di balkonnya.
“Aku menginap di sini untuk beberapa hari. Mami sama papi lagi ke Australi. Daripada aku sendirian di rumah, mending aku ke sini aja nemuin mbok Inem.” Kata Arik sambil tertawa dan menarik pinggang Sienna ke dalam pelukannya.
“Uh,” pekik Sienna.
“Aku rindu sekali padamu.” Ujar Arik sambil menyingkirkan rambut-rambut yang menutupi wajah Sienna.
“Non, Mas …” sapa mbok Inem yang tak sengaja melihat Sienna dalam pelukan Arik di sofa balkon apartemennya.
Arik dan Sienna langsung melepaskan pelukannya dan melempar tatapannya ke arah lain. Mereka berdua jadi salah tingkah karna ketahuan sedang bermesraan dengan mbok Inem. Padahal, mereka sering sekali terlihat berdua bahkan menghabiskan waktu bersama di sana.
“Makasih Mbok,” ucap Sienna yang tersenyum ke arah si mbok setelah wanita itu menata gelas dan toples untuk mereka berdua nikmati.
“Sama-sama Non. Kalau tidak ada lagi yang harus saya kerjakan, si mbok ijin ke supermarket ya Mas. Mau membeli barang-barang yang sudah habis.” Kata si mbok tersenyum ramah.
“Iya, Mbok. Uangnya masih ada?” tanya Arik yang kemudian merogoh kantung celananya.
“Masih ada Mas, nyonya Arnamawa sudah mengirimkannya kemarin ke rekening untuk keperluan apartemen Mas Arik. Jadi tidak perlu uang tambahan lagi. Si mbok tinggal ambil saja di atm nanti,” ujarnya.
“Oh ya? ya sudah kalau begitu ini untuk si Mbok saja. Pegangan siapa tau kurang atau barang kali si mbok mau jajan bakso juga boleh kok.” Arik berdiri dan kemudian melangkah mendekati si mbok untuk memberikan uang dari dompetnya.
Arik juga menyunggingkan senyuman.
“Aduh si Mas ada-ada saja.” Si mbok malah terkekeh mendengarkan kalimat majikannya.
Wanita paruh baya itu juga menerima dua lembar pecahan seratus ribuan dari Arik.
“Makasih ya Mas, Non.” Si Mbok langsung melangkahkan kaki keluar dari balkon menuju kamarnya untuk segera bersiap.
Setelah kepergian mbok Inem keluar untuk berbelanja mingguan, Arik langsung menarik Sienna ke dalam kamarnya. Tak lupa ia mengunci kamar yang menjadi master bedroom di apartemen yang luasnya 100 meter itu.
/ / / / / /
Arik mengganti bajunya di walk in closet kamarnya. Sedangkan Sienna berbaring di ranjang king size di kamar terbesar di apartemen milik kekasihnya. Hanya tinggal mereka berdua saja di sana. Si mbok masih juga belum pulang dari acara belanja mingguannya dan si mbok benar-benar mengerti dengan kode yang diberikan oleh Arik tadi. Ia juga sepertinya sengaja untuk memberikan waktu berdua untuk Sienna dan Arik menghabiskan waktu bersama. Walaupun sebenarnya jika ada si mbokpun mereka tidak pernah mempermasalahkannya.
“Sini!” panggil Arik pada Sienna yang kini duduk di sofa kamarnya.
Sienna menurut dan duduk di sebelah kanan Arik. Tapi Arik langsung menepuk pahaanya yang mengisyaratkan jika ia ingin Sienna duduk dalam pangkuannya. Sienna tersenyum dan langsung menuruti perintah Arik.
“Aku suka kalo kamu nurut sama aku,” ucap Arik begitu Sienna langsung melebarkan kakinya dan duduk di pangkuan Arik.
“Memangnya aku pernah membangkang padamu?” tanya Sienna dengan senyuman di wajahnya.
“Tidak sih, hanya saja sering membuatku gemas.” Ungkapnya sambil mencubit gemas wajah kekasihnya itu.
“Auuu … sakit,” rintih Sienna yang sedang berakting kesakitan.
“Sakit? Uh sayang … sini-sini mendekat,” pinta Arik yang kemudian diikuti gerakan kepala Sienna untuk mendekat pada Arik.
“Muahhhh …” Arik langsung mencium pipi Sienna yang sempat ia cubit karna gemas tadi.
“Astaga, kamu ini.” Keluh Sienna pada Arik yang kemudian sedikit memukul manja dadaa bidang kekasihnya itu.
Mereka kemudian saling pandang dalam beberapa saat. Tak lama kemudian Arik menarik dagu Sienna dan mendekatkan dengan wajahnya, lalu ia memulai pagutan yang sempat tertunda akibat kedatangan si mbok tadi ketika mereka berdua di balkon. Gadis itu langsung membuka mulutnya untuk memberikan akses penuh pada kekasihnya untuk mengeksplor setiap sudut mulutnya. Tak terkecuali dengan lidahnya, kini mereka sedang membelitkan lidah satu sama lainnya dan menikmati cecepan demi cecepan yang mereka lakukan. Arik semakin memperdalam ciumannya karna bibir Sienna begitu membuatnya kecanduan.
/ / / / / /
Arik dan Sienna keluar dari apartemennya setelah mereka berdua selesai dengan makan malam yang dibuatkan oleh mbok Inem. Mobil sedan mewah keluaran Eropa berwarna hitam itu yang selalu dibawa oleh Arik untuk aktifitasnya sehari-hari. Ia begitu menjaganya dengan sangat baik, karna mobil itu adalah salah satu mobil impiannya yang diberikan oleh kedua orang tuanya ketika ia berulang tahun yang ke 19 tahun.
“Kamu jangan nakal ya.” Kata Arik sebelum Sienna benar-benar turun dari mobil sedan mewah kesayangannya.
“Kamu yang jangan nakal,” ujar Sienna yang kemudian tersenyum mendengar ucapan sang kekasih.
“Idih, aku nakal apa? aku kan anak baik.” Protes Arik sambil terkekeh.
“Banyak, weeek ....” Sienna menjulurkan lidahnya pada kekasihnya itu untuk meledeknya.
“Jangan suka ledekin aku, nanti kualat kamu.” Arik menyentil telinga Sienna pelan yang sukses membuat Sienna semakin terkekeh.
“Udah ah, aku mau turun. Sampai ketemu besok ya.” Sienna kemudian menyampirkan totebag coklatnya ke bahu sebelah kirinya, tak lupa ia juga mendekap laptop berwarna abu-abu doff dengan logo apel digigit pada tangan sebelah kirinya.
“Iya Sayang. Besok jadi kan kita pergi ke butik?” tanya Arik yang mengingatkan Sienna.
Sienna yang mendengar kata butik langsung duduk lagi di tempatnya. Padahal, tadi Sienna sudah bersiap untuk turun, membuka pintu di sebelah kirinya dan melangkahkan sebelah kakinya untuk turun.
“Oh iya, besok ke butik ya.” Sienna langsung teringat sesuatu.
“Kamu bilang begitu kemarin.” Arik menatap heran pada kekasihnya.
“Aku lupa bilang pada Aleta untuk ikut juga bersamaku,” Sienna menepuk pelan keningnya.
Ia juga sedikit menggerutu karna akhir-akhir ini ia berubah jadi pelupa.
“Masih ada waktu malam ini untuk kamu memberitahunya.” Arik langsung mencoba menenangkan gadisnya dan mengambil tangannya.
“Iya, Sayang. Tapi seharusnya, tadi aku pulang bareng sama dia. Jadi besok dia tidak akan kesiangan. Kamu tau sendiri kan, Aleta itu susah sekali kalau disuruh datang tepat waktu kalau bukan ada kelas.” Keluh Sienna.
“It’s ok, aku akan menjemputnya jika kamu mengizinkan. Lagipula, apartemennya Aleta dengan apartemenku tidak terlalu jauh. Kamu beritahu saja padanya, lalu aku akan menjemputnya besok pagi.” Arik tersenyum dan membelai pucuk kepala Sienna.
“Ide yang bagus Sayang. Terima kasih,” Sienna berterimakasih seraya mengecup pipi sang kekasih yang sedang tersenyum sumringah akibat perlakuannya.
“Sama-sama,” Arik memegangi pipinya yang baru saja dikecup oleh Sienna.
Lelaki itu sangat senang sekali karna hari ini Sienna begitu banyak memberikan kebahagiaan padahal ia sedang ada masalah dengan papihnya. Setidaknya, dengan adanya Sienna untuk menemaninya hari ini. Ia sedikit banyak melupakan perkataan papihnya yang menurutnya terlalu berlebihan.
Setelah Sienna benar-benar turun dari mobil mewah milik kekasihnya, Sienna sebentar melambaikan tangan ketika Arik melewatinya untuk menuju apartemennya untuk beristirahat. Ia masih enggan pulang ke rumahnya walaupun tidak ada orang di sana. Lelaki itu juga sempat memeluk Sienna sebentar supaya ia merasakan ketenangan. Bahkan sebenarnya ia tidak ingin Sienna pulang malam ini dan ingin sekali menahannya di apartmennya.
/ / / / / /
Begitu selesai dengan acara mandi dan juga memakai piyamanya, Sienna kemudian mengambil ponselnya dan mendial nomor 6 untuk menghubungkannya dengan Aleta. Gadis itu sudah menaruh nomor sahabatnya itu pada bagian speed dial pada ponselnya. Jadi jika sedang terburu-buru ia bisa langsung menghubungkan sambungan telponnya dengan gadis itu. Ternyata 2 kali sambungan telponnya pada sahabatnya itu tidak kunjung dijawab. Sienna jadi sedikit khawatir dengannya. Karna tadi begitu di kampusnya setelah mata kuliah pa Dante selesai, Aleta mengeluhkan sakit pada bagian kepalanya. Semoga tidak terjadi apa-apa mengingat Aleta sering sekali telat makan dan menyebabkan dirinya menderita penyakit lambung.
“Astaga, dari mana saja lo?” tanya Sienna begitu panggilan telponnya terhubung dengan Aleta.
“Gw dari kamar mandi. Kepala gw sakit banget, Na. Ini udah yang kedua kalinya gw munt*h setelah gw makan tadi. Lo tau kan kalau lagi begini gw ga bisa makan. Nyium uap nasi aja langsung keluar semua.” Kata Aleta panjang lebar.
“Tapi lo ga apa-apa? atau mau gw anterin ke dokter?” tanya Sienna dengan nada khawatir pada sahabatnya itu.
“Ga usah Na. Barusan gw udah minta resep sama tante gw di Palembang. Sekarang supirnya bokap gw lagi ke otw sini. Kebetulan bokap gw lagi ke Jakarta, jadi gw bisa minta tolong untuk beliin obat sekalian pulang. Tapi tau deh, bokap gw pulang ke sini apa malah ke hotel.” Kata Aleta lagi.
“Loh kenapa ga ke situ?” tanya Sienna bingung.
“Biasa, dia kan sama istri barunya. Gw bilang, kalau sampe dia ke sini bawa istrinya. Jauh-jauh dari gw, gw bilang gw masih pengen panjang umur. Kalau deket dia bawaanya pengen ngomel mulu. Ntar gw malah darah tinggi kalo deket si Eva.” Cetus gadis cantik itu malah menyebutkan nama ibu sambungnya.
Bahkan sampai sekarang saja Aleta tak pernah memanggil wanita itu dengan sebutan mamah atau ibu. Melainkan tante atau kalau lagi kesel dia pasti akan menyebutnya dengan sebutan si Eva, seperti yang baru saja ia ucapkan pada Sienna.
“Hahahaha ….” Sienna tak bisa berbicara apapun pada sahabatnya itu.
“Lah kenapa jadi lo ketawa gitu? Temennya lagi susah malah diketawain,” sungut Aleta.
“Bukan gitu, lo lucu tau ga. Mau sampe kapan sih lo begini, Leta? Ga kasian sama papah lo. Padahal gw yakin dia ke sini pengen ketemu lo karna lo udah lama ga pulang ke Palembang.” Ujar Sienna setelah ia meredakan tawanya.
“Ga perduli gw, gw benci banget sama dia.” Ujar Aleta yang sudah pasti sekarang sedang mengerucutkan bibirnya.
“Ok, ok terserah lo aja deh. Yang penting gw sudah kasih tau lo. Kalau lo begitu terus, kasian papah lo. Yang ada kalian malah semakin menjauh. Ga baik begitu, Leta.” Nasihat Sienna lagi-lagi pada sahabatnya.
“Biarlah, yang penting gw ada papah Abram sama mamah Marini aja udah cukup. Kalau bokap gw ga mau ngakuin gw sebagai anak lagi juga gw ga perduli.” Kata Aleta semakin kesal.
“Jangan gitu, Leta.” Sienna memperingatkan lagi.
“Hmmm ….” Aleta hanya berdehem setelah mendengar perkataan Sienna.
“Ta, gw besok mau ke butik. Lo besok bangun pagi ya. Papah sama mamah minta lo ikut untuk pilih baju untuk pertunangannya Sierra. Lo ikutkan?” ajak Sienna.
“Oh iya, besok ya? ehmmm … jam berapa?” tanya gadis itu.
“Jam 10 udah sampe tempat sih. Lo bisa bangun pagi emang?”
“Ya mudah-mudahan.” Diikuti dengan suara kekehan dari bibirnya.
“Besok kalau ga gw suruh Arik jemput lo aja ya. Kebetulan Arik lagi nginep di apart. Jadi bisa langsung cepet ke lo.” Kata Sienna.
“Ok, kalau lo ngizinin ya gw sih engga apa-apa.”
“Ok,” ucap Sienna.
/ / / / / /