MPL - Chapter 10

1933 Kata
                Aku yang tak tega dengan permohonan Keiza akhirnya menuruti keinginannya. Keiza juga tak mungkin berani meminta macam-macam walaupun aku tau, Keiza pernah menyimpan rasa untukku di dalam hatinya. Aku tau darinya langsung setelah kami berdua memutuskan tidak mau melanjutkan hubungan pertunangan kami. Lebih tepatnya, Keiza menyembunyikan perasaannya dan mengabaikan hanya untuk membelaku agar terus berhubungan dengan Sienna. Keiza sudah banyak berkorban untukku, jadi apa salahnya aku menemaninya malam ini sebentar saja.                 Keiza kemudian merebahkan dirinya lagi di atas ranjangnya dan tak henti-hentinya memegangi tanganku. Aku hanya menurut saja. Kemudian aku mengirimkan pesan pada Sienna agar dirinya tak khawatir. Tentu aku tak bilang jika aku sedang bersama dengan Keiza di apartnya. Aku sedikit berbohong dengan bilang jika aku sudah sampai di apart. Tak ada balasan dari kekasihku itu dan aku menganggapnya jika ia sudah tertidur pulas. Aku memasukkan lagi ponselku ke dalam saku celanaku. Hingga akhirnya …. “Rik, temenin Keiza sampe Keiza tidur ya. Akhir-akhir ini Keiza ga bisa tidur,” pinta Keiza padaku.                 Gadis itu juga sedikit mengulas senyuman di wajahnya. Pantulan cahaya berwarna kuning dari lampu tidur yang sudah sempat aku nyalakan itu menambah nuansa sendiri saat ini.   “Tidurlah, aku akan menemanimu.” Ucapku sambil tersenyum.                 Tak lupa, sebagai teman aku mengelus pucuk kepalanya. Tapi bukannya ia memejamkan matanya, yang ada malah ia membuka matanya dan akhirnya kami saling menatap satu sama lainnya. Kami tak bicara sedikitpun, hanya mata kami yang bersitatap sambil aku terus mengelus pipinya yang lembut. Aku juga semakin mendekatkan diri kepadanya agar lebih mudah untuk mengelus pipi lembut milik gadis yang pernah sangat dekat denganku itu.   “Rik, seandainya saja Keiza tidak melepaskan Arik untuk Sienna, mungkin ga sih Rik kita masih tunangan? Tiba-tiba Keiza kangen Arik yang selalu manjain Keiza.” Tanya Keiza tiba-tiba.                 Aku sedikit terkejut mendapatkan pertanyaan darinya. Ada sorot mata kesedihan di balik mata indahnya yang selalu berhiaskan softlense. “Ngomong apa sih kamu?” tanyaku balik dan mengusap tangannya kali ini.                   Aku tak tau harus menjawab apa lagi. Aku berharap debaran jantung ini tidak terdengar oleh Keiza yang tiba-tiba saja begitu manja padanya. Ya, walaupun sikap manjanya selalu berhasil membuatku berdebar tapi Sienna selalu tau cari mengambil hatiku.   “Rik …” panggil Keiza dengan nada manjanya. “Ya, Kei, ada apa?” tanyaku pada Keiza dengan menatap mata itu lagi.                 Keiza tak bicarapapun, tiba-tiba ia merubah posisi menjadi duduk dan meraih tengkukku. Ia mendaratkan bibir merah mudanya pada bibirku. Seketika aku melebarkan mataku karna terkejut. Gadis itu menutup matanya dan menggerakkan bibirnya. Ia begitu menikmati ciuman yang ia berikan padaku walaupun aku sendiri tidak membalasnya. Keiza tak menyerah, ia terus menggerakkan bibirnya agar aku terpancing dan membalasnya seperti yang kami sering lakukan ketika kami di club, tentunya dengan keadaan setengah mabuk.                 Bahkan dulu ketika kami masih sering ke club bersama, Keiza bahkan tak pernah mau pulang dengan yang lain. Ia selalu mau pulang diantar olehku dan berakhir seperti sekarang ini. Kami akan menghabiskan waktu bersama sampai pagi dengan berciuman dan ngomong ngelantur yang besok paginya juga pasti sudah lupa dengan apa yang kami lakukan.                 Walaupun kami sama-sama mabuk, tapi kami tetap berusaha menahan gejolak yang ada di dalam diri kami masing-masing untuk tidak melukai satu sama lainnya dan tetap menjaga. Terutama aku. Keiza bahkan sudah sering menyodorkannya untukku. Tapi tetap saja aku menolaknya. Aku masih memegang norma-norma yang ada dan tak ingin mempermalukan kedua orang tua kami yang saling mengenal. “Arik ga suka?” tanya Keiza menghentikan sejenak ciuman yang ia ciptkan sendiri.                 Aku masih mendelik dan seolah tak terima gadis itu melepaskan ciumannya dari bibirku. Entah ada dorongan dari mana, kini malah aku yang menarik tengkuknya dan mendaratkan bibirku pada bibir merah mudanya. Keiza tak melawan, ia malah asik bermain dan kami saling membelitkan lidah kami satu sama lainnya. Bahkan jujur aku tiba-tiba saja lupa tujuanku untuk ke apart Keiza hanya untuk mengantarkannya pulang setelah menjemputnya dari club tadi.   / / / / / /                   Bunyi cecepan begitu terdengar mengisi keheningan malam di kamar gadis itu. Aku benar-benar terbuai oleh pagutan mesra dari seorang gadis yang dulu pernah menjadi tunanganku. Bahkan aku sendiri yang meninggalkannya demi Sienna, gadis yang hingga kini masih aku pacari dan aku cintai. Keiza kini sudah berada di pangkuanku dan kami sama-sama masih saling berpagutan seolah tak ingin melepaskan. Padahal aku tau apa yang sedang aku lakukan ini tentu tidak akan aku ceritakan pada Sienna nantinya jika ia tiba-tiba mengetahui hal ini. Tapi, sepertinya aku tidak tega membohonginya lagi. Jika suatu saat ketahuan tentu aku akan menceritakannya secara detail walaupun aku tau kejujuranku mungkin akan membuat Sienna kecewa dan terluka karnaku.                 Keiza sedikit membuka sleting sweater yang panjangnya hanya di atas pusarnya saja. Di sana aku tau, jika Keiza punya sisi liar yang lain yang tak pernah ia tunjukkan pada Tian dan Zona. Bahkan aku sendiri saja terkejut waktu pertama kali Keiza berani melakukannya di depanku dan membuatku sedikit ingat pada zaman di mana kami masih saling dekat dan melakukan hubungan friends with benefit. Itulah kami dulu menyebut hubungan kami.   “Rik, Keiza udah pernah bahkan sering melakukan hubungan intim sama Dipta. Arik jiji ga sama Keiza?” tanya gadis itu yang kini sedang menempelkan keningnya dengan keningku.                 Nafas kami saling memburu dan kami baru saja menyelesaikan pagutan yang entah sudah keberapa kali malam ini.   “Engga, aku ga pernah jiji sama kamu. Hanya saja, aku menyayangkan kenapa kamu mau melakukannya dengan lelaki yang bukan suamimu.” Jawabku berusaha sehalus mungkin dan tak ingin menyakiti perasaannya. “Yakin, Arik ga jiji sama Keiza?” tanya Keiza mencoba mencari tahu kebenaran jawabanku.                 Aku mengangguk dan tersenyum. Aku juga mencolek hidungnya. “Boleh Keiza minta sesuatu dari Arik?” tanyanya lagi. “Apa itu?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya dan mencium lehernya sedikit.                 Keiza menggigit bibir bawahnya yang tandanya ia sangat ragu untuk mengatakannya. Atau mungkin ia sedang menahan gejolak di dalam dirinya karna aku baru saja memberikan ciuman di lehernya.   “Bilang aja, kalau aku bisa penuhi, kenapa engga? Jadi jangan ragu,” kataku sambil menyingkirkan rambutnya ke belakang telinganya.                 Keiza mencium bibirku kilas dan membisikkan sebuah kalimat di telingaku. Aku terkejut dengan kalimat yang baru saja ia ucapkan dan membuat mataku lagi-lagi membeliak. “Maaf, Kei. Aku ga bisa,” tolakku yang kemudian bergerak untuk berdiri.                 Keiza menyingkir dari pangkuanku dan duduk di ranjangnya sambil melipat kakinya. Keiza juga melipat tangannya di atas dengkulnya dan menaruh dagunya di atas tangannya. “Keiza udah ancur karna Dipta, Rik. Keiza nyesel banget kenapa bisa secinta ini sama Dipta. Padahal, sekarang Dipta aja ga tau di mana, lagi ngapain, sama siapa.” Keiza kini berceloteh.                 Bahkan ada sedikit bulir air matanya mulai terjatuh di pipi. “Kei, dari dulu aku sudah bilang sama kamu kan? Cari lelaki lain yang bisa sayang sama kamu. Tinggalin Dipta, untuk apa kamu pertahanin Dipta yang belum tentu jelas perasaannya sama kamu. Sekarang aja kamu ga tau kan Dipta di mana. Aku yakin masih banyak lelaki lain yang sayang sama kamu selain Dipta. Sekarang aku tanya, setelah Dipta bercerai dengan istrinya apa dia pernah membawa kamu ke depan orang tuanya dan memperkenalkanmu. Atau pernah ga dia bilang ia ingin serius denganmu setelah mereka bercerai?” Aku malah jadi kesal dengan lelaki bernama Dipta yang sudah menghancurkan hidup Keiza sekarang ini.                 Rentetan pertanyaan malah jadi keluar begitu saja dari bibirku. Bahkan gadis itu begitu rela memberikan segalanya. Aku tidak tau apakah Dipta merayunya atau bagaimana. Tapi yang jelas, Keiza begitu menuruti segala keinginan lelaki itu termasuk memberikan mahkotanya pada lelaki yang lebih pantas Keiza panggil dengan om. “Jangan tinggalin Keiza, Rik. Keiza butuh Arik sekarang.” Gadis itu kini berdiri dan memeluk tubuhku.                 Aku bisa merasakan jika tubuh Keiza bergetar. Aku memeluknya dan membuat dirinya sedikit lebih tenang. Hingga aku memutuskan untuk bermalam di apartnya dan meninggalkannya setelah gadis itu tidur nyenyak. Ya, setidaknya sampai ia sedikit lebih tenang.                 Tepat pukul 3 dini hari, setelah merasa Keiza sudah tidur nyenyak setelah aku peluk. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan meninggalkan Keiza. Aku tak ingin berlebihan menanggapi Keiza. Aku takut juga jika Keiza akan berfikir aku menaruh hati padanya dan malah jadi mempersulit hubunganku dengan Sienna nantinya.                 Arik flashback off.   / / / / / /   “Jadi kamu dan Keiza ….” Sienna menutup mulutnya yang terbuka karna terkejut.                 Ia sedih mendengar pengakuan Arik yang begitu membuatnya sedikit kecewa. Bahkan sekarang merasa ia sedang diselingkuhi oleh kekasihnya itu. Arik hanya bisa mengangguk. Seolah mengerti dengan apa kalimat Sienna yang tak terselesaikan tadi. “Maafin aku, Sayang. Waktu itu hanya terbawa suasana saja. Kamu jangan marah ya sama aku, please. Aku bersumpah aku dan Keiza tidak melakukan apapun dan kami tidak ada hubungan apapun selain berteman.” Arik memegang tangan Sienna.                 Sienna yang terkejut dengan pengakuan Arik pun akhirnya mengeluarkan bulir-bulir air matanya. Arik tau, Sienna pasti sedang kecewa dan marah padanya. Bahkan ini bukan hanya sekedar marah karna dirinya pergi ke club tanpa memberitahukannya. Tapi dari semua cerita yang tadi diucapkan Arik, kejadian di apartemen Keizalah yang paling membuatnya kecewa sekaligus marah. Sienna langsung melerai genggaman tangan Arik dan menyugar rambutnya ke belakang. Arik bisa melihat dengan jelas wajah kekecewaan dari Sienna. Bahkan baru kali ini ia melihat Sienna begitu kecewa padanya. “Kenapa sih kamu harus ngasih tau aku, Rik? Aku sungguh kecewa padamu.” Sienna menatap Arik dengan tatapan sengitnya.                 Air matanya masih menganak sungai dan itu benar-benar membuatnya terluka. “Aku rasa sebaiknya memang harus memberitahukanmu. Aku ga mau kamu tau dari orang lain, Sienna. Yang ada nanti malah dilebih-lebihkan dan itu tidak baik nantinya dengan hubungan kita. Aku bersumpah jika aku dan Keiza hanya berteman.” Arik memberikan argumennya yang sepertinya malah membuat Sienna marah padanya.                 Sienna menyeka air matanya dan merasakan hatinya begitu berdenyut nyeri. Baru saja Arik menyelesaikan kalimatnya, ponsel yang diletakkan Arik di kantung celananya berdering. Arik kemudian melihat id penelpon yang terpampang jelas di layar LCDnya. Dan itu adalah gadis yang sedang mereka bicarakan. “Keiza,” ucap Arik pada Sienna.                 Ia meminta pendapat Sienna untuk menjawab telpon dari Keiza atau mengabaikannya. “Aku ga tau, terserah kamu.” Sienna membuang tatapannya ke arah lain.                 Ia tak ingin semakin hancur dan terluka karna sekarang jelas-jelas Arik seperti sedang memiliki gadis lain di dalam hatinya. “Ok aku ga akan angkat.” Arik kemudian mereject panggilan masuk yang Keiza lakukan padanya.                 Sienna menarik fokusnya pada Arik dan melihat lelaki itu sungguh meminta maaf padanya. “Apa kamu bisa buktiin jika kamu ga ada hubungan apapun dengan Keiza?” tanya Sienna kali ini. “Bisa! kalau perlu aku akan bicara pada Keiza untuk tidak mengganggu kita lagi.” Ucapnya dengan nada penuh keyakinan.   “Kapan kamu akan membuktikannya padaku?” tanya Sienna dengan menyeka air matanya.   / / / / / /                   Keiza kesal dengan Arik yang ternyata telponnya tidak diangkat. Malah, lelaki tampan itu menolak panggilan telponnya dan membiarkan Keiza menunggu dalam ketidakpastian. Gadis cantik itu semakin dibuat kesal karna nyatanya Dipta semakin tidak bisa dihubungi. Malah salah satu temannya bilang jika Dipta sekarang sering menghabiskan waktu di lokasi shooting dan menyewa sebuah rumah besar di daerah puncak dekat dengan tempat shootingnya.                 Keiza ingin sekali mendatangi lokasi shooting lelaki itu, tapi ia masih enggan melakukannya. Mungkin jika ia sudah sangat keterlaluan, gadis itu akan segera mendatanginya. Keiza masih mendapatkan info dari salah satu asistennya dan berucap jika Dipta sedang tidak bisa diganggu karna jadwal shooting yang padat. Tapi, masa sampai sekarang saja Keiza tidak mendapatkan kabar dari lelaki itu. “Arrggghhh … Arik, kenapa lo begini sih? Pasti lagi ada Sienna nih!” ucapnya setelah berteriak kesal karna sambungan telponnya yang malah diabaikan oleh Arik.   / / / / / /
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN