MPL - Chapter 9

2005 Kata
                Arik dan Sienna, memutuskan untuk pergi ke taman yang memang disediakan oleh pengembang apartemen di salah satu lantainya. Di lantai itu hanya diisi dengan ruangan terbuka yang berisi taman bunga yang cantik dan gazebo-gazebo yang juga terlihat cantik karna pada bagian atapnya dihiasi oleh tumbuhan merambat yang juga terdapat bunga-bunga kecil. Tumbuhan itu tumbuh dan memiliki bungan yang berwarna kuning dan pink. Di sana juga bisa digunakan untuk tempat berkumpul, mengadakan acara pesta perayaan kecil-kecilan dan juga hanya bersantai sejenak menikmati udara segar.                    Karna Sienna dan Arik sudah mengenakan pakaian tidur mereka. Akhirnya mereka tetap pergi ke sana untuk membuang waktu sambil menunggu Aleta yang sedang berbicara dengan ibu tirinya.  Sienna kemudian mengajak Arik untuk duduk di salah satu bangku yang berada di gazebo. Mereka berdua saling menatap walau sebentar. Sienna sudah tidak terlalu kesal karna nyatanya Arik sangat berperilaku baik hari ini. Tapi tetap saja, Sienna harus bicara tentang masalah semalam dengan lelaki itu. “Aku tau semalam bukan Zonakan yang mengajakmu untuk pergi ke club?” Sienna memberikan argumennya.                 Arik terlihat mengerutkan keningnya. Ia terlihat bingung dengan pernyataan Sienna barusan. “Jawab saja apa yang aku tanyakan.” Ucap gadis itu lagi dan kini melipat tangannya di atas meja dan menatap dengan tajam ke arah Arik yang duduk di depannya. “Kamu lucu,” ucap Arik yang kini malah tertawa melihat Sienna yang sedang menuntut penjelasan darinya. “Bukannya dijawab kenapa malah tertawa? Lagipula memangnya aku badut yang bisa melucu,” gerutunya dengan tatapan sengit. “Ok – ok, aku akan menjawab pertanyaanmu.” Kata Arik yang kini sedang berusaha meredakan tawanya dan berkonsertrasi untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan diajukan oleh Sienna. “Tolong jawab aku, Arik!” Sienna mulai geram. “Pertanyaanmu apa tadi?” tanya Arik dengan wajah yang sedang berusaha tidak tertawa karna wajah Sienna nyatanya semakin menggemaskan ketika sedang ngambek seperti sekarang ini.                 Sienna kemudian berdiri dari tempat duduknya dan melenggang pergi. Arik langsung ikut berdiri dan meraih pergelangan tangan Sienna agar tak menjauh. “Mau ke mana, Hmm?” tanya lelaki itu kemudian menatap Sienna dengan tatapan seriusnya.                 Sienna tak menjawabnya.  Ia hanya membalas tatapan mata Arik dengan tatapan mata sengitnya. “Ok, aku akan menceritakan semuanya,” ucap Arik pada Sienna.                 Sienna memutar bola matanya jengah.                 Arik flashback on. “Halo,” ucapku ketika ponsel yang aku taruh di dalam kantung celanaku berdering.                 Aku baru saja mengantarkan Sienna dan berjanji akan langsung pulang ke apartku untuk beristirahat. Aku tidak mau telat karna besok akan ada fitting baju untuk perayaan pesta pertungan Sierra, kaka sulung Sienna. Namun …. “Rik, lo di mana?” tanya lelaki yang berada pada sambungan telponnya.                 Suaranya begitu kencang bersaing dengan suara yang ada di belakangnya. Dan lelaki yang menelponku itu adalah Zona, sahabatku. “Di jalan baru mau pulang. Kenapa?” tanyaku ketika lelaki itu masih mencoba mendengarkan jawabanku. “APA? KE MANA?” ucap Zona berusaha lebih keras agar aku mendengar pertanyaannya. “Ke apart, gw mau pulang.” Ujarku sambil ikut berteriak. “Buruan KE SINI! TOLONGIN GW! SI KEIZA MABOK NIH.” Zona menerangkan sedikit maksudnya menelponku kali ini. “Ya lo urus lah!” ucapku sambil mengemudikan mobilku.                 Aku berkata acuh, walaupun sebenarnya agak sedikit khawatir dengan gadis itu. Aku meletakkan ponselku di atas pahaaku dan menghidupkan loudspeaker pada panggilan telpon Zona kali ini. “GW GA BISA, RIK. GW JUGA GA BISA BAWA MOBIL NIH. KEPALA GW MULAI GA KERUAN RASANYA. LO KE SINI YA, PLEASE!” ucap Zona dengan nada memohon di tengah teriakkannya yang berlomba dengan suara di belakangnya.                 Aku berfikir sejenak dan tak langsung menjawab pertanyaan Zona. “ARIKKKK! BURUAN GW TUNGGU YA!” kata Zona lagi dengan nada penuh perintah sambil mematikan sambungan telponnya.   / / / / / /                   Sampai di club yang biasa aku, Zona, Tian, dan juga Keiza datangi aku langsung menuju ke lantai 2 yang sudah diberitahukan sebelumnya. Zona dan aku sering kali memakai ruangan ini untuk sekedar bersantai sambil menikmati iringan musik keras yang mengalun. Aku dan Zona lebih senang dengan suasana yang tidak terlalu ramai. Kami lebih suka mendapatkan suasana private. Walaupun dentuman suara musik di lantai bawah mengalun dengan kencangnya. Tapi kami lebih senang di ruangan itu.                   Begitu aku masuk ke ruangan yang Zona pesan, aku melihat seorang wanita yang sedang membaringkan tubuhnya di sofa sambil memejamkan matanya. Sedangkan Zona sendiri masih merokok dan menyesap sedikit demi sedikit air beralkhol yang berwarna kuning pucat yang berada di gelasnya. Zona langsung berteriak kegirangan begitu melihat aku yang masuk ke ruangan itu.   “Akhirnya pahlawannya Keiza datang juga!” seru Zona sambil melangkah maju mendekatiku untuk memberikanku sapaan.                 Biasanya kami saling bersalaman ala kami setiap kali bertemu di manapun. Tapi kali ini aku mengabaikannya demi langsung ingin bertemu dengan Keiza.   “Apaan sih, lo.” Aku langsung protes dengan ucapannya yang menurutku terlalu berlebihan.                 Biar bagaimanapun aku sudah punya Sienna dan aku bukan pahlawan siapapun. Aku hanya merasa khawatir saja pada salah satu temanku itu. Aku duduk di sofa sebelahnya dan mencoba untuk menyadarkan Keiza. “Kei, bangun Kei!” ucapku sambil menepuk-nepuk pipi gadis itu dengan lembut.                 Sesekali juga aku mengelus kepalanya agar ia merasakan kehadiranku. Zona sudah berusaha berkali-kali menyadarkan Keiza, tapi tak berhasil. “Tadi gw udah usaha banget ngelarang dia minum. Dia bilang iya dikit doang, tapi ujung-ujungnya tepar juga.” Kata Zona sedikit menjelaskan tentang keadaan Keiza sebelum aku datang ke sana. “Emang dia kenapa?” tanyaku pada Zona. “Ditinggal daddynya.” Ucap Zona singkat lalu menghisap rokok yang diselipkan diantara jari-jarinya.                 Begitu mendengar ucapan Zona, aku langsung mengerti siapa yang dimaksud dengan daddynya Keiza. Bukan ayahnya, melainkan sugar daddy yang selalu memberikan apa saja yang diinginkan gadis itu. Padahal, Keiza sudah memiliki apapun yang ia inginkan. Tapi tetap saja, Keiza masih merasakan kekurangan kasih sayang. Jelas dalam segi materi, Keiza tak kekurangan apapun karna orang tuanya menjamin dirinya dengan sangat baik.                 Walaupun ibu dan ayahnya sudah bercerai, bahkan sang ayah kini sudah sudah menikah lagi. Tapi, kedua orang tuanya bisa menjamin segala keperluan dan kebutuhan Keiza tercukupi dengan baik. Hingga gadis itu meminta untuk tinggal sendirian di sebuah apartmen mewah, mereka mengizinkannya dan membelikannya sesuai dengan yang ia inginkan. Gadis itu selalu merasa kelebihan materi, tapi sayangnya kekurangan kasih sayang kedua orang tuanya.                 Semenjak kedua orang tuanya berpisah, Keiza tak terima dengan perlakuan kedua orang tuanya hingga mencari kasih sayang di tempat lain. Keiza memilih memiliki pacar yang usianya jauh lebih tua darinya yaitu hampir seumuran dengan adik ayahnya. Kenapa? Karna katanya, kalau hanya seumuran atau hanya lebih tua sedikit saja darinya mereka takkan pernah bisa memberikan yang Keiza inginkan yaitu kasih sayang seperti yang ia selalu dambakan. Ia lebih nyaman berhubungan dengan laki-laki yang umurnya lebih tua dan tentunya mapan. Keiza sudah berhubungan dengan lelaki bernama Dipta Mahendra yang tak lain dan tak bukan adalah seorang aktor senior yang kini juga sudah berpisah dengan istrinya.                 Kabarnya, Dipta Mahendra berpisah karna ketahuan berhubungan dengan Keiza dan akhirnya istrinya memilih untuk menceraikannya dan mengambil seluruh hak asuh anak-anaknya. Hubungan Keiza dan Dipta tak sampai ke ranah public. Hanya saja banyak pihak yang menyesali perceraian Dipta dan istrinya yang terlihat harmonis dan baik-abik saja. Sejak saat itu, Keiza jadi sering diabaikan karna Dipta sering memilih untuk sendirian di mansionnya dan mengurung dirinya sendirian. Dipta bahkan sudah tidak terlalu sering lagi menghubungi Keiza yang bahkan sudah mencintainya. “Kei, bangun, Kei!” ujarku lagi lalu menepuk-nepuk pipi Keiza yang terasa halus.                 Entah berapa uang yang sudah dihabiskan gadis itu untuk skin carenya setiap bulan hingga bersih dan glowing seperti itu. Setelah Arik menepuk-nepuk pipi Keiza sekali lagi, akhirnya gadis itu mau sedikit demi sedikit membuka matanya. Ia langsung tersenyum menatap aku yang sekarang sedang khawatir melihat keadaan gadis di depanku itu. Dari jarak yang sangat dekat, aku bisa sedikit memperhatikan jika struktur wajah Keiza tak buruk juga. Hanya saja seleranya saja berbeda dari gadis seumurannya. “Arik dari mana aja, Keiza kangen sama Arik!” ucap keiza yang langsung merubah posisinya menjadi duduk.                 Jika hanya tinggal kami berempat, Keiza akan senang memanggilku dengan nama dan mengubah kata aku menjadi Keiza. Suaranya juga dibuat semanja mungkin dan itu terdengar menggemaskan. “Kita pulang sekarang ya,” ucapku sambil membawa salah satu tangannya menyampir di leherku.                 Keiza tak banyak menolak, ia langsung menurut. Sedangkan Zona masih terus sibuk dengan botol minuman beralkohol yang masih sisa ¼. “Gw balik ya. Buruan balik, jangan mabok mulu!” ucapku berpamitan dan sedikit memperingatkan Zona kemudian menenteng tas Keiza.                 Baru saja beberapa langkah, Keiza malah terjatuh. Kakinya begitu lemas dan ia terlalu mabuk untuk berjalan. Alhasil, aku menggendong tubuh ramping itu dan membawanya di depan dadaaku. Keiza langsung melingkarkan tangannya di leherku dan memejamkan matanya lagi. Aku menggendongnya seperti pengantin baru yang sedang buru-buru ke kamar pengantin dan ingin menuntaskan keinginan malam pertama kami.   / / / / / /                   Sampai di apartemen milik Keiza, aku melihat ke sekeliling ruangan dan tak melihat siapapun seperti biasanya. Keiza memang tinggal di sini sendirian dan terkadang membawa Dipta ke sana untuk memadu kasih. Tapi karna saking seringnya Keiza diabaikan oleh lelaki itu akahir-akhir ini. Akhirnya Keiza lebih sering berbelanja, menghabiskan uang jajan yang selalu berlebih yang diberikan orang tuanya dan pergi ke club bersama Zona seperti yang tadi ia lakukan. Biasanya Tian juga ada di sana, tapi entah kenapa lelaki itu tadi tidak ada dan aku juga tak tau keberadaannya. Aku juga tak sempat menanyakannya pada Zona karna terlalu ingin cepat sampai di apartemen Keiza dan mengantarkannya ke sana.                 Aku takut Sienna tau kalau aku pergi ke club untuk menjemput Keiza. Kemarin saja, begitu bertemu dengan Keiza di mall dirinya langsung tidak pede bertemu dengan Keiza. Padahal, jika dibandingkan aku lebih suka kekasihku itu. Keiza juga tak buruk-buruk amat sebetulnya. Dari tubuh, wajah dan kepribadian Keiza juga baik. Tapi sayangnya aku tidak suka dengan gadis yang rajin ke club ketika sedang ada masalah. Ya, walaupun tak dipungkiri juga aku memang senang pergi ke club. Tapi semenjak ada Sienna di dalam hidupku, aku jadi tak lagi sering mengunjungi tempat itu untuk bersenang-senang.                 Malah jika tidak ada Sienna, aku tak pernah lagi ke sana. Mangkanya Zona dan Tian sadar betul perubahanku karna sekarang aku memiliki kekasih sebaik Sienna. Dan aku tak ingin kehilangannya. Mungkin dulu sebelum punya Sienna, aku setiap malam akan menghabiskan waktuku bersama dengan Zona dan Tian juga terkadang Keiza di club itu. Sienna juga tak suka jika aku pergi ke sana tanpa dirinya. Mungkin ia akan marah jika tau aku ke sana hanya untuk menjemput Keiza. Jadi lebih baik aku urungkan untuk menceritakannya pada gadisku itu.                   Aku merebahkan tubuh Keiza di ranjangnya. Aku juga merapikan sedikit rambutnya yang menutupi wajah Keiza karna aku sedikit ingin memandangnya sebentar. Mungkin seandainya saja aku tidak membatalkan pertunanganku waktu itu dengannya yang jelas-jelas sudah diatur oleh kedua orang tua kami sejak kecil mungkin Keiza tidak seperti sekarang ini. Mungkin aku akan bisa menjaganya lebih baik dan kedua orang tuanya tidak akan sekhawatir sekarang ini dengannya.                  Ya, orang tuanya juga sudah mengetahui hubungan Keiza dengan Dipta. Jelas mereka melarangnya. Bahkan ketika pertama kali tau, mereka langsung memintaku untuk menjaga Keiza dan menasehatinya. Karna seberapa keras mereka melarangnya, gadis itu tidak pernah mendengarkannya. “Kamu itu baik sebenarnya, Kei. Tapi kenapa sih kamu harus seperti ini?” gerutuku pada belaian di pipinya yang mulus.                   Aku kemudian menarik tanganku dan membiarkannya istirahat. Tapi sebelum aku bangun dari kursi yang aku duduki, tiba-tiba tanganku dipegang. Aku menoleh dan melihat Keiza sedang memegangi tanganku dengan kencang. “Keiza mohon temani Keiza dulu di sini, Rik! Keiza kangen banget sama Arik.” Ucap Keiza dengan nada memohon.                 Wajahnya kini berubah jadi mendung dan aku tak tega melihat gadis itu sebegitu frustasinya ditinggalkan kekasihnya. Walaupun ia hanya dijadikan sebagai kekasih dan gadis untuk bersenang-senang oleh Dipta, tapi setauku mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka berdua tak ingin membawa hubungan mereka ke depan public. Apalagi perceraian Dipta benar-benar membuat lelaki itu seperti sedang mengabaikan Keiza hingga gadis itu jadi ikut merasa sakit hati karna diabaikan.   / / / / / /
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN